Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�
Vol. 3, No. 7, Juli 2021
ISOLASI SENYAWA KUMARIN PADA TANAMAN
�
Dianti Pratiwi,
Dila Qhoirul Nisa, Elsya Martia, Putri Wulanbirru, Syfa Dwi Andini
Universitas Singaperbangsa
Karawang (UNSIKA) Jawa Barat,
Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Indonesia adalah
negara yang kaya akan keanekaragaman hayati. Dari beberapa tanaman yang dapat
dijadikan sebagai obat alternative untuk mengobati penyakit. Khasiat tumbuhan
sebagai pengobatan dalam kesehatan terkait dengan tumbuhan memiliki senyawa
kimia yang merupakan hasil metabolit sekunder yang terdapat di dalam tanaman
tersebut. Salah satu golongan metabolit sekunder pada tumbuhan yaitu kumarin.
Kumarin dapat ditemukan hampir di sebagian tumbuh-tumbuhan mulai dari akar,
batang, daun, bunga dan juga buah. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengisolasi
dan mengidentifikasi senyawa kumarin yang terdapat di dalam tanaman tersebut.
Pada proses senyawa isolasi kumarin yang dapat dilakukan dengan beberapa metode
diantaranya esktraksi, skrining fitokimia, fraksinasi, isolasi kumarin dan
identifikasi isolat. Tanaman yang mengandung senyawa kumarin yang digunakan
pada isolasi kumarin yang kami review yaitu kulit buah limau sundai (Citrus
nobilis Lour), biji buah rambutan (Nephelium lappaceum L), daun pacar air
(Impatiens Balsemina Linn), kulit batang kecapi (Sandoricum koetjape) dan
Artemisia annua L.
Kata
Kunci: tanaman, isolasi kumarin, ekstraksi
Abstract
Indonesia is a
country rich in biodiversity.� Of several
plants that can be used as alternative medicine to treat disease.� The efficacy of plants as medicine in health
is related to plants having chemical compounds which are the result of
secondary metabolites contained in these plants.� One of the secondary metabolites in plants is
coumarin.� Coumarins can be found in
almost all plants from roots, stems, leaves, flowers and fruit.� The purpose of this study was to isolate and
identify coumarin compounds contained in these plants.� In the process of isolating coumarin
compounds that can be done by several methods including extraction,
phytochemical screening, fractionation, isolation of coumarins and
identification of isolates.� Plants
containing coumarin compounds that were used in the isolation of coumarins that
we reviewed were sundai lime peel (Citrus nobilis Lour), rambutan fruit seeds
(Nephelium lappaceum L), water henna leaves (Impatiens Balsemina Linn), harp
bark (Sandoricum koetjape)
and Artemisia annua L.
Keywords: plants, coumarin isolation, extraction
Pendahuluan
Masyarakat Indonesia mengenal dan memakai tumbuhan
sebagai suatu upaya penanggulangan masalah Kesehatan. Namun hal ini dilakukan
berdasarkan pengalaman turun temurun bukan melalui kajian yang sistemis dan
terencana, sehingga komponen kimia yang aktif dari tumbuhan tersebut belum
banyak ditemukan (Zainol, Ronasari, & Ninin Khoirunnisa, 2019).
Keanekaragaman hayati adalah sumber kekayaan yang
sangat melimpah dan tak ternilai harganya. Keanekaragaam tersebut mempunyai
kemmapuan untuk dikembangkan sebagai obat atau bahan baku obat, baik
penggunaanya secara tradisional maupun modern. Setiap tumbuhan menghasilkan
satu atau lebih senyawa bioaktif dengan dengan aktivitas tertentu, tumbuhan
mengandung senyawa bioaktif dalam bentuk metabolit sekunder seperti alkaloid,
flavonoid, steroid, terpenoid, tannin dan kumarin. Pada Keberadaan
senyawa metabolit sekunder ini lah yang menyebabkan tumbuhan telah banyak
digunakan sebagai obat, zat pewarna, perasa.
Tumbuhan merupakan organisme kompleks yang tersusun
dari sel, sekelompok sel dengan bentuk dan fungsi yang sama membentuk jaringan,
membentuk organ, sekelompok organ membentuk sistem organ dan akhirnya membentuk
organisme (individu). Sekumpulan organisme yang sama akan membentuk populasi,
dan populasi akan membentuk komunitas serta komunitas-komunitas yang berbeda dan
akan berinteraksi dengan lingkungannya dalam suatu ekosistem. Tumbuhan adalah
penghasil puluhan jenis senyawa organic yang digunakan untuk penghasil
senyawa-senyawa berkhasiat (Dhaniaputri, 2016).
Senyawa kimia dalam tumbuhan adalah hasil metabolisme
sekunder dari tumbuhan itu sendiri. Senyawa metabolit sekunder sangat
bervariasi jumlah dan jenisnya dari setiap tumbuhan-tumbuhan. Beberapa dari
senyawa tersebut telah diisolasi, Sebagian diantaranya memberikan efek
fisiologi dan farmakologis yang lebih dikenal sebagai senyawa kimia aktif (Agustina, 2019). Kumarin merupakan
salah satu golongan metabolit sekunder pada tumbuhan (Desi, 2016).
Senyawa organic kumarin diketahui memiliki aktivitas
antiinflamasi, antioksidan, antialergi, antitrombotik, antivirus dan antikanker.
Banyak studi eksperimental (Setiawan & Rakhmawaty, 2014). Selain memiliki
banyak aktifitas biologis kumarin dapat juga digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan parfum dan sebagai bahan flourisensi pada industry tekstil dan kertas
(Murray, 1982). Kumarin banyak terdapat pada pada tumbuhan Angiospermae dan
tidak jarang pada tumbuhan Gymnospermae serta tumbuhan tingkat rendah.
Isolasi yaitu suatu teknik pemisahan senyawa metabolit
sekunder yang terdapat dalam suatu bahan alam. Isolasi senyawa pada bahan alam
terdiri beberapa tahap yaitu ekstraksi, fraksinasi serta pemurnian dan
identifikasi. Ekstraksi yaitu suatu proses pemisahan senyawa kimia yang
terdapat dalam sampel bahan alam ke dalam pelarut. Prinsip metode ekstraksi
didasarkan pada distribusi zat terlarut ke dalam pelarutnya, hasil ekstraksi
ini disebut ekstrak. Fraksinasi yaitu proses pemisahan komponen dalam bentuk ekstrak menjadi fraksi-fraksi, proses ini dapat dilakukan dalam
beberapa metode yaitu kromatrografi lapis tipis (KLT), kromatografi kolom, HPLC
dan GC. Pemurnian dan identifikasi yaitu tahap akhir dalam isolasi teknik yang
paling sederhana dan efektif untuk pemurnian senyawa metabolit sekunder yaitu
kristalisasi atau rekristalisasi (Ilyas, 2013).
Kumarin sederhana yaitu fenilpropanoid yang mengandung
cincin benzene C-6 dengan rantai alifatik C-3 dengan rumus molekul C9H5O2.
Senyawa kumarin beserta turunannya mempunyai banyak aktifitas biologis yaitu
sebagai antikoagulan darah, antibiotik dm, antimikroba, mempengaruhi kerja enzim
sebgai bahan dasar pembuatan parfum serta untuk bahari fluorisensi pada
industry tekstil dan kertas. Bentuk kumarin Kristal keping runcing, berbau
harum, dapat mencair pada suhu 68�C - 70�C dan dapat mendidih pada suhu 297�C -
299�C (Zainol et al., 2019).
Turunan kumarin sintesis diperoleh dengan memodifikasi
cincin kumarin secara kimia melalui reaksi substitusi yang dapat terjadi pada
sisi dari 6 sisi yang tersedia pada molekul dasar yang memiliki struktur dan
aktifitas yang bervariasi.
Metode
Penelitian
Metode yang digunakan pada review ini merupakan suatu
tinjauan literature (literature review) terhadap lima jurnal dan
berdasarkan teori-teori yang relevan mengenai isolasi senyawa kumarin. Isolasi
senyawa kumarin menggunakan metode ekstraksi, fraksinasi, pemurnian atau
identifikasi dengan pelarut serta menggunakan cara yang berbeda-beda.
Hasil
dan Pembahasan
Semua jurnal yang kami review pada isolasi senyawa kumarin menggunakan
metode maserasi dan sokletasi. Menggunakan tanaman yang mengandung senyawa
kumarin yaitu, Kulit buah Limau Sundai (Citrus
nobilis Lour), biji buah rambutan (Nephelium lappaceum L.), daun
pacar air ( Impatiens Balsamina Linn.), kulit batang kecapi (Sandoricum
koetjape), dan Artemisia annua L. Tahapan Isolasi Senyawa Kumarin
1. Isolasi Senyawa Kumarin Kulit Buah Limau Sundai (Citrus nobilis Lour)
a. Ekstraksi
Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi, serbuk kering
kulit buah Limau Sundai (Citrus nobilis Lour) sebanyak 5kg direndam ke dalam maserator d menggunakan�
metanol lalu diaduk dan dibiarkan selama 5 hari pada suhu kamar. Kemudian disaring dan ditampung proses ini dilakukan berulang kali
hingga uji negatif terhadap kumarin. Hasil ekstrak yang dimaserasi dikumpulkan lalu diuapkan pelarutnya dengan rotary evaporator Heidolp WB
2000 dan didapatkan ekstrak
pekat.
b.
Skrining Fitokimia
Hasil dari kromatografi kolom
ditampung pada vial-vial dan dilakukan kromatografi lapis tipis dengan eluen yang
sesuai dimana terbentuk Kristal, vial dengan hasil Rf yang sama digabung lalu
dikristalisasikan dengan heksan dan etil asetat, dengan ditambahkan etil asetat
kedalam padatan yang telah terbentuk, kemudian diaduk sampai larut. Selanjutnya
ditambahkan heksan hingga keruh sehingga padatan mengendap kembali kemudian
pelarut dipisahkan dari padatan. Cara ini dilakukan secara berulang sampai
hasil yang didapatkan menjadi padatan yang bebas dari pengotor. Kemudian
dilakukan kromatografi lapis tipis kembali, sehingga kromatogram memperlihatkan
noda tunggal dengan intesitas fluoresensi biru yang kuat yang artinya isolat
mengandung senyawa kumarin.
c.
Fraksinasi
Fraksinasi etil asetat dimurnikan
menggunakan metode kromatografi kolom, sebelumnya dimonitor terlebih dahulu
dengan KLT untuk menemukan gradient eluen yang sesuai. Pengelusian dilakukan
menggunakan fase gerak heksan, etil asetat dan metanol, hasil dari kromatografi
kolom ditampung pada vial-vial serta dilakukan KLT lagi dengan eluen yang
sesuai dimana terbentuk Kristal, vial dengan Rf yang sama digabung. Lalu
direkristalisasikan dengan heksan dan etil asetat dengan menambahkan etil
asetat pada padatan yang terbentuk kemudian diaduk hingga larut. Setelah itu
ditambahkan heksan sampai terjadi kekeruhan, llau padatan mengendap kembali
kemudian pelarut dipisahkan dari padatannya. Cara ini dilakukan secara berulang
kali sampai hasil yang didapatkan menjadi padatan yang bebas dari pengotor.
d.
Isolasi Kumarin
Senyawa yang diisolasi dari fraksi etil asetat kulit buah limau sundai
merupakan senyawa kumarin, berbentuk kristal putih 2,159 g dengan titik leleh
126,2-127,6ﹾC. Senyawa isolasi dikarakterisasi menggunakan spektroskopi
UV-Vis, IR, C-NMR, 2D-NMR, (DEPT/HSQC, COSY, NOESY, HMBC). Dan dari data-data
mendukung bahwa senyawa hasil isolasi adalah kumarin.
e.
Identifikasi Isolat
Pengujian KLT yang di lakukan dengan lampu UV 365 nm, yang berfluorisensi
akan bertambah terang dengan dilakukan penambahan NaOH 10%, hasil senyawa
isolasi dari fraksi etil asetat kulit buah Citrus nobilis Lour yaitu senyawa
kumarin, dari data-data analisa Spektroskopi UV-Vis, IR, C-NMR, H-NMR, 2D-NMR
(DEPT/HSQC, COSY, NOESY, HMBC), untuk hasil dari senyawa isolasi adalah marmin.
2.
Isolasi Senyawa Kumarin dari Biji Buah Rambutan (Nephelium lappaceum L.)
a.
Ekstraksi
Ekstraksi Serbuk biji N. lappaceum sebanyak 5 kg
dengan menggunakan teknik maserasi menggunakan metanol.Maka untuk dilakukan
Ekstraksi harus selama 3�24 jam, lalu hasil ekstrak tersebut disaring dan
dipisahkan antara filtrat dan residunya. Ekstrak metanol yang diperoleh juga dipekatkan
dengan rotary evaporator dan ditimbang untuk memperoleh massa dari ekstrak
kental. Kemudian Ekstrak metanol kental dilarutkan di dalam metanol, kemudian
dipartisi dengan menggunakan pelarut n-heksana dan etil asetat. Hasil Ketiga
partisi dipekatkan menggunakan rotary evaporator sehingga memperoleh fraksi
n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi metanol.
b.
Skrining Fitokimia
Hasil yang di peroleh dari Fraksi etil asetat
dengan� dilakukan uji fitokimia. Untuk
mengidentifikasi golongan fenolik yaitu dengan penambahan FeCl3 maka akan
memberikan perubahan warna menjadi hijau kehitaman dari warna kuning. Perubahan
warna tersebut disebabkan karena senyawa fenolik jika bertemu dengan Fe maka
akan membentuk senyawa yang kompleks.
c.
Fraksinasi
Fraksi etil asetat dilakukan KVC, proses elusi dimulai
dengan menggunakan kombinasi eluen berdasarkan KLT yang dimulai dari 100%
n-heksan, n-heksan:etil asetat (8:2, 6:4, 2:8) 100% etil asetat. Etil
asetat:methanol (9:1, 8:2) dan 100% methanol. Eluat di KLT dengan eluen n-heksan:etil
asetat (4:6). Fraksinasi yang diperoleh dari hasil gabungan KVC sebanyak 7
fraksi dengan kode S1-7.Fraksi S4 hasil KVC dilakukan
KKG. Proses elusi dimulai dari pelarut yang diperoleh dari KLT yaitu 100%
kloroform, kloroform:methanol (99:1, 97:3,�
95:5, 90:10, 70:30) dan 100%. Hasil dari KLT, yang mengandung senyawa
target dan� cukup murni pada fraksi S4N23
kemudian dilanjutkan uji kemurnian.
d.
Isolasi Kumarin
Pada pengelusian�
KVC dilakukan secara bergradien dan dilakukan pengulangan sebanyak dua
kali, bertujuan agar senyawa yang terpisah semakin baik. Fraksi yang diperoleh
dapat dilakukan dengan menggunakan metode KLT, fraksi-fraksi yang memiliki noda
dan RF yang relatif sama digabungkan.�
Dari hasil penggabungan 51 fraksi menghasilkan 7 fraksi gabungan. Dari
Ketujuh fraksi yang dilakukan dengan metode�
KLT lalu kembali dengan eluen n-heksana:etil asetat.
e.
Identifikasi Isolat
Analisis spectrum MS menunjukkan berat molekul isolat
S4N23. Berat molekul yang didapat sesuai dengan rumus
molekul C15H16O8, bila dikombinasikan dengan
hasil NMR-1H dan COSY didapat senyawa 5-O-a-L-
ramnosa-7-hidroksikumarin.
Hasil uji fitokimia terhadap fraksi S4N23
biji buah N. lappaceum diketahui
bahwa positif mengandung senyawa fenolik. Senyawa dengan golongan fenolik salah
satunya adalah kumarin, maka reaksi positif golongan senyawa fenolik diduga
dari senyawa tersebut. Berdasarkan KLT yang telah dilakukan, diperoleh RF<2
dengan pelarut n-heksan:etil asetat hal ini menunjukkan
senyawa bersifat
polar yang diduga karena adanya gugus gula terikat pada senyawa fenol.
3.
Isolasi Senyawa Kumarin dari Daun pacar Air ( Impatiens Balsamina Linn.)
a. Ekstraksi
Daun pacar air dirajang halus lalu dikeringkan dengan
cara di anginkan. Sebanyak 600 gram sampel kering disokletasi dengan n-heksa (5L),
setelah pelarut tidak berwarna lagi maka proses sokletasi dilanjutkan dengan
pelarut etil asetat dan metanol berturut turut . Ekstrak diuapkan pelarutnya
dengan rotary evaporator, maka akan didapat ekstrak pekat n-heksana, ekstrak
pekat etil asetat dan methanol.
b. Skrining Fitokimia
larutan ekstrak ditotolkan pada plat KLT. Eluen yang
digunakan adalah n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:1. Ketika
dilihat pada UV 366 nm bercak noda tersebut Nampak berwarna biru.
c. Fraksinasi
Fraksi etil asetat dikukan
KVC. Proses elusi dimulai dengan menggunakan kombinasi eluen berdasarkan KLT
yang dimulai 100% n-heksana, n-heksana : etil asetat (8:2, 6:4, 4:6, 2:8).
Eluat yang berada di KLT dengan eluen n-heksana:etil asetat (4:6). Fraksi yang
diperoleh dari hasil gabungan KCV sebanyak 7 fraksi. Proses eluesi dimulai dari
pelarut yang diperoleh dari KLT yaitu 100% kloroform, kloroform:methanol dan
100% methanol. Eluat yang berada di KLT dengan eluen n-heksana:etil asetat
(35:65). Hasil dari gabungan KKG sebanyak 30 fraksi. Hasil dari KLT, yang
mengandung senyawa target dan cukup murni pada fraksi S4N23.
d. Isolasi Kumarin
Untuk menentukan senyawa isolasi maka terlebih dulu sifat fisikanya yang meliputi uji titik leleh dan
kromatografi lapis tipis dengan berbagai eluen. Isolasi dari daun pacar air ini
didapati kristal berwarna kuning seberat 7 mg dengan titik leleh
182-183ﹾC. Berdasarkan titik lelehnya, data spektrum UV dan IR, termasuk
dalam senyawa isolasi golongan 1,4 naftaquinon yang terabsubstitusi gugus
metoksi.
e. Identifikasi Isolat
Fraksi etil asetat dengan metode
KLT menggunakan penampak noda NaOH 10% menunjukkan satu noda berwarna
merah bata, berarti fraksi etil asetat ini positif mengandung senyawa kuinon.
Dari Plat KLT yang �disinari dengan lampu UV 365 nm akan memberikan warna
fluoresensi kuning hijau, biru, kuning hijau dan kuning. Informasi Dari data
yang diperoleh bahwa selain� senyawa
kuinon fraksi etil asetat juga mengandung senyawa kumarin dan flavonoid.
4.
Isolasi senyawa kumarin dari Kulit Batang Kecapi (Sandoricum
koetjape)
a. Ekstraksi
Sebanyak 900 gram serbuk kulit batang kecapi direndam
dengan menggunakan pelarut heksana, etil asetat dan metanol dilakukan dengan
metode maserasi berkali-kali dengan menggunakan pelarut tersebut. Ekstrak yang
akan didapatkan yaitu dengan cara diuapkan dengan rotary evaporator hingga
didapatkan ekstrak pekat. Diperoleh ekstrak pekat heksana 36,75 gram, etil
asetat 37,57 gram dan methanol 36,83 gram.
b. Skrining Fitokimia
Uji kandungan metabolit sekunder (Fitokimia) yang
telah dilakukan pada kulit batang bahwa selain mengandung senyawa triterpenoid
juga terdapat flavonoid, fenolik dan kumarin. Senyawa kumarin dari kulit batang
kecapi dilakukan identifikasi senyawa dengan menggunakan spektroskopi IR.
c. Fraksinasi
Fraksi heksana dilakukan dengan cara rekromatografi
kolom dan dilakukan dengan penggabungan fraksi yang berdasarkan pola noda Rf
yang sama sehingga didapatkan 4 fraksi. Lalu diperoleh senyawa murni yang
ditandai dengan adanya noda tunggal pada plat KLT. Adanya terlihat kontaminasi
dari hasil sphadex LH20 maka dimurnikan kembali dengan menggunakan KLT
preparative. Senyawa murni yang didapatkan di KLT tersebut menggunakan berbagai
perbandingan eluen.
d. Isolasi Senyawa
Kumarin
Hasil pengujian dari
titik leleh yang didapatkan yaitu titik leleh dari senyawa ini adalah 194 -
195. Jaungkauan nilai titik leleh maka diindikasikan senyawa hasil
isolasi telah murni. Sedangkan untuk titik leleh
senyawa dari hasil isolasi pada penelitian sebelumnya adalah terdekomposisi
pada suhu 220. Senyawa hasil isolasi berupa Kristal jarum berwarna putih yang
diperoleh dari ekstrak etil asetat dengan titik leleh 194 - 195. Hasil
pengukuran spektroskopi inframerah memperlihatkan pita serapan.
e. Identifikasi Isolat
Pada identifikasi senyawa dilakukan dengan
spektroskopi IR. Pada spectrum senyawa hasil isolasi yang didapatkan, hasil
pengukuran spektroskopi inframerah memperlihatkan pita serapan pada panjang
gelombang 3339 cm-1, 2946 cm-1, 1702 cm-1, 1509 cm-1, 1446 cm-1 dan 1018 cm-1.
Dari hasil data spektroskopi IR menunjukkan bahwa senyawa ini memiliki gugus
fungsi hidroksil.
5.
Senyawa Isolasi dari Artemisia annua L
a.
Ekstraksi
Sampel diekstraksi menggunakan
alat soklet pendingin baik dengan pelarut metanol dilakukan sebanyak 2 kali
dalam sehari sampai semua sari terekstrak, dihasilkan larutan yang tidak
berwarna lagi atau bening. Kemudian ektrak dipekatkan menggunakan rotary
evaporator sampai ekstrak mengental, lalu dikeringkan menggunakan waterbath
suhu 40�C - 45�C hingga ektrak kental.
b.
Skrining
Fraksi diklormetan dan
standar baku kumarin dilakukan uji KLT menggunakan fase diam silica gel GF 254
dan fase gerak campuran-heksana: etil asetat dengan
perbandungan 2:2. Hasil KLT yang dideteksi dengan menggunakan detector UV pada
panjang gelombang 366 nm, selanjutnya dilakukan penetapan kadar
kumarin dalam sampel menggunakan alat densitometer.
c.
Fraksinasi
Ekstrak kental dilarutkan
dengan aquadest sampai semua ekstrak larut, lalu dimasukan kedalam corong pisah
500 ml. Kemudian ditambahkan pelarut diklormetan kedalam corong tersebut sampai
terbentuk 2 lapisan, setelah terbentuk lalu dipisahkan melalui fraksi
diklormetan menghasilkan warna hijau pekat dan fraksi methanol air menghasilkan warna coklat muda.
d.
Isolasi senyawa kumarin
Senyawa Kumarin yang terdapat
fraksi diklormetan menggunakan hasil uji KLT yang terdeteksi dari lampu UV dengan
panjang gelombang 366 nm dengan fraksi diklormetan terdapat Rf dihasilkan
bercak bulat flourisensi biru terang dan hasilnya sama seperti
pada hasil uji KLT standar kumarin.
e.
Identifikasi isolate
Ekstrak artemisia annua L
diidentifikasi senyawa kumarin dengan menginjeksikan larutan yang mengandung
fraksi diklorometan dan larutan mengandung methanol-air. Kemudian pada plat KLT
dilakukan elusidasi menggunakan fase gerak campuran n-heksana: etil asetat
perbandingan 2:2 menghasilkan nilai Rf bercak serta
warna yang didapat dari standar kumarin.
Identifikasi kumarin yang
dihasilkan secara KLT dengan eluen
n-heksan: etil asetat perbandingan 2:2, Rf yang
dihasilkan berwarna biru flouriensi dilihat pada lampu UV dengan panjang gelombang
366 nm. Sedangkan pada fraksi (tidak ada kumarin) tidak terjadi pemisahan dan
terdapat bercak hitam. Sedangkan pada fraksi methanol-air tidak mengandung
senyawa kumarin karena pada fraksi tersebut semua senyawa kumarin telah
tertarik kedalam fraksi diklormetan.
Kesimpulan
Kumarin adalah senyawa fenol yang berasal dari tanaman
tinggi dan jarang ditemukan pada mikroorganisme. Senyawa kumarin beserta
turunanannya mempunyai banyak aktifitas biologis yaitu sebagai antikoagulan
darah, antibiotic, antimikroba, mempengaruhi kerja enzim. Kumarin berbentuk
kristal keeping runcing, berbau harum, dapat mencair pada suhu 68�C - 70�C dan
dapat mendidih pada suhu 297�C - 299�C. Dari jurnal yang kami review, digunakan
lima tanaman tersebut dilakukan uji isolasi senyawa kumarin. Ekstraksi merupakan
isolasi senyawa dalam suatu campuran larutan atau padatan dengan menggunakan
pelarut yang sesuai, sedangkan Fraksinasi merupakan proses pemisahan komponen
senyawa berdasarkan tingkat kepolarannya. Pada proses ekstraksi senyawa
menggunakan metode maserasi dan sokletasi, pelarut senyawa kumarin yang
digunakan methanol, etanol, N-heksan. Pada proses fraksinasi senyawa
menggunakan metode KKG, KLT, dan KVC. Identifikasi Isolat menggunakan
spektroskopi UV-Vis, Spektroskopi IR dan KLT. Dari hasil tanaman tersebut dapat
disimpulkan mengandung senyawa kumarin.
Agustina,
Ratna. (2019). Efektifitas Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium Guajava L.)
Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila SECARA IN VITRO (Studi Eksperimen Sebagai
Sumber Belajar Peserta Didik Pada Materi Sistem Imun Pada Hewan Untuk Sekolah
Menengah Atas Kelas IX Semester II). UIN Raden Intan Lampung.Google Scholar
Antira. Nurdin.
Santoni. (2013). Uji Antioksidan dari Ekstrak Daun Surian. Makara Sains:2(23):119-123. Google Scholar
Desi, Karmila.
(2016). Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder dari Fraksi Etil Asetat Tumbuhan
Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa L.) dan Uji Toksisitas dengan Metode Brine
Shrimp Lethality Test (BSLT). Universitas Andalas. Google Scholar
Dhaniaputri,
Risanti. (2016). Mata Kuliah Struktur dan Fisiologi Tumbuhan sebagai Pengantar
Pemahaman Proses Metabolisme Senyawa Fitokimia. Research Report. Google Scholar
Fitriyah, Indatul. Thahjandarie, Tjitik. Saputri, Ratih. (2021). Aktivitas Kanker Senyawa Turunan Kumarin dari Melicope Latifolia. Jurnal Sains:15(1):1-7. Universitas Airlangga.
Febria Elvi,
Susanti. Mai, Efendi. (2016). Isolasi Senyawa Kumarin dari Kulit Batang Kecapi.
Jurnal Kalisator:1(2):1-8. Universitas Andalas. Google Scholar
Ilyas, Asriani.
(2013). Senyawa Golongan 2-arylbenzofuran dan Stilben dari Ekstrak Metilen
Klorida (CH2Cl2) Daun Artocarpus fretessi hassk. Teknosains: Media Informasi
Sains Dan Teknologi, 7(1), 1�9. Google Scholar
Katja, Dewa. Sonda,
Andre. Huspa, Maryanti. (2015). 7-Hidro-6-Metoksi Kumarin dari Kulit Batang
Chisocheton Celebius. Jurnal Kimia:9(2):267-270. Universitas Padjajaran. Google Scholar
Khafidhoh,
Zakiyatul. Dewi, Sri. (2015). Efektivitas Infusa Kulit Jeruk Purut terhadap
Pertumbuhan Candida albicans Penyebab Sariawan secara in vitro. Universitas
Muhammadiyah Semarang. Google Scholar
Khasanah, Sisca.
Imaniah, Nur. Saputri, Ratih. (2018). Antioksidan Kumarin Terisoprenilasi dan
Alkaloid indol dari Kulit Batang Zanthoxylum Ovalifolium Tutcher. Jurnal
Kimia:15(2):79-81. Universitas Airlangga. Google Scholar
Mulia, Melindra.
Isolasi Kumarin dari Kulit Buah Limau Sundai. (2017). Jurnal
Eksakta:18(2):138-145. Universitas Negeri Padang. Google Scholar
Setiawan, Duyeh,
& Rakhmawaty, Diana. (2014). Sintesis Dan Karakterisasi Senyawa 3,
3�-Benzilidena Bis-4�Hidroksi Kumarin Untuk Sediaan Radioterapi. Chimica et
Natura Acta, 2(3). Google Scholar
Sukmawati, Siti Nurhajar. Harlia. Rudiyansyah. (2017).Jurnal JJK. Karakterisasi Struktur Senyawa Kumarin Glikosida Dari Biji Buah Rambutan (Nephelium lappaceum L.). Pontianak: Program Studi Kimia Universitas Tanjung Pura. 6(3):1-5.
Wibaldus. Jayuska,
Afghani. (2016). Bioaktivitas Minyak Atsiri Kulit Jeruk Nipis terhadap Rayap
Tanah. JKK:5(1):44-51. Universitas Tanjung Pura. Google Scholar
Wesly, Pasaribu.
sammy. longdong. (2015). efektivitas Estrak Daun Pacar Air untuk Meningkatkan
Respon Imun Non Spesifik Ikan Nila. jurnal Budidaya Perairan;3(1):83-92.
Manado. Google Scholar
Zainol, Arifin,
Ronasari, Mahadji Putri, & Ninin Khoirunnisa, Ninin. (2019). Similarity
Jamu Tradisional Ditinjau dari Aspek Ekonomi dan Kesehatan. Google Scholar
Dianti
Pratiwi, Dila Qhoirul Nisa, Elsya Martia, Putri Wulanbirru, Syifa Dwi Andini (2021) |
First publication right : |
This article is licensed under: |