Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�
Vol. 3, No. 7, Juli 2021
PENGARUH BRAND IMAGE, SERVICE QUALITY DAN PRICE
TERHADAP REPURCHASE INTENTION PADA GREENLIGHT BANDUNG
�
Adil Musty Tamzil, Kuswanti, Mediana Urfah
Universitas
Kristen Marnatha Bandung Jawa Barat, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Keputusan minat beli berulang konsumen
merupakan suatu Tindakan mengkonsumsi produk yang sama lebih dari
satu kali ditentukan konsumen. Hal ini berdasarkan pada komitmen psikologis konsumen terhadap produk atau jasa yang disebabkan oleh pengalamannya setelah menggunakan produk tersebut, sehingga timbul keinginan untuk konsumsi ulang. Gagasan atau minat
melakukan pembelian ulang muncul karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor tertentu, diantaranya yaitu �citra merek (brand image),
kualitas pelayanan (Service
Quality) dan Harga (Price)�. Tujuan dari penelitian adalah guna mengukur pengaruh
Citra merek, kualitas pelayanan dan harga pada keinginan membeli ulang pada Greenlight Bandung.� Metode penelitian
yang dipergunakan merupakan
metode deskriptif verifikatif. Sampel yang digunakan
terdapat 115 responden. �Pengolahan data mempergunakan analisis regresi linear berganda, koefisien determinasi, koefisien korelasi dan pengujian hipotesis.�Dari hasil analisis (uji t) didaptkan Brand Image, Service
quality, dan Price baik
secara parsial memiliki pengaruh sigifikan pada Repurchase intention. Berdasarkan hasil uji hipotesis (uji F) dan koefisien determinasi mempertunjukkan secara stimultan diperoleh pengaruh signifikan pada Brand image (X1), Service Quality
(X2) dan Price (X3) terhadap Repurchase
intention.
Kata Kunci: citra merek; kualitas layanan; harga; niat
pembelian kembali
Abstract
The decision of interest repeatedly consumerswill
be a step a thing again from one time consumers. This
swings to the commitment of consumer commitment to products or services that berbian so the way after the product, so that it arises
want to be repeated. Questions or interests in repurchase have arisen in the
past by certain factors, namely "brand image, quality of service (Service
Quality) and Price (Price)". The purpose of his research is to use the
influence of brand image, service and price eventually finally at Greenlight
Bandung.� The research force is described
as descriptively verificative. Which sample used 115 victims. "Water data
enhances multiple linear regression analysis, determination coefficient,
correlation coefficient and test hypothesis." From the results of the
analysis (test t) tapped Brand Image, Quality of service, and Good price both good good both
partial influence sigifikan on repurchase intention.
The hypothetical test results (test F) and the coefficient of determination
make the sound stimult of the influence on the Brand
image (X1), Service Quality (X2) and Price (X3) on repurchase intentions.
Keywords: brand image; service quality; price;
repurchase intention
Pendahuluan
Pemerintah mendukung kreativitas masyarakat yang diwujudkan dibidang usaha ekonomi industri
kreatif, dukungan yang di berikan dengan melalui kebijakan yang menstimulus perkembangan industi kreatif. Dukungan ini merupakan
peluang untuk para pelaku bisnis berinvestasi,
baik..skala kecil, menengah maupun besar (Purnomo, 2016).
�Ketertarikan pebisnis yang telah berinvestasi pada jenis usaha ini, tentunya
perlu dipertimbangkan dengan bermacam-macam strategi
marketing yang komprehensif, dengan
cara memprediksi peluang yang ada di pasar, salah satunya melalui produk yang akan ditawarkan. Usaha clothing, adalah
contoh jenis usaha yang bergerak pada industri kreatif. Di kota-kota besar di Indonesia industri seperti ini tumbuh subur
dikarenakan peluang pasanya terbuka akibat kebutuhan masyarakat akan pakaian selalu ada (Hanggraeni, 2021).
Salah
satunya di kota Bandung.
Telah tumbuh dan berkembang
distro-distro, yang berperan mendorong
peningkatan kunjungan wisata, dan mengambil bagian dalam pertumbuhan
industri kreatif ini.
Akibat pertumbuhan tersebut, membuat para pengusaha industri kreatif memerlukan teknik pemasaran efektif, guna bersaing
pada persaingan yang semakin
ketat. Menciptakan dan menumbuhkan citra merek (Brand Image) yang positif
di benak masyarakat menjadi salah satu strategi pemasaran dalam mengatasi persaingan.
Salah
satu sasaran strategi perusahaan adalah menempatkan mereknya di tempat tertinggi pada benak konsumennya. Untuk menciptakan brand
yang baik perusahaan dituntut agar dapat menonjolkan manfaat dan kekhasan yang ditawarkan oleh merek atau produk
itu sendiri, serta yang mampu memenuhi harapan konsumen. Cara ini akan dapat merubah
pandangan konsumen tentang produk yang ditawarkan terlihat lebih baik didibanding
para saingannya.
Kualitas layanan yang bermutu dibutuhkan guna memberikan daya tarik pada konsumen. Kualitas pelayanan akan memenuhi harapan konsumen, dan akan besar pengaruhnya terhadap minat pembelian konsumen. Kualitas layanan yang diasumsikan Konsumen akan dibandingkan dengan kualitas layanan perusahaan pesaing, dan penambahan nilai diperlukan melalui pelayananya, sehingga menjadi sebuah kelebihan ketimbang pesaing. Dengan demikian hal ini guna
menambahkan daya saing (Windarti & Ibrahim, 2017).
Di samping faktor brand image
dan kualitas..pelayanan, terdapat
faktor lain, yakni harga. Faktor ini juga menjadi salah satu yang sering dipertimbangkan oleh pelanggan sebelum membeli. Jika harga lebih rendah
ketimbang pesaing maka permintaan produk meningkat, dan begitu juga sebaliknya. Perhatian dari konsumen akan didapatkan
apabila terdapat ketepatan penyesuaian harga yang mengakibatkan pembelian produk.
�Harga
adalah salah satu kunci yang cukup memiliki pengaruh yang kuat dan nyata pada sebuah putusan dari pembelian. Konsumen memiliki kecenderungan melihat , harga sebagai sebuah
indikator nilai yang mana harga sesuai dengan
kegunaan yang dikonsumsi sebuah jasa atau
barang� (Fandy Tjiptono, 2016). � Pembeli yang memiliki potensi berkecenderungan membutuhkan bermacam info atau masukan yang lebih cenderung lebih khusus, yang bisa didapatkan melalui harga penjualan
sebelum membeli � (Sutisna, 2013).
Penelitian terdahulu juga mengungkapkan bahwa
kepuasan merek merupakan konsekuensi brand experience (Sahin, Zehir, & Kitap�ı, 2011) dan brand
image (Dunuwille & Pathmini, 2016).
Pemahaman tentang penetapan sebuah harga sangat mempengaruhi
minat pembelian ulang para konsumen. Strategi dengan dasar efektifitas
haruslah diaplikasikan perusahaan.
1.
Brand Image (Citra Merek)
Menurut (Philip Kotler, Keller, Ancarani, & Costabile, 2014)
�Kesan di kepala konsumen didasari pengalaman dan pesan-pesan merupakan citra merek�. Brandd image terdiri dari
pengetahuan dan keyakinan konsumen tentang merek beragam produk
dan atribut non-produknya (Lee,
H., Lee, C. and Wu, C. (2011). Semakin luas persepsi citra
positif, negative, kognitif
dan afektif dari suatu merek dapat
dicapai melalui teknik pilihan bebas (Suman & Garg, 2012).
2.
Dimensi Brand Image
Menurut (Aaker, David A, 2014)
�menjabarkan pada ketiga dimensi citra merek
yang didalamnya terdiri atas citra dari
perusahaanya, citra dari pemakainya dan citra dari produknya.�
1. �Citra Perusahaan
Merupakan kolektif assosiasi pemahaman konsumen pada suatu perusahan yang memproduksi jasa atau produk.�
2. �Citra Pemakai
Adalah kolektif
pemahaman konsumen pada pengguna jasa atau
produk tertentu.�
3. �Citra Produk
Merupakan pemikiran kolektif yang dipersepsikan konsumen pada jasa atau produk tertentu.�
4.
Kualitas Pelayanan (Service Quality)
Lewis dan Booms dikutip
(Fandy Tjiptono, 2016)
mengemukakan:
�Kualitas
dari pelayanan merupakan sebuah tolak ukur tingkat
kualitas sebuah pelayanan perusahaan demi kepuasan konsumen.� Wujud kualitas dari suatu
layanan merupakan pemenuhan. keinginan dan ketepatan guna, yang dapat mengimbangi harapan pelangganya�.� Definisi kualitas layanan menyatakan bahwa ini adalah hasil
dari perbandingan yang dibuat pelanggan antara layanan mereka harapan tentang layanan dan persepsi mereka tentang cara layanan
telah dilakukan (Akbar & Parvez, 2009). Menurut (Suman & Garg, 2012), pelanggan akan menilai kualitas
pelayanan rendah jika kinerja tidak
memenuhi harapan dan kualitas tinggi ketika kinerja melebihi harapan.
5.
Dimensi Kualitas Pelayanan
Parasuraman. et.al dikutip (Lupiyoadi & Hamdani, 2006)
mengemukakan bahwa �lima dimensi kualitas jasa yaitu Berwujud,
Empati, Keandalan, Ketanggapan, dan Jaminan.�
1. �Berwujud (Tangible)
Kebisaan badan usaha untuk menyatakan keberadaannya pada pihak-pihak di
luar perusahaan.�
2. �Empati (Emphaty)
Memberikan perhatian pada perorangan yang tulus melalui pemahaman tentang kebutuhan para pelangan.�
3. �Keandalan (Reliability)
Keahlian badan usaha melayani pelanggan yang memiliki kesamaan dengan yang dijanjikan.�
4. �Ketanggapan (Responsiveness)
Suatu kebijakan yang tepat dan cepat dalam memberikan sebuah pelayanan pada pelanggan.�
5. �Jaminan (Assurance)
Kesopan-santunan, pengetahuan dan
juga keahlian para pekerja
badan usaha yang akan menimbulkan rasa percaya pelanggan terhadap perusahaan�. (Etemad‐Sajadi & Rizzuto, 2013)
juga mengemukakan bahwa
lima dimensi SERVQUAL yang digunakan
dalam industri makanan siap saji.
6.
Harga (Price)
Berdasarkan (Philip Kotler et al., 2014)
�Bagian dari elemen bauran pemasaran membuat sebuah penghasilan untuk perusahaan, elemen bauran yang lain menghasilkan biaya merupakan harga. Harga mudah dapat disesuaikan, sedangkan elemen lainnya membutuhkan banyak usaha dan waktu�.
7.
Dimensi Harga
Menurut (Philip dan Gary Amstrong Kotler, 2016)
�mengemukakan terdapat empat dimensi harga,
yaitu:
1. Terjangkaunya harga.
2. kesinambungan harga terhadap kualitas.
3. Kemampuan bersaing dari harga.
4. Sesuainya harga terhadap manfaat.�
8.
Minat Beli Ulang
(Repurchase Intention)
Menurut (Jerry C. Olson dan Peter J. Paul, 2014)
mengemukakan: �Aktifitas pembelanjaan berulang, yang merupakah hasil dari kepuasan konsumen
dengan kata lain konsumen merupakan konsumen loyal. Perilaku ini juga bisa mendorong konsumen bercerita pengalaman baik atau kepuasannya pada yang lain�.
Repurchase intention is a manifestation of customer loyalty (Vickers, 2017).
9.
Dimensi Minat Beli Ulang
Ferdinand yang dikutip Basrah dan Samsul tahun
2014 �minat beli terdapat empat dimensi yakni:
1. Minat transaksional-Konsumen
memiliki kemungkinan besar melakukan pembelian berulang.
2. Minat referensial � Konsumen mau meberikan
rekomendasi pada yang lain.
3. Minat preferensial �
Suatu produk dijadikan pilihan yang utama oleh konsumen.
4. Minat eksploratif � Konsumen memiliki daya Tarik mencari info tentang produk yang disukai.�
5.
Metode
Penelitian
Menurut (Sugiyono, 2016)
berpendapat �Cara ilmiah memperoleh data yang akan digunakan untuk suatu tujuan merupakan
metode penelitian.�
1.
Populasi dan Teknik Sampling
Menurut (Sugiyono, 2016)
menyatakan populasi merupakan: �subjek atau objek memiliki
karakteristik tertentu dan kualitas yang telah diputuskan sebelumnya dengan tujuan agar dapat dipelajari dan kemudian disimpulkan.�
Menurut (Sugiyono, 2016)
berpendapat �Sebagian kecil
atau karakter yang dipunyai populasi disebut sampel�.
2.
�Uji Validitas
Menurut (Bilson Simamora, 2012)
menyatakan�sebuah pengukuran
yang menggambarkan tikatan kesahaan atau kevalidan
sebuah instrumen disebut validitas.�
Kriteria pengujian validitas menurut (Bilson Simamora, 2012)
� �Apabila r hitung> r tabel, valid dinyatakan pada butir pernyataan.�
� �Apabila� rhitung<
r tabel, butir dari penrnyataan dinyatakan tidak valid.�
3.
Uji Reliabilitas
Menurut (Sugiyono, 2016)
menguraikan bahwa �pengertian realibilitas adalah dapat dipercayanya
sebuah hasil dari pengukuran, tingkat reliabilitas dinyatakan baik apabila hasil pengukuran
yang diperoleh cenderung sama.�
Menurut (Umar, 2004), �untuk penetapan butir�butir instrumen
yang baik yaitu koefisien Cronbach Alpha α > 0,60 maka memiliki tingkat
reliabilitas yang bagus.
4.
Analisis Regresi Linier Berganda
�Analisis
regresi linear berganda merupakan persamaan model dengan kemampuan menjelaskan sebuah hubungan antar variable bebas dan terikat.� Rumus yang dipergunakan:
Y =
α + b1X1 + b2X2 + b3X3 +
5.
Analisis Koefisien Kolerasi
��������� �Analasis kolerasi
adalah suatu analisis agar memperoleh kekuatan atau derajat
hubungan variabel bebas, terikat.�
Rumus kolerasi adalah:
Dimana:
rᵪᵧ��� = koefisien kolerasi pearson
n ��� = jumlah responden dalam uji
�������������� instument
X��� = variabel bebas
Y��� = variabel terikat
6.
Koefisien Determinasi (R2)
�Koefisien
determinasi dipergunakan pengukuran kemampuan penjabaran variasi variable
independent pada model.�
Dengan rumus berikut:
Kd = r� x 100%
Dengan jabaran:
Kd�� =�� koefisien determinasi
r������ = koefisien korelasi
7.
Uji Hipotesis
Parsial (Uji t)
�pengujian t akan menunjukan pengaruh dari variable independent dengan sifat parsial yang dapat menggambarkan variable dependen.�
Menghitung Uji t (t-test)
�
8.
Uji Hipotesis
Simultan (Uji f)
�Uji f menggambarkan
pengaruh dengan cara bersamaan pada variable bebas terhadap variable terikat.�
Menghitung Uji (F-Test)
R� /
k
�F =
��� (1 � R�) / (n � k � 1)
Hasil dan Pembahasan
1.
Uji validitas
Seluruh pernyataan
dalam questioner dinyatakan
valid karena seluruh rhitung dalam pernyataan
di setiap bulir pada
questioner lebih besar daripada rtabel yakni 0,176.
2.
Uji Realibilitas
a.
Untuk variable
Brand image didapatkan Cronbach�s Alpha sebesar 0.954, oleh karena
itu
kuesioner variabel ini reliabel karena > 0.60. Maka dapat
dikatakan reliabel oleh karena itu dapat
dipergunakan sebagai
instrument pengukuran.
b.
Untuk variable Service Quality Untuk variabel Brand Image
(X2) didapatkan Cronbach�s
Alpha 0.948, oleh karena itu
kuesioner variabel ini dikatakan
reliabel karena > 0.60. Maka dapat dikatakan reliabel oleh karena
itu dapat dipergunakan sebagai instrument pengukuran.
c.
Untuk variabel price didapatkan
Cronbach�s Alpha 0.902, oleh karena itu
kuesioner variabel ini dikatakan
reliabel karena > 0.60. Maka dapat dikatakan reliabel oleh karena itu dapat
dipergunakan sebagai instrument pengukuran.
d.
Sedangkan untuk variabel repurchase intention didapatkan
Cronbach�s Alpha 0.902, oleh karena itu kuesioner variabel ini dikatakan reliabel karena > 0.60. Maka dapat dikatakan reliabel
oleh karena itu dapat dipergunakan sebagai instrument pengukuran.
3. Brand image, Service Quality,
Price dan Repurchase intention pada Greenlight Bandung
a.
Pengaruh brand Image terhadap
repurchase intention
Koefisien korelasi koefisien korelasi (R) sebesar 0,603. Hasil yang di peroleh berada diantara nilai 0,60 � 0,799 artinya brand image berpengaruh
kepada repurchase intention.
koefisien determinasi didapatkan
koefisien determinasinya sebesar 0,363 atau 36,30%, artinya variable brand image mempunyai
pengaruh terhadap repurchase
intention sebesar 36,30% dan sisanya
sebesar 63,70% dipengaruhi
factor lain.
Berdasarkan uji hipotesis (uji
t) dengan thitung sebesar 8,033 > ttable 1,980 menggambarkan bahwa brand
Image memiliki pengaruh
sigifikan pada repurchase intention. Hal tersebut menunjukan bahwa� kesan pelanggan setelah mengunjungi dan membeli produk di Greenlight berpengaruh dalam tingkat pembelian
kembali, artinya konsumen Greenlight yang sudah membeli produk merasa senang dan bangga akan produk
yang dibelinya karena mempunyai kesan yang baik terhadap merek
Greenlight sehingga konsumen
tersebut berniat akan melakukan pembelian kembali serta dapat merekomendasikan
kepada orang sekitarnya.
b.
Pengaruh service quality terhadap repurchase intention
Koefisien korelasi koefisien korelasi (R) sebesar 0,706. Hasil yang di peroleh berada diantara nilai 0,60 � 0,799 artinya service quality berpengaruh
kepada repurchase intention.
koefisien determinasi didapatkan
koefisien determinasinya sebesar 0,578 atau 57,8%, artinya variable service quality mempunyai
pengaruh terhadap repurchase
intention dengan besaran 57,80% dan 42,20% dipengaruhi
faktor lain.
Berdasarkan uji hipotesis (uji
t) dengan thitung sebesar 8.033 > ttable
1.980�� menggambarkan
service quality mempunyai dampak
signifikan pada repurchase intention. Dengan demikian kualitas pelayanan pada Greenlignt mempengaruhi konsumen untuk datang dan membeli kembali. konsumen yang datang selalu disambut
ramah, cepat tanggap dan perhatian oleh karyawan Greenlight sehingga selain dapat produk
yang bagus, konsumen juga merasa senang atas
pelayanan yang diberikan
oleh karyawan menjadikan
Greenlight adalah clothing line yang akan didatangi kembali.
c.
Pengaruh price terhadap repurchase intention
Koefisien korelasi koefisien korelasi (R) sebesar 0,756. Hasil yang di peroleh berada diantara nilai 0,60 � 0,799 artinya price berpengaruh kepada repurchase intention. koefisien determinasi didapatkan
koefisien determinasinya sebesar 0,601 atau 70,1%, artinya variable price mempunyai
pengaruh terhadap repurchase
intention dengan besaran 60,1% dan 39,9% dipengaruhi
faktor lain.
Berdasarkan uji hipotesis (uji
t) dengan thitung sebesar 10.372 > ttable
1.980��� dan koefisien
determinasi 0.701 menggambarkan
variabel price memiliki
pengaruh signifikan pada repurchase
intention. Hal tersebut menunjukan
bahwa tingi rendahnya harga yang dikeluarkan Greenlight berpengaruh
terhadap repurchase intention. Greenlight mengeluarkan harga yang terjangkau baik untuk mahasiswa maupun yang sudah bekerja, sehingga konsumen puas karena
mendapatkan produk bagus dengan harga
yang wajar dan Greenlight juga mengeluarkan
promo pada event atau tanggal-tanggal
besar sehingga para konsumen yakin untuk datang dan membeli kembali.
d.
Pengaruh brand image, service quality, dan
price terhadap repurchase intention.
koefisien determinasi didapatkan
koefisien determinasinya sebesar 0,701 atau 70,1%, artinya variable brand image, service quality, price
mempunyai pengaruh terhadap repurchase intention dengan besaran 70,1% dan 29,9%� dipengaruhi faktor lain.
Berdasarkan uji mengetahui regeresi
liniear berganda pengaruh brand image, service quality dan price terhadap minat beli diperoleh persamaan Y = 5,725 + 0,103X1 +
0,204X2 +
0,613X3 + έ artinya konstata sebesar 5,725 menyatakan bahwa jika Brand image, service
quality dan price = 0 maka� repurchase intention
memiliki besaran 5,725.
Dapat disimpulkan penambahan
Brand image sebesar 1 dapat
menaikan repurhchase
intention sebesar 0,103. Penambahan
Service quality sebesar 1 dapat
menaikan repurchase intention sebesar
0,204, dan kenaikan price sebesar
1 dapat menaikan repurchase
intention sebesar 0,613. hasil koefisien korelasi berganda (R) dengan besaran 0,815, terdapat diantara
nilai 0,80 � 1,000 yang berarti
�brand image, service quality, dan price berpengaruh positif terhadap repurchase
intention.
Fhitung
(111.004) > Ftabel (3,232), disimpulkan
H0
ditolak dan Ha diterimadengan artian brand image, service quality, dan price berpengaruh positif secara bersamaan terhadap repurchase
intention.
Kesimpulan
Berdasarkan uji hipotesis (uji t) dengan thitung sebesar 12.446
> ttable
1.980 dan koefisien determinasi
0.578 menggambarkan bahwa
Brand Image memiliki pengaruh
sigifikan pada Repurchase intention. Berdasarkan uji hipotesis (uji t)
dengan thitung sebesar
8.033 > ttable
1.980�� dan koefisien
determinasi 0.603 menggambarkan
Service quality mempunyai dampak
signifikan pada Repurchase intention. Berdasarkan uji hipotesis (uji t)
dengan thitung sebesar
10.372 > ttable
1.980��� dan koefisien
determinasi 0.701 menggambarkan
variabel Price memiliki pengaruh signifikan pada Repurchase
intention. Berdasarkan hasil
uji hipotesis (uji F) dengan
Fhitung
(111.004) > Ftabel (3,232) dan koefisien determinasi 0.665 mempertunjukkan
secara stimultan diperoleh pengaruh signifikan pada Brand image (X1), Service Quality (X2) dan
Price (X3) terhadap Repurchase intention.
BIBLIOGRAFI
Aaker, David A, and
Alexander L. Biel. (2014). Manajemen Ekuitas Merek: Memanfaatkan Nilai dari
suatu Merek. Cetakan Ketiga. Jakarta: Penerbit Mitra Utama.
Akbar, Mohammad Muzahid,
& Parvez, Noorjahan. (2009). Impact of service quality, trust, and customer
satisfaction on customers loyalty. ABAC Journal, 29(1). Google Scholar
Bilson Simamora. (2012). Riset
Pemasaran, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Dunuwille, V. M., &
Pathmini, M. G. S. (2016). Brand image and customer satisfaction in mobile
phone market: study based on customers in Kandy district. Journal of Business
Studies, 3(1), 1�13. Google Scholar
Etemad‐Sajadi, Reza,
& Rizzuto, Daniela. (2013). The antecedents of consumer satisfaction and
loyalty in fast food industry: A cross‐national comparison between
Chinese and Swiss consumers. International Journal of Quality & Reliability
Management. Google Scholar
Fandy Tjiptono. (2016). Pemasaran
Jasa (Prinsip, Penerapan, Penelitian). Yogyakarta. Andi.
Hanggraeni, Dewi. (2021). Strategi
Bisnis dan Manajemen Risiko dalam Pengembangan UMKM di Indonesia (Vol. 1).
PT Penerbit IPB Press. Google Scholar
Jerry C. Olson dan Peter J.
Paul. (2014). Perilaku konsumen dan strategi pemasaran. Edisi Sembilan. Buku
2.penerbit salemba empat.jakarta.
Kotler, Philip dan Gary
Amstrong. (2016). Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Kotler, Philip, Keller,
Kevin L., Ancarani, Fabio, & Costabile, Michele. (2014). Marketing management
14/e. Pearson.
Lupiyoadi, Rambat, &
Hamdani, A. (2006). Manajemen Pemasaran Jasa Edisi 2, penerbit Salemba Empat.
Jakarta. Google Scholar
Purnomo, Rochmat Aldy.
(2016). Ekonomi Kreatif Pilar Pembangunan Indonesia. Ziyad Visi Media.
Sahin, Azize, Zehir, Cemal,
& Kitap�ı, Hakan. (2011). The effects of brand experiences, trust and
satisfaction on building brand loyalty; an empirical research on global brands.
Procedia-Social and Behavioral Sciences, 24, 1288�1301. Google Scholar
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Bisnis, Edisi kedelapan,
Bandung; Penerbit CV.Alfabeta.
Suman, M., & Garg, R.
(2012). Consumer Perception Towards Quality of Financial Services. Urban vs.
Rural Perspective. Google Scholar
Sutisna. (2013). Perilaku
Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Umar, Hussein. (2004). Riset
sumber daya manusia dalam organisasi. Gramedia Pustaka Utama. Google Scholar
Vickers, Neil J. (2017).
Animal communication: when i�m calling you, will you answer too? Current
Biology, 27(14), R713�R715. Google Scholar
Windarti, Tias, & Ibrahim,
Mariaty. (2017). Pengaruh kualitas produk dan kualitas pelayanan terhadap
kepuasan konsumen produk donat madu (studi pada konsumen CV. Donat Madu
Cihanjuang�Pekanbaru). Riau University. Google Scholar
Adil Musty
Tamzil, Kuswanti, Mediana
Urfah (2021) |
First publication right : |
This article is licensed under: |