Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�
Vol. 3, No. 7, Juli 2021
APPLICATION OF INQUIRY-BASED LEARNING MODELS TO IMPROVE STUDENT
LEARNING OUTCOMES
Mazdawati
SMAN 1 Singkep Singkep Kepulawan
Riau, Indonesia
Email: m[email protected]
Abstrak
Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) yang berjudul �Penerapan
Model Pembelajaran Berbasis
Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XII MIPA SMA Negeri 1 Singkep
Tahun Pelajaran 2019/2020� merupakan
salah satu usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan khususnya peningkatan nilai peserta didik
dalam memahami Unsur Periode 3 dan Unsur Transisi Periode 4. Hal ini dilakukan karena banyaknya peserta didik bahwa masih
banyak siswa di kelas tersebut yang belum mencapai KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 72. Pada Materi terkait dengan kimia pokok
bahasan Unsur Periode 3 dan Unsur Transisi Periode 4, siswa yang mencapai KKM hanya 17 siswa (63%) dari 27 siswa (Sumber: Data Indeks Pencapaian Hasil Belajar Siswa). Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Singkep, Kecamatan Singkep� Kabupaten Lingga kelas XII MIPA 3. Penelitian dilakukan pada
semester II tahun ajaran
2019/2020. Rancangan penelitian
yang digunakan adalah rancangan penelitian tindakan yang alurnya sebagai berikut: membuat perencanaan tindakan, melaksanakan tindakan dalam pembelajaran, mengadakan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan, dan merefleksi pelaksanaan tindakan. Hasil refleksi tersebut digunakan untuk mengambil keputusan untuk siklus selanjutnya. Data (pengamatan), dan penelitian berupa dokumentasi perencanaan, hasil observasi hasil menulis.� Instrumen pengumpul data utama adalah peneliti,
sedangkan instrumen pununjangnya adalah RPP, Lembar observasi, dokumentasi, dan analisis hasil evaluasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa meningkatkan hasil belajar pada materi Unsur Periode 3 dan Unsur Transisi Periode 4, hal ini ditunjukkan adanya peningkatan yang mencapai KKM siklus I 62,96% meningkat menjadi 78,57% pada siklus II.
Kata Kunci: model pembelajaran berbasis inquiri; hasil belajar kimia
Abstract
Classroom Action Research (CAR) entitled "Application of
Inquiry-Based Learning Models to Improve Student Learning Outcomes of Class XII
MIPA SMA Negeri 1 Singkep for the 2019/2020 Academic
Year" is one of the efforts to improve the quality of education,
especially increasing the value of students in understanding the Elements of
Period 3 and Transitional Elements Period 4. This was done because of the large
number of students that there were still many students in the class who had not
reached the KKM set by the school, which was 72. In the material related to
chemistry, the subject matter of Period 3 Elements and Period 4 Transitional
Elements, students who reached the KKM only 17 students (63%) of 27 students
(Source: Student Achievement Achievement Index Data).
This research was conducted at SMA Negeri I Singkep, Singkep District, Lingga Regency,
class XII MIPA 3. The research was conducted in the second semester of the
2019/2020 academic year. The research design used is an action research design
with the following flow: making action plans, implementing actions in learning,
observing the implementation of actions, and reflecting on the implementation
of actions. The results of these reflections are used to make decisions for the
next cycle. Data (observations), and research in the form of planning
documentation, results of writing observations. The main data collection
instrument is the researcher, while the supporting instruments are lesson
plans, observation sheets, documentation, and analysis of the results of the
evaluation. The results of the study indicate that improving learning outcomes
in the Elements of Period 3 and Transitional Elements of Period 4, this is
indicated by an increase that reaches the KKM cycle I 62.96% increased to
78.57% in the second cycle.
Keywords: inquiry-based
learning model; chemistry learning outcomes
Pendahuluan
Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan
sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru merupakan salah
satu faktor penentu tinggi dan rendahnya mutu hasil pendidikan mempunyai posisi
strategis maka setiap usaha peningkatan mutu pendidikan perlu memberikan
perhatian besar kepada peningkatan guru dalam segi jumlah maupun mutunya (Nurjanah, 2010).
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang bertanggung
jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh sebab itu, sekolah membutuhkan
berbagai komponen penunjang terutama dalam mewujudkan proses pembelajaran yang baik dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Salah satu komponen terpenting dalam mewujudkan proses pembelajaran disekolah adalah guru dan model pembelajaran. Guru merupakan ujung tombak dalam
mensukseskan proses pembelajaran
disekolah. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam melaksanakan
pembelajaran bersama siswa. Tercapai atau tidaknya tujuan
pembelajaran di sekolah sangat tergantung pada kemampuan guru dalam memahami proses pembelajaran yang
didapatkan dari penerapan model-model pembelajaran
(Isjoni, 2014).
Skenario mengajar dan belajar perlu disiapkan secara
matang dalam sebuah kurikulum pembelajaran yang memang dirancang berbasis
internet. Mengimplementasikan pembelajaran berbasis internet bukan berarti
sekedar meletakkan materi ajar pada web. Selain materi ajar, skenario
pembelajaran perlu disiapkan dengan matang untuk mengundang keterlibatan
peserta didik secara aktif dan konstruktif dalam proses belajar mereka (Elyas, 2018).
Mengajar merupakan tugas utama seorang pendidik (guru,
dosen, tutor, instruktur, widyaiswara). Pendidik yang kreatif akan selalu
menciptakan ide-ide dalam merancang sistem pembelajaran baru yang mampu membuat
peserta didik dapat mencapai tujuan belajarnya dengan penuh rasa puas. Untuk
memperoleh sistem pembelajaran baru tersebut diperlukan metode penelitian dan
pengembangan sistem pembelajaran. Metode pengembangan sistem pembelajaran tidak
jauh berbeda dengan metode pengembangan produk lainnya. Prosedur pengembangan
lebih singkat karena produk yang dihasilkan tidak terlalu beresiko dan dampak
sistem terbatas pada peserta didik yang menjadi sasaran (Mulyatiningsih, 2016).
Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran harus relevan dan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Ketepatan dalam menggunakan metode atau model mengajar yang dilakukan oleh guru
dapat membangkitkan motivasi dan juga minat siswa terhadap mata pelajaran yag diberikan oleh guru dan juga terhadap proses dan hasil belajar siswa. Didalam bidang pendidikan sangat banyak bidang-bidang ilmu yang terus berkembang dan salah satunya adalah Ilmu kimia.
Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) yang merupakan bidang studi yang biasanya dipelajari pada tingkat SMA/MA. Pelajaran kimia
pada hakekatnya adalah pelajaran yang sangat erat hubungannya dalam kehidupan sehari-hari dan telah memberikan banyak manfaat bagi manusia
(Amirta, 2010).
Mata pelajaran kimia merupakan mata pelajaran yang baru
diberikan secara menyeluruh di bangku SMA. Hal ini merupakan kesempatan bagi
guru mata pelajaran kimia untuk memberikan kesan awal yang baik terhadap
pelajaran kimia (Munandar & Jofrishal, 2017).
Namun, pembelajaran kimia di sekolah belum begitu
efektif dalam proses penerapannya di sekolah. Proses pembelajaran kimia cenderung pada pencapaian target materi menurut kurikulum dan berorientasi pada pemenuhan target ketuntasan. Konsekuensinya, proses pembelajaran
tidak menekankan pada pemahaman bahan yang dipelajari. Siswa tidak membangun sendiri pengetahuan tentang konsep-konsep kimia, tetapi cenderung
menghapalkan konsep-konsep tersebut tanpa tahu makna yang terkandung didalamnya. Sedangkan ilmu kimia dibangun melalui pengembangan-pengembangan
ketrampilan proses sains. Ketrampilan-ketrampilan proses sains
harus ditumbuhkan dalam diri siswa
SMA sesuai dengan taraf perkembangan pemikirannya (Musfah, 2018).
Berdasarkan data yang diperoleh penulis
sebagai guru kelas XII MIPA
Tahun Pelajaran 2019/2020, diperoleh
informasi bahwa masih banyak siswa
di kelas tersebut yang belum mencapai KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 72. Pada Materi terkait dengan kimia pokok
bahasan Unsur Periode 3 dan Unsur Transisi Periode 4, siswa yang mencapai KKM hanya 17 siswa (63%) dari 27 siswa (Sumber: Data Indeks Pencapaian Hasil Belajar Siswa). Dari hasil observasi peneliti di kelas XII MIPA, masalah yang timbul di dalam pembelajaran adalah kurangnya partisipasi siswa di dalam proses pembelajaran. Jika guru mengajukan
pertanyaan, hanya beberapa siswa saja yang menanggapi. Jika guru membentuk kelompok belajar, dalam pelaksanaannya hanya siswa tertentu saja yang terlibat aktif sedangkan siswa lain pasif. Oleh karena itu, perlu
adanya pembelajaran yang efektif melalui penerapan Model-model pembelajaran
salah satunya Penerapan Model
Pembelajaran Berbasis� Inquiri (Kencana, 2021).
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis
Inquiri mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri dan problem
solving. Model Pembelajaran Berbasis
Inquiri lebih menekankan pada konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui atau belum ditemukan.� Masalah yang dihadapi oleh siswa adalah proses dari perekayasaan yang dilakukan oleh
guru tersebut. Materi yang akan
disampaikan, tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi siswa di dorong untuk mengidentifikasi
apa yang ingin diketahui dan dilanjutkan mencari informasi sendiri. Strategi pembelajaran yang
kurang melibatkan� siswa� akan menurunkan minat belajar siswa, sehingga motivasi belajarpun akan menurun dan� pada akhimya� prestasi� belajarpun� tidak� akan didapatkan� hasil optimal. Berdasarkan pada kenyataan tersebut intinya bahwa strategi belajar yang digunakan oleh guru sangat berpengaruh� terhadap motivasi� belajar peserta didik, dan yang lebih� penting� lagi� berpengaruh terhadap keberhasilan peserta didik dalam belajar
(Zubaidah & UM, 2017).
Berdasarkan fenomena yang ada, penulis akan melakukan
penelitian tindakan kelas (action research) dengan
tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan bahwa dengan Model Pembelajaran� Berbasis� Inquiri oleh guru dalam proses pembelajaran, diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian ini akan mendeskripsikan suatu upaya meningkatkan� hasil� belajar kimia siswa kelas
XII MIPA SMA Negeri 1 Singkep tahun
pelajaran 2019/2020 dengan menerapkan Model Pembelajaran� Berbasis� Inquiri pada pokok bahasan Unsur
Periode 3 dan Unsur Transisi Periode 4. Apakah� dengan� menerapkan Model Pembelajaran �Berbasis� Inquiri pada siswa kelas XII MIPA SMA Negeri 1
Singkep Tahun Pelajaran
2019/2020 dapat meningkatkan
hasil belajar kimia pada pokok bahasan kimia Asam dan Basa pada Tahun Pelajaran 2019/2020 (Yaumi, 2016).
Sasaran tindakan pada penelitian
ini adalah Perilaku Belajar siswa kelas XII MIPA SMA Negeri 1
Singkep Tahun Pelajaran
2019/2020 yang berjumlah 28 orang dalam
pembelajaran yang menerapkan
Model Pembelajaran� Berbasis� Inquiri dan hasil belajarnya. Adapun Tujuan utama dalam Penelitian
ini adalah untuk menghasilkan desain pembelajaran yang dapat dimanfaatkan� untuk� meningkatkan� hasil� belajar dan motivasi belajar� siswa. Berdasarkan tujuan utama dalam� penelitian� ini maka hasil penelitian
tindakan kelas� ini diharapkan berguna baik secara teoritis
maupun secara praktis. Dengan kata lain kegunaan teoritis berarti hasil penelitian
tindakan kelas ini memberikan kontribusi secara teori bagi pengembangan
ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penelitian ini dan secara praktis mengetahui terkait Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Inquiri Untuk� Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XII MIPA SMA Negeri 1 Singkep
Tahun Pelajaran 2019/2020.
Metode
Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di
kelas XII MIPA SMA Negeri 1 Singkep
tahun pelajaran 2019/2020. Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari
bulan Januari sampai dengan bulan Februari
2020. Subjek penelitian adalah siswa kelas
XII MIPA SMA Negeri 1 Singkep Tahun
Pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 28 orang siswa. Adapun sasaran dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui perilaku siswa dalam penerapan
menggunakan Model Pembelajaran
Berbasis� Inquiri� terhadap� hasil belajar siswa. Prosedur penelitian terdiri dari 4 tahap, yakni perencanaan,
melakukan tindakan, observasi dan evaluasi. Refleksi pada setiap siklus akan berulang
kembali pada siklus-siklus berikutnya. Aspek yang diamati dalam setiap
siklusnya adalah perilaku atau aktivitas
siswa pada saat pemberian pembelajaran kimia terkait materi
tentang�� kimia pokok bahasan
Unsur Periode 3 dan Unsur Transisi Periode 4 dengan penerapan Model Pembelajaran Berbasis Inquiri. Dengan mengamati perubahan perubahan perilaku siswa, peneliti dapat mengetahui tingkat kemajuan belajar siswa yang akan bepengaruh terhadap hasil belajarnya.Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari
2 siklus, siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan dan siklus kedua terdiri dari
2 pertemuan, satu pertemuan 90 menit (Sukrawan & Komaro, 2011).
Sumber
data berupa observasi lansung pada saat pelaksanaan pembelajaran, data hasil angket motivasi,
angket akhir siklus 1 dan 2, data hasil evaluasi. Pengumpulan data melalui pemberian angket motivasi prasiklus, angket akhir siklus 1 dan 2 serta evaluasi belajar akhir siklus
1 dan 2 (Nurjanah, 2010).
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
1.
Siklus 1
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti
mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS
1, soal tes formatif 1, dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar untuk siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 12 dan 19 Januari 2020 di
Kelas XII IPA dengan jumlah siswa 28 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak
sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran
yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksaaan belajar mengajar.
Pada akhir proses
belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Adapun data hasil penelitian pada siklus 1 adalah sebagai berikut:
Tabel 1
�Pengelolan Pembelajaran Pada Siklus 1
No |
Aspek yang diamati |
Penilaian |
Rata-rata |
|
P1 |
P2 |
|||
I |
Pengamatan
KBM A. Pendahuluan
|
3 1 |
2 2 |
2,5 1,5 |
B.
Kegiatan Inti
|
3 3 3 3 3 |
3 3 3 3 3 |
3 3 3 3 3 |
|
C.
Penutup
|
3 3 |
3 3 |
3 3 |
|
II |
Pengelolaan
Waktu |
2 |
2 |
2 |
III |
Antusiasme
Kelas
|
3 3 |
3 3 |
3 3 |
Jumlah |
31 |
31 |
31 |
Keterangan: Nilai : Kriteria
1. : Tidak Baik
2. : Kurang Baik
3. : Cukup Baik
4. : Baik
Berdasarkan
tabel 1 aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang baik
adalah memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, pengelolaan waktu.
Ketiga aspek yang mendapat penilaian kurang baik di atas, merupakan suatu
kelemahan yang terjadi pada siklus 1. Dan akan dijadikan bahan kajian untuk
refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus 2 pada tabel berikut :
Tabel 2
Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus 1
No |
Aktivitas Guru yang diamati |
Persentase |
|
1 2 3 4 5 6 7 8 9 |
Menyampaikan tujuan Memotivasi
siswa/merumuskan masalah Mengkaitkan dengan
pelajaran berikutnya Menyampaikan
materi/langkah-langkah/strategi Menjelaskan materi yang
sulit Membimbing dan
mengamati siswa dalam menemukan konsep Meminta siswa menyajikan
dan mendiskusikan hasil kegiatan Memberikan umpan balik Membimbing siswa
merangkum pelajaran |
10.00 10.00 6.67 8.33 13.33 15.00 10.00 18.33 8.33 |
|
No |
Aktivitas Siswa yang diamati |
Persentase |
|
1 2 3 4 5 6 7 8 9 |
Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru Membaca buku siswa Bekerja dengan sesama anggota kelompok Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru Menyajikan hasil pembelajaran Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide Menulis yang relevan dengan KBM Merangkum pembelajaran Mengerjakan tes evaluasi |
19.16 11.86 18.13 14.38 5.83 5.63 9.17 6.86 8.96 |
|
Berdasarkan tabel 2
tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan pada siklus 1 adalah memberi
umpan balik dan membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep yaitu
masing-masing 18,33 dan 15,00%. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar
adalah menjelaskan materi yang sulit yaitu 13,33%. Sedangkan aktivitas siswa
yang paling dominan adalah mengerjakan/memperhatikan penjelasan guru yaitu
19,16%. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar adalah bekerja dengan
sesama anggota kelompok, diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru, dan
membaca buku yaitu masing-masing 18,13%, 14,38 dan 11,86%.
Pada siklus 1,
secara garis besar kegiatan belajar mengajar dengan Model
Pembelajaran� Berbasis� Inquiri sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru
masih cukup dominan untuk memberikan penjelasan dan arahan karena model
tersebut masih dirasakan baru oleh siswa.
Berikutnya adalah
rekapitulasi hasil tes formatif siswa seperti terlihat pada tabel berikut:
������� Tabel
3
Rekapitulasi Hasil Tes Siklus 1
No |
Uraian |
Hasil Siklus I |
|
Jumlah siswa yang
tuntas Jumlah siswa belum
tuntas Nilai rata-rata tes
formatif Persentase ketuntasan
belajar |
17 11 68 62,96% |
Dari tabel 3
dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan Model
Pembelajaran� Berbasis� Inquiri diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa
adalah 68 dan ketuntasan belajar mencapai 62,96% atau ada 11 siswa� dari 28 siswa sudah tuntas belajar. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum
tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 hanya sebesar
62,96% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar
70%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa
yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan Model
Pembelajaran� Berbasis� Inquiri.���
2. Siklus 2
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti
mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS
2, soal tes formatif II, dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar untuk siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 23 dan 29 Januari 2020 di
Kelas XII MIPA dengan jumlah siswa 28 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai
guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan
memperhatikan revisi pada siklus 1, sehingga kesalahan atau kekurangan pada
siklus 1 tidak terulang lagi pada siklus 2. Pengamatan (observasi) dilaksanakan
bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar
mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa selama proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian
pada siklus 2 adalah sebagai berikut:
Tabel 4
Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus 2
No |
Aspek yang diamati |
Penilaian |
Rata-rata |
|
P1 |
P2 |
|||
I |
Pengamatan KBM A.
Pendahuluan
|
3 3 |
3 3 |
3 3 |
B.
Kegiatan Inti
|
3 4 4 4 3 |
3 4 4 4 3 |
3 4 4 4 3 |
|
C.
Penutup
|
3 4 |
4 4 |
3,5 4 |
|
II |
Pengelolaan Waktu |
3 |
3 |
2 |
III |
Antusiasme Kelas
|
4 4 |
3 4 |
3,5 4 |
Jumlah |
42 |
42 |
42 |
Keterangan: Nilai :
Kriteria
1�� :
Tidak Baik
2�� :
Kurang Baik
3�� :
Cukup Baik
4�� :
Baik
Dari tabel 4, tampak aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus 2) yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir mendapatkan penilaian yang cukup baik dari pengamat. Maksudnya dari seluruh penilaian tidak terdapat nilai kurang. Namum demikian penilaian tersebut belum merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuk penyempurnaan penerapan pembelajaran selanjutnya. Aspek-aspek tersebut adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/ menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.
Dengan penyempurnaan aspek-aspek
di atas dalam penerapan strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir
diharapkan siswa dapat menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan
mengemukakan pendapatnya sehingga mereka akan lebih memahami tentang apa yang
telah mereka lakukan. Berikut disajikan hasil observasi aktivitas guru dan
siswa:
Tabel 5
Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus 2
No |
Aktivitas Guru yang diamati |
Persentase |
1 2 3 4 5 6 7 8 9 |
Menyampaikan tujuan Memotivasi siswa/merumuskan masalah Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi Menjelaskan materi yang sulit Membimbing dan mengamati siswa dalam menentukan konsep Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan Memberikan umpan balik Membimbing siswa merangkum pelajaran |
3,33 10,00 6,67 11,67 18,33 15,00 8,33 18,33 8,33 |
No |
Aktivitas Siswa yang diamati |
Persentase |
1 2 3 4 5 6 7 8 9 |
Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru Membaca buku siswa Bekerja dengan sesama anggota kelompok Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru Menyajikanhasil pembelajaran Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide Menulis yang relevan dengan KBM Merangkum pembelajaran Mengerjakan tes evaluasi/latihan |
18,12 15,63 20,21 14,76 3,33 6,67 7,91 6,67 6,67 |
Berdasarkan tabel 5 tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan pada siklus 2 adalah menjelaskan materi yang sulit dan memberikan umpan balik yaitu masing-masing 18,33%,
kemudian menyampaikan langkah-langkah strategis yaitu 11,67%. Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus 2 adalah Bekerja dengan sesama anggota kelompok, mendengarkan penjelasan guru, membaca buku, dan diskusi antar siswa/antara
siswa dengan guru yaitu 20,21%, 18,12%, 15,63% dan 14,76%. Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa
terlihat pada tabel berikut:
���
Tabel 6
Rekapitulasi Hasil Tes Siklus 2
No |
Uraian |
Hasil Siklus II |
1 2 3 4 |
Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa belum tuntas Nilai rata-rata tes formatif Persentase ketuntasan belajar |
22 6 80,78 78,57 |
Dari tabel 6
diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 80,78 dan ketuntasan
belajar mencapai 78,57% atau ada 6 siswa dari 28 siswa sudah tuntas belajar.
Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus 2 ini ketuntasan belajar secara
klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus 1. Adanya
peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa
setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan
berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah
mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan
metode Model pembelajaran penemuan Berbasis Inquiri.
Tabel 7
Daftar Distribusi Frekwensi hasil belajar
Uraian |
Siklus 1 |
Siklus 2 |
Siswa yang Tuntas |
17 |
22 |
Siswa yang tidakTuntas |
11 |
6 |
Nilai rata-rata tes formatif |
68 |
80,78 |
Persentase ketuntasan belajar |
62,96% |
78,57 |
c. Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji
apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam
proses belajar mengajar dengan penerapan Model Pembelajaran Berbasis Inquiri.
Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
Selama
proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik.
Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase
pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.
2.
Berdasarkan
data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung.
3.
Kekurangan
pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan
sehingga menjadi lebih baik.
4.
Hasil
belajar siswa belum mencapai ketuntasan seperti yang diharapkan tetapi ada
peningkatan hasil belajar.
d. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus 1 dan 2� guru telah menerapkan Model pembelajaran
Berbasis Inquiri dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil
belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik.
Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan
untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah
ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya
penerapan Model pembelajaran Berbasis Inquiri dapat meningkatkan proses belajar
mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipapar sebelumnya, maka
telah diketahui hasil dari penelitian ini. Selanjutnya, agar lebih memperjelas
hasil dari pada penelitian ini, sebagai berikut:
1.
Ketuntasan Hasil belajar Siswa, melalui hasil peneilitian ini
menunjukkan bahwa Model Pembelajaran� Berbasis�
Inquiri memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal
ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang
disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus 1 dan 2) yaitu
masing-masing 63,89%, dan 75% (Kistian, 2019).
2.
Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran , berdasarkan
analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Model
Pembelajaran� Berbasis� Inquiri dalam setiap siklus mengalami
peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu
dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus
yang terus mengalami peningkatan (Triani et al., 2018).
3.
Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran, berdasarkan
analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran kimia pada
pokok bahasan Unsur Periode 3 dan Unsur
Transisi Periode 4 yang paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan
alat/media, mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar
siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa
dapat dikategorikan aktif. Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran
telah melaksanakan langah-langkah pembelajaran Model
Pembelajaran� Berbasis� Inquiri dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru
yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam
mengerjakan kegiatan LKS / menemukan konsep, menjelaskan/melatih menggunakan
alat, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk
aktivitas di atas cukup besar (Asmara, 2017).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dirumuskan
beberapa kesimpulan, diantaranya: Pertama,
Pengembangan Model pembelajaran
berbasis inquiri Sekolah Menengah Atas dapat meningkatkan motivasi Siswa Kelas XII MIPA SMA
Negeri 1 Singkep. Sebagai buktinya bahwa pengajaran yang dilakukan mengalami peningkatan yang signifikan dari hasil belajar yang diperoleh. Bahwa antara siklus 1 dan 2, motivasi belajar siswa dengan model pembelajaran penemuan terbimbing menunjukkan neningkatan. Dari data tersebut menunjukkan bahwa siklus 1 dan siklus 2, motivasi belajar siswa dengan model pembelajaran inquiry menunjukkan peningkatan.� Pada siklus I nilai tertinggi 9.09 %, tetapi pada pelaksanaan siklus II peningkatan drastis� dengan
nilai tertinggi sejumlah 63.7 % dengan �jumlah responden yang sama yaitu 11 responden. Peningkatan motivasi belajar siswa ini
menunjukkan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh strategi belajar
yang diberikan guru. Prestasi
belajar dapat baik bila motivasi
belajarnya juga baik. Kedua, Inquiry salah satu komponen Contekstual
Teaching and Learning (CTL). Strategi ini dapat dilakukan pada semua mata pelajaran.
Ketiga, Strategi pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran inquiry dimungkinkan
dapat meningkatkan motivasi belajar Siswa XII MIPA SMA Negeri 1 Singkep
pada mata pelajaran Kimia.
Amirta, Acep.
(2010). Pengaruh model pembelajaran kooperatif dengan teknik talking chips
terhadap hasil belajar kimia pada konsep ikatan kimia.Google Scholar
Asmara, Anjar Purba.
(2017). Penilaian Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Kimia Materi Kimia
Unsur Menggunakan Mind Map Di Kelas XII IPA Semester 1 SMA Negeri 1 Wonosari. Lantanida
Journal, 3(1), 34�54. Google Scholar
Elyas, Ananda Hadi.
(2018). Penggunaan model pembelajaran e-learning dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran. Warta Dharmawangsa, (56). Google Scholar
Isjoni. (2014). Cooperative
Learning. Bandung: Alfabeta.
Kencana, Sang Ayu
Ketut Yunari Rat. (2021). Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Daerah Bali
Dengan Penggunaan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Siswa Kelas Xii MIPA. 5
Semester I SMA Negeri 4 Denpasar Tahun Pelajaran 2019/2020. WIDYALAYA: Jurnal
Ilmu Pendidikan, 1(3), 306�317. Google Scholar
Kistian, Agus.
(2019). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri Ujong Tanjong Kabupaten
Aceh Barat. Genta Mulia: Jurnal Ilmiah Pendidikan, 10(2). Google Scholar
Mulyatiningsih,
Endang. (2016). Pengembangan model pembelajaran. Diakses Dari Http://Staff.
Uny. Ac. Id/Sites/Default/Files/Pengabdian/Dra-Endang-Mulyatiningsih-Mpd/7cpengembangan-Model-Pembelajaran.
Pdf. Pada September.
Munandar, Haris,
& Jofrishal, Jofrishal. (2017). Analisis Pelaksanaan Pembelajaran Kimia di
Kelas Homogen (Studi Kasus Pembelajaran Kimia di SMA Negeri 11 Banda Aceh). Lantanida
Journal, 4(2), 98�110. Google Scholar
Musfah, Jejen.
(2018). Manajemen pendidikan aplikasi, strategi, dan inovasi. Prenada Media. Google Scholar
Nurjanah, Danik.
(2010). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share untuk
Meningkatkan Minat Belajar Biologi Siswa Kelas X-3 SMA Negeri 1 Mojolaban Tahun
Pelajaran 2010/2011. Google Scholar
Sukrawan, Yusep,
& Komaro, Mumu. (2011). Problem Based Learning pada Mata Pelajaran Dasar
Kompetensi Kejuruan Teknik Mesin. Invotec, VII, 1, 93�113. Google Scholar
Triani, Liliek,
Wahyuni, Sri, Purwanti, Elly, Hudha, Atok Miftachul, Fatmawati, Diani, &
Husamah, Husamah. (2018). Pembelajaran I-CARE berbantuan praktikum: Peningkatan
problem-solving skills dan hasil belajar siswa pada materi jaringan hewan. Jurnal
Inovasi Pendidikan IPA, 4(2), 158�168. Google Scholar
Yaumi, Muhammad. (2016). Action
Research: Teori, model dan aplikasinya. Prenada Media.
Google Scholar
Zubaidah, Siti,
& UM, JBFUNM. (2017). Pembelajaran kontekstual berbasis pemecahan masalah
untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Makalah Disampaikan Pada
Seminar Nasional Dengan Tema Inovasi Pembelajaran Berbasis Pemecahan Masalah
Dalam Pembelajaran Biologi Di Universitas Muhammadiyah Makasar, Makasar, 6. Google Scholar
Adil Musty
Tamzil, Kuswanti dan Mediana Urfah (2021) |
First publication right : |
This article is licensed under: |