Syntax Idea : p�ISSN: 2684-6853� e-ISSN : 2684-883X�����

Vol. 2, No. 1 Januari 2020

 


PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MEMBUAT PENILAIAN SIKAP MELALUI PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK MODEL KREATIF

 

Ujang Sutiana

Pengawas SMA Kota Bandung

Email: [email protected]

 

Abstrak

Penilaian pembelajaran yang dibuat guru merupakan salah satu aspek yang dapat mengukur apakah tujuan dan proses pembelajaran yang dilakukan guru sudah� efektif mencapai tujuan pembelajaran. Penilaian pembelajaaran meliputi tiga aspek yaitu penilaian sikap, penilaian pengetahuan, dan penilaian keterampilan. Penilaian sikap belum dilaksanakan secara optimal oleh guru. Guru masih belum memahami bentuk dan teknik penilaian sikap.Guru memiliki banyak kendala dalam membuat dan melaksanakan penilaian sikap. Oleh karena itu, perlu adanya model supervisi akademik khususnya bimbingan dan pelatihan, untuk meningkatkan kemampuan guru dalam membuat dan melaksanakan penilaian sikap secara komprehensif, dan bermutu. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru SMAS Laboratorium UPI Bandung dalam membuat penilaian sikap yang mengacu pada Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan sekolah mengunakan sistem spiral refleksi model Kemmis dan Mc Taggart yang dimodifikasi. Strategi/metode kerja/teknik pembinaan yang digunakan dari siklus I sampai siklus II menerapkan model supervisi kreatif. Hasil pembinaan pada siklus I menunjukkan bahwa, aktivitas guru dalam membuat penilaian sikap yang mengacu pada Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 belum memuaskan. Oleh karena itu, aktivitas guru pada siklus I, perlu ditingkatkan dan harus diperbaiki pada siklus II. Siklus II, mengakhiri proses pembinaan pada guru melalui supervisi kreatif, dengan indikator aktivitas guru telah diatas 75.00%

 

Kata kunci: Kemampuan, Penilaian Sikap, Model Supervisi Kreatif

 

Pendahuluan

Penggunaan Penilaian sikap belum dilaksanakan secara optimal, pendidik masih belum memahami bentuk dan teknik penilaian sikap (Retno, 2015). Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Di dalam proses komunikasi selalu melibatkan tiga komponen pokok yaitu komunikator dalam hal ini pengirim pesan (guru), komunikan atau penerima pesan (siswa), dan komponen pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran (Suryana, 2019). Guru memiliki banyak kendala dalam membuat dan melaksanakan penilaian sikap, salah satunya karena aspek-aspek penilaian sikap memiliki banyak dimensi misalnya, jujur, disiplin, kerjasama, tanggung jawab, santun dan menghargai pendapat orang lain. Masing-masing aspek memiliki beberapa indikator sehingga untuk menilai satu aspek diperlukan banyak sekali lembar kertas. Selain menghabiskan banyak dana, guru akan kesulitan untuk merekap hasil dan menganalisanya, dibutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk melaksanakan satu kali penilaian (Retno, 2015). Tugas guru akan menjadi lebih berat dan perlu ketelitian dalam menganalisis jawaban siswa satu persatu, dan itu tidak bisa dilakukan secara klasikal. Hal ini akan mengakibatkan penilaian sikap yang direkayasa, siswa yang baik dan siswa yang buruk saja yang menjadi patokan perbedaan nilai, sementara nilai yang lainnya merupakan standar umum saja (Retno, 2015). Oleh karena itu, perlu adanya model supervisi akademik khususnya bimbingan dan pelatihan, untuk meningkatkan kemampuan guru dalam membuat dan melaksanakan penilaian sikap secara komprehensif, dan bermutu (Bella, 2018; Haristy, Enawaty, & Lestari, 2013; Hernani & Mudzakir, 2010; Husain, 2014; Nomor, 2008) Salah satu model supervisi akademik yang dapat menjawab tantangan tersebut adalah model supervisi kreatif.

Model supervisi kreatif dapat mendorong kebebasan dan kreativitas dalam tiga cara, yaitu: (1) kombinasi model atau kombinasi perilaku pengawasan, (2) pergeseran tanggung jawab pengawasan dari supervisor� ke sumber lain, (3) aplikasi wawasan dari bidang lain yang tidak ditemukan pada model supervisi lainnya (Gebhard, 1990; Geeta, 2005; Wilson, 2006). Bekerja hanya dengan satu model dapat sesuai tetapi juga dapat membatasi. Kadang-kadang kombinasi model yang berbeda mungkin diperlukan. Seorang supervisor dapat memilih pendekatan pengawasan tertentu yang sesuai dengan jenis informasi yang dicari (Ali, 2000; Berk & Berk, 1993; Gebhard, 1990; Mosavi, 2014).

Melalui penerapan model supervisi kreatif, guru secara kolaboratif dibimbing pengawas sekolah mendiagnosis kekurangan-kekurang diri dalam penilaian yang merujuk Permendikbud Nomor 23� Tahun 2016, kemudian melalui FGD diarahkan untuk menentukan solusinya (Permen & No, 21AD; Permendikbud, n.d.; Sujana, 2011). Berdasarkan penjelasan di atas mendorong peneliti telah melaksanakan penelitian tindakan sekolah untuk meningkatkan kemampuan guru SMAS Laboratorium UPI Bandung dalam membuat penilaian yang merujuk Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016, melalui pembinaan menggunakan model supervisi kreatif.

 

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Sekolah yaitu melaksanakan pembinaan bagi sekelompok guru di suatu sekolah, melalui beberapa siklus, mengunakan sistem spiral refleksi model Kemmis dan Mc Taggart yang dimodifikasi (Sukidin, 2002; Sumarno, 2005; Wiriaatmadja, 1999). dengan tahapan mulai dari merencanakan pembinaan setiap siklus, pelaksanan pembinaan setiap siklus, observasi pelaksanaan dan refleksi pembinaan setiap siklus, yang dilakukan dari siklus I sampai siklus II dan seterusnya sampai diperoleh rekomendasi kemampuan guru pada siklus� terakhir tuntas. Indikator� ketuntasan apabila telah mencapai 85 % subjek daya serapnya� ≥ 70% (Arikunto, 2003; Sudjana, 2001; Suherman & Udin, 1992).

 

 

Hasil dan Pembahasan

A.  Hasil

1)   Persiapan dan Pelaksaan Pembinaan dari Siklus I � II

�� Sebelum melaksanakan penelitian siklus I peneliti selalu merencanakan dan mengecek semua aspek meliputi: (1) rencana pelaksanaan pembinaan (2) pedoman observasi aktivitas guru; (3) daftar chek aktivitas guru; (4) instrumen evaluasi guru dalam membuat penilaian sikap; (5) format observasi pembinaan; (6) format diskusi balikan; dan (7) daftar hadir guru

Setiap pelaksanaan penelitian, peneliti selalu melakukan diskusi balikan untuk mendapatkan informasi kekurangan-kekurangan yang ada sehingga disempurnakan pada siklus selanjutnya. Catatan lapangan (lembar observasi) dan lembar diskusi balikan telah mencatat perubahan yang terjadi.

Perubahan yang terjadi tidak hanya dari cara hasil pembinaan, tetapi dilihat juga dilihat dari proses pembinaannya, yaitu aktivitas guru. Aktivitas guru dan perolehan skor guru, selama pembinaan dari siklus I sampai siklus II telah mengalami perbaikan dan peningkatan.

2)   Perubahan Aktivitas Guru dari Siklus 1 � Siklus II����������������������������������������

Proses pembinaan pada siklus II telah memperlihatkan adanya peningkatan aktivitas guru dibanding pada siklus I, mulai dari membuat penilaian sikap mulai mengacu pada� penilaian sikap di RPP, membuat format penilaian sikap, membuat jurnal penilaian sikap, membuat format penilaian diri siswa dan membuat format penilaian antar teman. Aktifitas guru selama pembinaan pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1

Aktivitas Guru Selama Pembinaan dari Siklus I � siklus II

 

Ketersampilan Guru Selama Pembinaan pada Siklus I � II

 

Mengacu RPP

Format penilaian sikap

Jurnal penilaian sikap

Format penilaaian diri

Format penilaaian aantar teman

I

II

I

II

I

II

I

II

I

II

Jumlah Guru

14

19

13

17

12

16

13

17

14

18

Prosentase

67

91

62

81

57

76

62

81

67

86

�� Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam membuat penilaian sikap mulai mengacu pada� penilaian sikap di RPP dengan terampil dari siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan. Pada�� siklus I guru yang� benar-benar terampil membuat penilaian sikap mengacu pada� penilaian sikap di RPP berjumlah� 14 orang (66.67%), dan pada siklus II berjumlah 19 orang (90.48%).

Kemampuan guru dalam� membuat format penilaian sikap dengan terampil dari siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan. Pada�� siklus I guru yang� benar-benar terampil berjumlah 13 orang (61.90%), dan pada siklus II berjumlah 17 orang (80.95%).

Berdasarkan data pada Tabel 1 kemampuan guru dalam membuat jurnal penilaian sikap dengan terampil dari siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan. Pada�� siklus I guru yang� benar-benar terampil berjumlah 12 orang (57.14%), dan pada siklus II berjumlah 16 orang (76.19%).

Kemampuan guru dalam membuat format penilaian diri siswa dengan terampil dari siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan. Pada�� siklus I guru yang� benar-benar terampil berjumlah 13 orang (61.90%), dan pada siklus II berjumlah 17 orang (80.95%).

Berdasarkan data pada Tabel 1 kemampuan guru dalam membuat� format penilaian antar teman dengan terampil dari siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan. Pada�� siklus I guru yang benar-benar terampil berjumlah 14 orang (66.67%), dan pada siklus II berjumlah 18 orang (85.71%).

 

B.  Pembahasan.

Pengaruh Pembinaan Terhadap Peningkatan Aktivitas Guru dari Siklus I-Siklus II. Hasil observasi proses pembinaan dari siklus I sampai Siklus II, menggambarkan bahwa aktivitas guru menunjukan pola yang aktif, serta antusias mengikuti setiap sesi pembinaan.�

Hampir semua guru berperan aktif membuat penilaian sikap format penilaian diri siswa, mulai dari membuat penilaian sikap mulai mengacu pada penilaian sikap di RPP, membuat format penilaian sikap, membuat jurnal penilaian sikap, membuat format penilaian diri siswa dan membuat format penilaian antar teman. Walaupun pada awalnya banyak yang belum terampil tetapi pada siklus II sudah menunjukkan kemajuan yang sangat pesat����������

Selain itu proses bimbingan dan arahan selama proses pembinaan yang dilakukan sudah diupayakan intensif. Sehingga guru tidak mengalami kesulitan dalam melaksanakan proses pembinaan dalam membuat penilaian sikap.

 

Kesimpulan

Hasil proses pembinaan pada siklus I, menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam membuat penilaian sikap mulai mengacu pada� penilaian sikap di RPP, membuat format penilaian sikap, membuat jurnal penilaian sikap, membuat format penilaian diri siswa dan membuat format penilaian antar teman masih perlu ditingkatkan. Aktivitas guru dalam siklus I, perlu ditingkatkan dan harus diperbaiki pada siklus II.

Proses pembinaan pada siklus II, menunjukkan bahwa aktivitas pembinaan guru dalam membuat penilaian sikap mulai mengacu pada� penilaian sikap di RPP, membuat format penilaian sikap, membuat jurnal penilaian sikap, membuat format penilaian diri siswa dan membuat format penilaian antar teman sudah menunjukkan adanya peningkatan. Siklus II mengakhiri pembinaan, dengan indikator setiap aspek penilaian aktivitas guru telah diatas 70.00%.

Selama proses pembinaan mulai siklus I sampai siklus II, peneliti berusaha memotivasi setiap guru dan melaksanakan bimbingan serta arahan secara intensif dan adil, supaya setiap guru berpartisifasi dalam mengikuti setiap sesi pembinaan, mulai dari membuat penilaian sikap mulai mengacu pada� penilaian sikap di RPP, membuat format penilaian sikap, membuat jurnal penilaian sikap, membuat format penilaian diri siswa dan membuat format penilaian antar teman

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Ali, Mehrunnisa Ahmad. (2000). Supervision for teacher development: an alternative model for Pakistan. International Journal of Educational Development, 20(3), 177�188.

 

Arikunto, Suharsimi. (2003). Prosedur Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.. Table.

 

Bella, E. (2018). Pengaruh Penerapan Literasi Digital & Teknologi terhadap Peningkatan Pembelajaran Siswa di SMP Negeri 6 Banda Aceh. Skripsi. UIN Ar-Rantry Darussalam�Banda Aceh.

 

Berk, Joseph, & Berk, Susan. (1993). Total quality management: Implementing continuous improvement. Sterling Publishing.

 

Gebhard, Jerry G. (1990). Models of Supervision: Choices in J. Richards and D. Nunan (Eds) Second Language Teacher Education. Cambridge: Cambridge University Press.

 

Geeta, Heble. (2005). A Model of Expert Instructional Supervision, Doctor of Education. Wilmington College, November, 2006.

 

Haristy, Djuniar R., Enawaty, Eny, & Lestari, Ira. (2013). Pembelajaran Berbasis Literasi Sains pada Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit di SMA Negeri 1 Pontianak. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 2(12).

 

Hernani, Hernani, & Mudzakir, Ahmad. (2010). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Literasi Sains dan Teknologi Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Matematika Dan Sains, 15(1), 29�34.

 

Husain, Chaidar. (2014). Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran di SMA Muhammadiyah Tarakan. Jurnal Kebijakan Dan Pengembangan Pendidikan, 2(2).

 

Mosavi, Faranak. (2014). Present a Conceptual Framework of Supervisory System for Teacher. Journal of Educational and Management Studies, 4(4), 738�744.

 

Nomor, Undang Undang Republik Indonesia. (2008). Metode dan Teknik Supervisi. Ditendik-Dirjen PMPTK. Jakarta.

 

Permen, P. A. N., & No, R. B. (21AD). Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya.

 

Permendikbud, R. I. (n.d.). Nomor 143 Tahun 2014. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah Dan Angka Kreditnya.

 

Retno. (2015). Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Retrieved from %3Cwww.interact.uoregon.edu/MediaLit/readingarticles/hobbs/inspractice.html,%3Ediakses 20 Agustus 2011

 

Sudjana. (2001). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Jakarta: Sinar Baru.

 

Suherman, Erman, & Udin, S. W. (1992). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud.

 

Sujana, dkk. (2011). Buku Kerja Pengawas. Jakarta: Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan, Badan PSDM dan PMP, Kementrian Pendidikan Nasional.

 

Sukidin, Dkk. (2002). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Insan Cendekia.

 

Sumarno, U. (2005). Penelitian Siklus. Makalah. UPI. Tidak Diterbitkan.

 

Suryana, Nana. (2019). Supervisi Klinis Untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Digital Guru SMK Negeri Maniis Purwakarta. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 4(9), 73�82.

 

Wilson, Elizabeth K. (2006). The impact of an alternative model of student teacher supervision: Views of the participants. Teaching and Teacher Education, 22(1), 22�31.

 

Wiriaatmadja. (1999). Penelitian Tindakan dalam Bentuk Siklus Sebagai Upaya Meningkatkan Kemahiran Profesional Dosen di Perguruan Tinggi. Jurnal Mimbar Penelitian.

�