Syntax Idea : p�ISSN: 2684-6853e-ISSN : 2684-883X�����

Vol. 2, No. 1 Januari 2020

 


PEMBINAAN UNTUK MENGOPTIMALKAN HASIL KEGIATAN MAGANG GURU PRODUKTIF SMK NEGERI 3 MAGELANG MELALUI LEARNING COMMUNITY

 

Mila Yustiana

SMK Negeri 3 Magelang

Email: [email protected]

 

Abstrak

Pendidikan menengah kejuruan berperan menyiapkan peserta didik agar siap bekerja. Baik membuka lapangan pekerjaan sendiri maupun mengisi lowongan pekerjaan yang ada. SMK sebagai institusi pendidikan, dituntut menghasilkan tamatan sebagaimana yang diharapkan oleh dunia kerja. Maka, dalam upaya memenuhi kebutuhan tersebut, SMK Negeri 3 Magelang ditunjuk oleh pemerintah untuk direvitalisasi. Strategi utama revitalisasi tersebut antara lain membangun relevansi lulusan dengan pasar tenaga kerja. Selain itu perlu adanya penjaminan mutu, yakni standarisasi proses pembelajaran dan sertifikasi keahlian berbasis industri. Untuk itulah guru produktif pengampu mata pelajaran produktif diminta untuk belajar lagi dan melaksanakan magang di DU/DI. Tujuannya, supaya mereka memiliki tambahan keahlian dalam melaksanakan pembelajaran yang bermutu. Magang guru produktif dapat meningkatkan relevansi kompetensi keahlian guru produktif dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada di dunia usaha dan dunia industry. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan sekolah yaitu melaksanakan pembinaan bagi sekelompok guru di suatu sekolah, melalui beberapa siklus, mengunakan sistem spiral refleksi model Kemmis dan Mc Taggart yang dimodifikasi. Strategi/Metode Kerja/Teknik Pembinaan yang digunakan pada siklus 1 adalah learning community,Observasi-Refleksi-Rekomendasi, dan Focused Group Discussion, sedangkan pada siklus 2 adalah learning community, metode Delphi, Observasi-Refleksi-Rekomendasi, dan Focused Group Discussion. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah pembinaan, kinerja guru dalam melaksanakan learning community, aktif menuliskan hasil Focused Group Discussion, membuat RPP berbasis materi hasil kegiatan magang, membuat materi pelajaran berbasis materi hasil kegiatan magang, dan membuat penilaian pembelajaran berbasis hasil kegiatan magang, sudah menunjukkan adanya peningkatan, dari siklus I ke siklus II. Siklus II mengakhiri pembinaan, dengan indikator keaktifan guru telah diatas 80.00% dan skorguru minimal 80.00 sudah diatas 85%

 

Kata kunci: Mengimplementasi Kegiatan Magang, Learning Community

 

Pendahuluan

Dunia kerja saat ini dan yang akan datang membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang tidak hanya memiliki kemampuan teoritis semata. Melainkan, juga punya kompetensi keahlian khusus dan siap kerja. Untuk diketahui, dengan diberlakukan ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan ASEAN Free Labor Area (AFLA) sejak 2003 serta Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mulai 2016 lalu, semakin membuka persaingan global, baik dari sisi ekonomi maupun tenaga kerja. Pembangunan bangsa Indonesia ke depan, sangat tergantung pada kualitas SDM yang sehat secara fisik. Juga secara mental, serta memiliki keterampilan dan kompetensi yang mampu bersaing di era global (Semiawan, 1992). Upaya yang telah dilakukan pemerintah, senantiasa menggunakan berbagai macam cara. Salah satunya, di jalur pendidikan (Retno, 2015).

Pendidikan menengah kejuruan berperan menyiapkan peserta didik agar siap bekerja. Baik membuka lapangan pekerjaan sendiri maupun mengisi lowongan pekerjaan yang ada. SMK sebagai institusi pendidikan, dituntut menghasilkan tamatan sebagaimana yang diharapkan oleh dunia kerja. Maka, dalam upaya memenuhi kebutuhan tersebut, SMK Negeri 3 Magelang ditunjuk oleh pemerintah untuk direvitalisasi. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas dan daya saing sumber daya manusia Indonesia, sesuai Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016. Strategi utama revitalisasi tersebut antara lain membangun relevansi lulusan dengan pasar tenaga kerja. Selain itu perlu adanya penjaminan mutu, yakni standarisasi proses pembelajaran dan sertifikasi keahlian berbasis industri.

Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Di dalam proses komunikasi selalu melibatkan tiga komponen pokok yaitu komunikator dalam hal ini pengirim pesan (guru), komunikan atau penerima pesan (siswa), dan komponen pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Proses komunikasi ini tidak selalu berhasil dengan baik. Kadang-kadang dalam proses komunikasi ini  terjadi kegagalan komunikasi (Suryana, 2019). Spesifikasi pembelajaran sendiri berharap lulusan bisa terserap lapangan kerja yang relevan. Untuk itu, penting melakukan job matching mata pelajaran atau penjurusan sesuai dengan kebutuhan Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI). Untuk itulah guru produktif pengampu mata pelajaran produktif diminta untuk belajar lagi dan melaksanakan magang di DU/DI. Tujuannya, supaya mereka memiliki tambahan keahlian dalam melaksanakan pembelajaran yang bermutu.

Magang guru produktif dapat meningkatkan relevansi kompetensi keahlian guru produktif dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada di dunia usaha dan dunia industri. Guru produktif dapat melihat secaranyata, tamatan seperti apa yang dicari, yang dibutuhkan oleh DU/DIitu nantinya. Magang guru produktif juga dapat menambah wawasan guru produktif SMK untuk merintis pengembangan teaching factory. Program magang guru produktif akan lebih bermakna jika guru yang telah melaksanakan magang tersebut mengimbaskan hasil magangnya kepada guru produktif lainnya (learning community). Sehingga diharapkan guru produktif lainnya akan bertambah pengetahuan dan keterampilan untuk lebih aktual mengimplentasikan pada proses pembelajarannya yang bermutu, berdasarkan standarisasi proses pembelajaran dan sertifikasi keahlian berbasis industry. Hal inilah yang mendorong peneliti telah melaksanakan penelitian tindakan sekolah untuk mengoptimalkan guru produktif SMK Negeri 3 Magelang mengimplementasikan hasil kegiatan magang di DU/DI kepada guru produktif lainnya melalui learning community.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Sekolah yaitu melaksanakan pembinaan bagi sekelompok guru produktif, di suatu sekolah, melalui beberapa siklus, mengunakan sistem spiral refleksi model Kemmis dan Mc Taggart yang dimodifikasi (Sukidin, 2002), dengan tahapan mulai dari merencanakan pembinaan setiap siklus, pelaksanan pembinaan setiap siklus, observasi pelaksanaan dan refleksi setiap siklus, yang dilakukan dari siklus I sampai siklus II dan seterusnya sampai�� diperoleh rekomendasi kemampuan guru produktifpada siklus terakhir tuntas (Sumarno, 2005; Wiriaatmadja, 1999). Indikatorketuntasan apabila telah mencapai 85 % subjek penelitian daya serapnya≥ 70 % (Arikunto, 2003; Depdikbud, 1994; Sudjana, 2001).

Strategi, metode kerja, dan teknik pembinaan yang digunakandalam penelitian ini adalah Focused Group Discussion serta Observasi-Refleksi-rekomendasi. Strategi/Metode Kerja/Teknik Pembinaan yang digunakan pada siklus 1 adalah learning community, Observasi-Refleksi-Rekomendasi, dan Focused Group Discussion, sedangkan pada siklus 2 adalah learning community, metode Delphi, Observasi-Refleksi-rekomendasi, dan Focused Group Discussion.

 

Hasil dan Pembahasan

A.  Hasil Penelitian

1)        Pelaksaan Pembinaan dari Siklus I � II

Hasil observasi terhadap pelaksanaan pembinaan menunjukkan bahwa kemampuan guru produktif dalam menguasai materi hasil kegiatan magang pada siklus II lebih baik dan tinggi dibanding siklus I, dengan demikian kegiatan pembinaan pada siklus II berupa kegiatan pembinaan telah berhasil dengan baik meningkatkan kemampuan guru produktif dalam menguasai materi hasil kegiatan magang.

Peneliti dalam melakukan diskusi balikan, selalu memperhatikan kekurangan-kekurangan yang ada sehingga disempurnakan pada siklus selanjutnya. Catatan lapangan (lembar observasi) dan lembar diskusi balikan telah mencatat perubahan yang terjadi. Perubahan yang terjadi tidak hanya dari cara hasil pembinaan, tetapi dilihat juga dilihat dari proses pembinaannya, yaitu aktivitas guru produktif. Aktivitas guru produktif dan perolehan skor guru produktif, selama pembinaan dari siklus I sampai siklus II telah mengalami perbaikan dan peningkatan.

2)        Perubahan Aktivitas Guru produktif dari Siklus 1 �Siklus II����������������������������������������

Proses pembinaan pada siklus II telah memperlihatkan adanya peningkatan aktivitas guru produktif dibanding pada siklus I, mulai dari aktif dalam melaksanakan learning community, aktif menuliskan hasil Focused Group Discussion, membuat RPP berbasis materi hasil kegiatan magang, terampil membuat materi pelajaran berbasis materi hasil kegiatan magang, dan terampil membuat penilaian pembelajaran berbasis hasil kegiatan magang.

Aktifitas guru produktif selama pembinaan pada siklus II dapat dilihat dari Tabel dibawah ini

Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru produktif selama penelitian dari siklus I sampai siklus II, dapat dilihat pada Tabel1.

Tabel1

Aktivitas Guru Produktif Selama Pembinaan dari Siklus I � Siklus II

 

Aktivitas Guru produktif Selama Pembinaan pada Siklus I � II

Aktif learning community

Menulis-kan hasil FGD

RPP berbasis hasil magang

Materi berbasis hasil magang

Penilaian berbasis hasil magang

I

II

I

II

I

II

I

II

I

II

Jlh

11

13

9

11

8

11

10

12

9

11

%

 

73

87

60

73

53

73

67

80

60

73

 

Data pada Tabel 1 menunjukkan guru produktif yang aktif dalam melaksanakan learning community dari siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus I guru produktif yangbenar-benar aktif dalam melaksanakan learning community berjumlah 11 orang (73.33%), dan pada������������� siklus II berjumlah 13 orang (86.67%). Dari siklus I kesiklus II mengalami peningkatan sebanyak 2 orang (13.33%).

Kemampuan guru produktif yang aktif dalammenuliskan hasil Focused Group Discussion dari siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan. Pada�� siklus I guru produktif yang benar-benar terampil berjumlah9 orang (60.00%), dan pada siklus II berjumlah 11 orang (73.33%). Dari siklus I ke������������������ siklus II mengalami peningkatan sebanyak 2 orang (13.33%).

Berdasarkan Tabel 1 diatas kemampuan guru produktif dalam membuat RPP berbasis materi hasil kegiatan magang dengan terampil dari siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan. Pada�� siklus I guru produktif yangbenar-benar terampil berjumlah 8 orang (53.33%), dan pada siklus II berjumlah 11 orang (73.33%). Dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebanyak 3 orang (20.00%).

Berdasarkan data pada Tabel 1, menunjukkan bahwa kemampuan guru produktif dalam membuat materi pelajaran berbasis materi hasil kegiatan magang dengan terampil dari siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan. Pada�� siklus I guru produktif yangbenar-benar terampil berjumlah 10 orang (66.67%), dan pada siklus II berjumlah 12 orang (80.00%). Dari siklus I ke����������������� siklus II mengalami peningkatan sebanyak 2 orang (13.33%).

Berdasarkan data pada Tabel 1, menunjukkan bahwa kemampuan guru produktif dalam membuat penilaian pembelajaran berbasis hasil kegiatan magang dengan terampil dari siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan. Pada�� siklus I guru produktif yangbenar-benar terampil berjumlah 9 orang (60.00%), dan pada siklus II berjumlah 11 orang (73.33%). Dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebanyak 2 orang (13.33%).

3)        SkorGuru Produktif dari Siklus I � II

Berdasarkan hasil skor guru produktif dalam menguasai materi hasil kegiatan magang selama pembinaan, menunjukkan adanya peningkatan skor guru produktif pada siklus II dibanding siklus I. Peningkatan skor guru produktif dapat dilihat pada Tabel2

Tabel2

Skor Guru Produktif dari Siklus I � II

No

Kode Guru Produktif

Nilai

Siklus I

Siklus II

1

AA

70

80

2

AB

50

60

3

AC

80

90

4

AD

70

80

5

AE

80

90

6

AF

50

70

7

AG

60

70

8

AH

60

70

9

AI

80

90

10

AJ

60

70

11

AK

50

60

12

AL

80

90

13

AM

70

80

14

AN

80

90

15

AO

60

70

Rata-rata

66.67

77.33

DSK

53.33%

86.67%

 

Berdasarkan data pada Tabel 2, dapat dijelaskan:

1)        Pada Siklus I, skor tertinggi adalah 80.00, terendah 50.00 danrata-ratanya adalah 66.67 serta jumlah guru produktif yang mengalami ketuntasan belajarnya sebanyak 8 orang (53.33%).

2)��� Pada Siklus II, nilai rata-rata harian tertinggi adalah 90.00, terendah 60.00 dan rata-ratanya adalah 77.33 serta jumlah guru produktif yang mengalami ketuntasan belajarnya sebanyak 13 orang (86.67%).

�� Berdasarkan data pada Tabel 2 tersebut diatas, skor yang diperoleh guru produktif dari siklus I sampai pada siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus I skor rata-rata guru produktif yaitu 66.67 point, dan pada siklus II yaitu 77.33 point, peningkatan yang terjadi sebesar 11.10 point. Begitu juga dengan Daya Serap Klasikal (DSK) mengalami peningkatan.

1)   Pengaruh Pembinaan Terhadap Peningkatan Aktivitas Guru produktif dari Siklus I � Siklus II

Hasil observasi proses pembinaan dari siklus I sampai Siklus II, menggambarkan bahwa aktivitas guru produktif menunjukan pola yang aktif, serta antusias mengikuti setiap sesi pembinaan. ����������� Hampir semua guru produktif berperan aktif dalam melaksanakan learning community, aktif menuliskan hasil Focused Group Discussion, membuat RPP berbasis materi hasil kegiatan magang, terampil membuat materi pelajaran berbasis materi hasil kegiatan magang, dan terampil membuat penilaian pembelajaran berbasis hasil kegiatan magang. Walaupun pada awalnya banyak yang belum terampil, tetapi pada siklus II sudah menunjukkan kemajuan yang sangat pesat�����������

2)   Pengaruh Pembinaan terhadap Kemampuan dan Keterampilan Guru produktif dalam Menguasai materi hasil kegiatan magang.

Hasil observasi proses pembinaan dari siklus I sampai siklus II, menggambarkan bahwa skor guru produktif menunjukan adanya peningkatan. Peningkatan itu menunjukkan bahwa setiap guru produktif telah melaksanakan dan mengikuti tahap-tahap jalannya kegiatan pembinaan, serta menunjukan bahwa hampir semua guru produktifberperan aktif mengikuti setiap sesi pembinaan yang dilakukan oleh peneliti. Sehingga pada saat dilaksanakan pengukuran kemampuan danketerampilan guru produktif dalam menguasai materi hasil kegiatan magang, pada siklus II, sudah 86.67% guru produktif memperoleh skor 70.00 ke atas. Selain itu proses bimbingan dan arahan selama proses pembinaan yang dilakukan sudah diupayakan intensif. Sehingga guru produktif tidak mengalami kesulitan dalam melaksanakan proses pembinaan.

 

Kesimpulan

1.    Hasil proses pembinaan pada siklus I, menunjukkan bahwa aktivitas guru produktif dalam melaksanakan learning community, aktif menuliskan hasil Focused Group Discussion, membuat RPP berbasis materi hasil kegiatan magang, terampil membuat materi pelajaran berbasis materi hasil kegiatan magang, dan terampil membuat penilaian pembelajaran berbasis hasil kegiatan magang masih perlu ditingkatkan, kemudian skor rata-rata hasil pembinaan guru produktif, belum memuaskan yaitu 66.67. Aktivitas guru produktif dalam siklus I, perlu ditingkatkan dan harus diperbaiki pada ����siklus II.

2.    Hasil proses pembinaan pada siklus II, menunjukkan bahwa aktivitas guru produktif dalam melaksanakan learning community, aktif menuliskan hasil Focused Group Discussion, membuat RPP berbasis materi hasil kegiatan magang, terampil membuat materi pelajaran berbasis materi hasil kegiatan magang, dan terampil membuat penilaian pembelajaran berbasis hasil kegiatan magang sudah menunjukkan adanya peningkatan. Skor r ata-rata hasil pembinaan guru produktif sudah meningkat menjadi 77.33 point, siklus II mengakhiri pembinaan, dengan indikator Aktivitas Guru produktif telah diatas 70.00% dan Skorguru produktif minimal 70.00 sudah diatas 85%, yaitu sebesar 86.67%

3.    Selama proses pembinaan mulai siklus I sampai siklus II, peneliti berusaha memotivasi setiap guru produktif dan melaksanakan bimbingan serta arahan secara intensif dan adil, supaya setiap guru produktif berpartisifasi dalam mengikuti setiap sesi pembinaan, terutama aktif dalam melaksanakan learning community, menuliskan hasil Focused Group Discussion, mencari data/informasi melalui , membuat materi pelajaran berbasis materi hasil kegiatan magang, serta terampil membuat RPP berbasis materi hasil kegiatan magang

 

 

 

 

 

 

 

 

 

����������������������������������������������������������

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

Arikunto, Suharsimi. (2003). Prosedur Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.. Table.

 

Depdikbud, R. I. (1994). Pedoman Pembinaan Profesional Pendidik Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

 

Retno. (2015). Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali.

 

Semiawan, Conny. (1992). Pendekatan Keterampilan Proses, Jakarta: PT. Gramedia.

 

Sudjana. (2001). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Jakarta: Sinar Baru.

 

Sukidin, Dkk. (2002). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Insan Cendekia.

 

Sumarno, U. (2005). Penelitian Siklus. Makalah. UPI. Tidak Diterbitkan.

 

Suryana, Nana. (2019). Supervisi Klinis Untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Digital Guru SMK Negeri Maniis Purwakarta. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 4(9), 73�82.

 

Wiriaatmadja. (1999). Penelitian Tindakan dalam Bentuk Penelitian Siklus Sebagai Upaya Meningkatkan Kemahiran Profesional Dosen di Perguru produktifan Tinggi. No 30/Juli. Magelang. UPI Magelang. Jurnal Mimbar Penelitian.