Syntax Idea : p�ISSN: 2684-6853e-ISSN : 2684-883X�����

Vol. 2, No. 1 Januari 2020

 


HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PEKERJAAN DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DI WILAYAH PUSKESMAS JALAKSANA KUNINGAN

 

Emah Rohemah

Akademi Kebidanan Graha Husada Cirebon

Email: [email protected]

 

Abstrak

Makanan pendampingASI (MP-ASI adalah makanan yang paling penting untuk mencukupi kebutuhan gizi bayi, selain ASI sebagai makanan utama. tingkat pengetahuan yang kurang, ibu bekerja pendaptan rendah, kunjungan ibu ke pelayanan kesehatan yang tidak rutin dapat mempengaruhi pemberian MP-ASI. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan pekerjaan ibumenyusui dengan pemberian MP-ASI. Metode penelitian ini adalah korelasional dengan pendekatancross sectional, sampel di ambil secara simple random sampling sebanyak 72 orang ibu sedang menyusui. Data yang dikumpulkan adalah data primer dengan menggunakan kuisioner terstruktur dan di analisa dengan menggunakan ditribusi frekuensi Chi-square dan Mann-Whitney test. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Jalaksana Kabupaten Kuningan. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa teradapathubungan tingkat Pengetahuan ibu dengan penberian MP-ASIdenagn nilai X2 hitung (7,610)>X2 tabel (3,841) denagn p = 0,006 <α = 0,05, dan ada hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian MP-ASI denagn nilai X2 hitung (6,522) >X2table (3,841) dengan p = 0,011<α = 0,05.

 

Kata kunci: Pengetahuan, pekerjaan dan pemberian MP-ASI.

 

Pendahuluan

Visi Indonesia bahwa �Masyarakat Sehat Mandiri dan Berkeadilaningin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku yang sehatmemeiliki kemamapuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh wilayah Republik Indonesia.

Sejalan dengan tujuan Pembanguan Nasiaonal dibidang kesehatan yaitu ditujukan untuk peningkatan derajat kesehatan anak secara keseluruhan yang akan menjamin proses tumbuh kembang anak secara optimsl menuju generasi muda yang sehat sebagai sumber daya pembangunan. Tingkat gizi masyarakat merupakan tolak ukur kemajuan program pembangunan Negara, oleh karena itu program pemuatan perbaiakan gizi merupakan langkah penting yang perlu dilaksanakan (RI, 2008). Pembngunan Nasional hakekatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya. Upaya membangun manusia seutuhnya harus dimulai sejak dinidari awal mungkin sejak manusia masih berada dalam kandungan dan semasa balita (RI, 2008)

Malnutrisi banyak ditemukan pada anak-anak, dari kurang gizi hingga busung lapar. Asupan gizi di Indonesia masih terbilang memeprihatrinkan (Astuti, 2017). Tercatat sampai tahun 2006 terdapat 2,3 juta penderita gizi buruk (UNICEF). Sebanayak 175.000 balita (bayi-usia 5 tahun) di Indonesia mengalami gizi buruk (Marasmus dan Kwashiorkok) dan 5 juta balita lainnya mengalami kurang gizi (Tempo, 2015).

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan utama sudah tidak mencukupi kebutuhan gizi bayi (Sutomo,2006). Solusi yang dapat dilakukan oleh ibu menyusui dengan memberikan Makanan Pendanping Asi (MP-ASI), yang sebaiknya dilakukan saat anak telah memasuki usia 6 bulan, dan harus dibrikan makanan secara bertahap baik dari porsi maupun tingkat kepadatannya.

Propinsi Jawa Barat mempunyai bayi sebanyak 8.390 bayi diberikan MP-ASI dan 536 orang berada di Bawah Garis Merah (GBM), (Profil Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat Tahun 2012). Sementara di Puskesmas Jalaksana Kabupaten Kuningan terdapat 198 bayi yang diberikan MP-ASI dari 252 orang bayi (78,6%) diantaranya memiliki gizi baik sebanyak 23 orang bayi (9,13%) berada di garis merah (BGM) 15 orang bayi (5,95%) memiliki gizi kurang 7 orang bayi (2,77%) dan memiliki gizi lebih dan 9 orang bayi (3,57%).

Seharusnya tidak ditemukan lagi bayi yang menderita gizi buruk atau kurang, karena sejak 10 tahun terakhir pemerintah telah mencanakan anak Indonesia bebas dari gizi buruk. Hal tersebut telah di upayakan melalui program perbaikan giziyang pelaksanannya pada tingkat pelayanan pertama yaitu Puskesmas.

Salah satu factor yang erat kaitanya dengan upaya perbaikan gizi pada tingkat keluarga adalah dengan memberikan pemahaman (promosi) tentang pentingnya gizi bagi pertumbuhandan perkembangan bayi dan balita. Upaya tersebut dilakukan melalui program utama Puskesmas. Akan tetapi pada kenyataan masih ditemukan bayi yang masih menderita gizi buruk. Tetapi pemberian MP ASI terlalu dini pun tidak begitu baik. Risiko pemberian MP ASI dini yaitu gangguan saluran pencernaan, reaksi alergi, mengurangi penyerapan zat besi, terserang penyakit infeksi, mengurangi penyerapan zat besi, obesitas dan berisiko mengalami invaginasi (Evitasari, 2016). Aspek pengetahuan tentang gizi merupakan salah satu komponen yang cukup penting dalam meningkatkan upaya perbaikan gizi pada keluarga. Seharusnya setiap keluarga harus memahami tentang perbaikan gizi dan mendapat perhatian khusus. Selain itu pekerjaan ibu merupakan aspekyang dapat menghambat dalam pemberian MP-ASI. Penelitian Widiya menggambarkan bahwa tingkat pengetahuan ibu yang menyusui tentang MP-ASI di katagorikan kurang, karena itu penelitian ini akan kembangkan dengan metode korelasional dan mengembangkan variable pekerjaan.

 

 

 

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan metode korelasional, dengan pendekatan cross sectional, untuk melihat hubungan antara variable independent (bebas) variable dependen (terikat). Variable Independen adalah tingkat pengetahuan dan pekerjaan ibu menyusui, variable dependen adalah MP-ASI. Sampel penelitian ini adalah ibu yang menyusui dengan kriteria sedang menyusui, usia bayi 6-12 bulan, member MP-ASI. Jumlah saat penelitian sebanyak 72 orang yang diambil secara acak.

Penelitian ini dilaksanakan wilayah Puskesmas Jalaksana Kabupaten Kuningan pada bulan Januari-Juli Tahun 2018. Data yang digunakan yaitu data primer dengan menggunakan kuisoner untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pekerjaan ibu menyusui di wilayah Puskesmas Jalaksana sampel 72 orang menggunakan kuisoner tertutup dimana responden hanya menulis jawaban yang telah disediakan oleh penelitih sesuai dengan alternative jawaban yang telah disediakan. Sedangkan data sekunder melihat register ibu di Puskesmas Jalaksana pada bulan Januari-Juli Tahun 2018, untuk mengetahui data ibu dan status gizi. Data di analisis secara univariat melihat distribusi frekuensi dan persentasi dari setiap variabel guna mendapatkan gambaran dan jumlah responden sehingga dapat menjelaskan karakteristik masing-masing variabel. Sedangkan analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan tingkat pengetahuan dan pekerjaan ibu menyusui dengan kejadian kesesuaian pemberian makanan pendamping ASI, dengan menggunkan uji �Chi-Square� untuk table 2�2 dengan tingkat kepercayaan 95% (α5%) (Sugiyono, 2015).

 

Hasil dan Pembahasan

1.      Hasil

A.  Analisa Univariat

Hasil penelitian ini diperoleh data sebagaimana tertera pada tabel berikut ini

Tabel 1

Distribusi frekuensi Pemberian MP-ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Jalaksana Kabupaten Kuningan Tahun 2018

No

MP-ASI

Frekuensi

Persentase

������ (%)

1.

Tdk sesuai

42

58.3

2.

Sesuai

30

41.7

Jumlah

72

100

 

Tabel diatas menunjukan bahwa sebagian besar responden membutuhkan MP-ASI tidak sesuai sebanyak 42 orang (58,3%).

 

 

 

 

 

 

Tabel 2

Distribusi frekuensi Tingkat Pengetahuan responden di Wilayah Kerja Puskesmas Jalaksana Kabupaten Kuningan Tahun 2018

No

Pengetahuan

Frekuensi

Persentase

(%)

1.

Kurang

39

54.7

2.

Baik

33

45.3

Jumlah

72

100

 

Hasil penelitian sebagian besar responden pada tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 42 orang (54,7%).

Untuk melihat distribusi frekuensi pekerjaan responden diperoleh data sebagaimana tertera pada tabel berikut:

Tabel 3

Distribusi frekuensi Pekerjaan responden di Wilayah Kerja Puskesmas M. Thaha Tahun 2018

No

Pekerjaan

Frekuensi

Persentase

(%)

1.

Tidak bekerja

34

47.2

2.

Bekerja

38

52.8

Jumlah

72

100

 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak bekerja sebanyak 34 orang (47,2%).

B.   Analisis Bivariat

Analisa ini dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independent (tingkat pengetahuan dan pekerjaan) dan variabel dependent yaitu MP-ASI, uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi-Square= 0,05 bila p value labih kecil atau = 0,05 berarti ada hubungan yang bermakna antara variabel dependent dengan independent.

Untuk melihat distribusi frekuensi pekerjaan responden diperoleh data sebagaimana tertera pada tabel berikut :

Tabel 4

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Jalaksana Kabupaten Kuningan Tahun 2018

Tingkat pengetahuan

Pemberian MP-ASI

Jml

X2

p

Tdk sesuai

Sesuai

F

%

F

%

Kurang

29

40.2

10

19.9

39

7.61

0.006

Baik

13

18.06

20

27.8

33

Jumlah

42

58.26

30

27.8

72

 

Berdasarkan tabel 4 dari 39 orang ibu yang memiliki tingkat pengetahuan kurang ada 29 orang (40,2%) dengan pemberian MP-ASI yang tidak sesuai dan dari 33 orang ibu yang memiliki tingkat pengetahuan baik ada 13 orang (18,06%) dengan pemberian MP-ASI yang tidak sesuai. Hasil uji statistik dengan perhitungan Chi-Square di peroleh nilai X2 hitung (7,610) > X2 tabel (3,841) dengan nilai = 0,006 < 0,05, berarti ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu menyusui dengan pemberian MP-ASI.

Tabel 5

Hubungan Tingkat Pekerjaan Ibu dengan Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Jalaksana Kabupaten Kuningan Tahun 2018

Pekerjaan

Pemberian MP-ASI

Jml

�� X

���� P

 

 

 

Tdk sesuai

Sesuai

 

 

 

 

F

%

F

%

 

 

 

 

Tdk bekerja

14

38.9

20

8.3

34

6.522

0.011

 

bekerja

28

19.4

10

33.3

38

 

 

 

 

Jumlah

42

58.3

30

41.6

72

 

 

 

Berdasarkan tabel 5 dari 38 orang ibu yang tidak bekerja ada 28 orang (9,4%) dengan pemberian MP-ASI yang tidak sesuai dan dari 34 orang ibu yang bekerja ada 28 orang (38,9%) dengan pemberian MP-ASI yang tidak sesuai. Hasil uji statistik dengan perhitungan Chi-Square diperoleh nilai X2 hitung (6,522) > X2 tabel (3,841) denagn nilai0,011 < 0,05 berarti ada hubungan antara Pekerjaan ibu menyusui dengan pemberian ASI.

2.      Pembahasan

Berdasarkan hasil analisa univariat sebagian besar (60,1%) responden 39 orang ibu dengan tingkat pengetahuan kurang. Kurangnya pengetahuan ibu tentang MP-ASI menyebabkan dalam memilih jenis MP-ASI mereka tidak mengetahui dengan pasti kandungan MP-ASI tersebut. Apabila pengetahuan akan sumber daya alam yang ada dapat dikuasai, maka keterbatasan daya beli bukan hambatan untuk menyediakan MP-ASI (Baso, 2015).

Berdasarkan hasil analisa bivariat bahwa dari 39 orang ibu yang memiliki tingkat pengetahuan kurang ada 29 orang (40,2%) dengan pemberian MP-ASI yang tidak sesuai dan dari 33 orang ibu yang memiliki tingkat pengetahuan baik ada 13 orang (18,06%) dengan pemberian MP-ASI yang tidak sesuai.

Hasil uji statistik didapatkan p=0,006 < p 0,05, disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu menyusui dengan pemberian Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian (Baso, 2015) yang menyatakan bahwa pengetahuan dan prilaku ibu yang mempunyai bayi usia 6-12 bulan tentang pemberian MP-ASI memegang peranan yang penting untuk mencegah gangguan tumbuh kembang. Rendahnya mutu MP-ASI dan tidak sesuainya pola asuh yang diberikan sehingga beberapa kebutuhan zat gizi tidak terpenuhi. Hal tersebut menyebabkan terjadinya gangguan tumbuh kembang pada bayi usia 6-12 bulan di Indonesia. Sementara itu penelitian (Theresiana, 2017) menyatakan bahwa salah satu penyebab terjadinya masalah rawan gizi pada anak adalah rendahnya pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan gizi pada anak (p=0,005,OR=3,5697), sehingga dalam memberikan makanan ibu kurang memenuhi kebutuhan gizi.

Sementara itu (Kartika, 2016) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi prilaku ibu dalam memberikan MP-ASI antara lain pengetahuan, sikap, kepercayaan, dukungan keluarga dan petugas kesehatan, serta sarana dan fasilitas yang menunjang pemberian MP-ASI (p = 0,001, OR=0141). Untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI pada bayi dapat diperoleh melalui penyuluhan di Posyandu atau  di tempat pelayanan kesehatan lainnya secara berkesinambungan. (RI, 2008) menyatakan bahwa telah dilakukan upaya sosialisasi pemberian MP-ASI yang diutamakan pada anak dengan gizi kurang untuk mengatasi kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai MP-ASI.

Realisasi keberadaan bidan desa sebagai salah satu upaya pencegahan dalam bidang kesehatan yaitu dengan melalui kegiatan penyuluhan tentang pemberian MP-ASI. Penyuluhan ini diberikan pada ibu khususnya ibu dengan tingkat pengetahuan rendah, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, wawasan, keterampilan, motivasi, dan kesadaran ibu dalam memberikan MP-ASI sehingga resiko terjadinya gangguan kesehatan pada anak dapat dikurangi. Ibu diharapkan selalu berusaha meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan pemberian MP-ASI, terutama bagi ibu dengan tingkat pengetahuan rendah (Theresiana, 2017).

Berdasarkan analisa univariat separuh responden yang tidak bekerja dan berdasarkan hasil analisa bivariat bahwa hasil uji statistik menunjukkan hasil p = 0,011 < =0,05 berarti ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian MP-ASI.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat (Soetjiningsih, 2015) walaupun ibu bekerja sebaiknya ibu tetap terus menyusui bayinya dengan tetap memberikan ASI dan MP-ASI. Sementara itu (Shelov, 2017) menyatakan bahwa ibu harus tetap memberikan ASI walaupun MP-ASI sudah diberikan. Di daerah kota dan semi perkotaan ada kecenderungan rendahnya frekuensi menyusui ASI yang terlalu dini dihentikan pada ibu-ibu yang bekerja. Hal ini disebabkan karena kurangnya manejemen laktasi pada ibu yang bekerja. Akibatnya rendahnya konsumsi zat gizi,  terlebih jika pemberian MP-ASI pada anak kurang diperhatikan.

 

 

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti dapat disimpulkan bahwa :

1.    Ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan Ibu dengan pemberian MP-ASI.

2.    Ada hubungan yang bermakna antara tingkat pekerjaan, dengan pemberian MP-ASI.

Diharapkan bagi petugas kesehatan di puskesmas hendaknya memberikan penyuluhan tentang MP-ASI (meliputi jenis, takaran, pengolahan, dan cara pemberian) pada ibu-ibu dengan tingkat pengetahuan rendah, ibu bekerja, ibu dengan pendapatan keluarga rendah, dan ibu yang tidak rutin berkunjung ke pelayanan kesehatan sehingga ibu-ibu tersebut sesuai dalam memberikan MP-ASI untuk bayinya, antara lain :

Bagi ibu dengan tingkat pengetahuan rendah hendaknya lebih sering mengikuti penyuluhan-penyuluhan yang diadakan oleh petugas kesehatan  agar dapat menambah pengetahuan tentang MP-ASI yang sesuai untuk bayinya.

Bagi ibu bekerja, hendaknya tetap menyediakan makanan yang dibuat sendiri di rumah yang memenuhi kebutuhan gizi untuk bayinya dan tidak menggunakan makanan pabrik yang praktis dan cepat saji.

Pemberian penyuluhan tersebut di berikan dengan metode sederhana, mudah di pahami antara lain menggunakan metode simulasi dan demonstrasi, di laksanakan secara berkala dan terstruktur sesuai dengan rencana kegiatan tahunan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Astuti, MP. (2017). Beda Kurang Gizi dan Gizi Buruk. Retrieved from ([email protected]), diakses 7 Maret 2008).

 

Baso, M. (2015). Studi Longitudinal Pertumbuhan Bayi yang Diberi MP-ASI Pabrik (Blendeed Food) Dan MP-ASI Non Pabrik (Local Food) 2015.

 

Evitasari, Desi. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pemberian Makanan Pendamping ASI Bayi Usia< 6 Bulan. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(3), 39�49.

 

Kartika, V. (2016). Pemberian MP-ASI Formula Pabrik pada Anak Umur 5 Bulan Selama 4 Bulan Tidak Membantu Perbaikan Pertumbuhan Anak Umur 18-22 Bulan di Keluarga Miskin.

 

RI, Depkes. (2008). Anak Dalam Konteks Keluarga. Jakarta.

 

Shelov, S. (2017). Perawatan Untuk Bayi dan Balita. Jakarta: Arcan.

 

Soetjiningsih. (2015). ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: Fakultas Kedokteran.

 

Sugiyono. (2015). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

 

Tempo. (2015). Balita Dengan Gizi Buruk Di Indonesia 175Ribu.

 

Theresiana, KL. (2017). Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Praktek Pemberian MP-ASI.

 

 

��������������������������������������������������������������������������������������������������