Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�
Vol. 3, No. 6, Juni 2021
EVALUASI IMPLEMENTASI
BLENDED LEARNING DENGAN PENDEKATAN THEORY PLAN BEHAVIOR
Arief Harkat Idram
Universitas
Pasundan (UNPAS) Bandung Jawa
Barat, Indonesia
Email: [email protected]
Abstract
Blended Learning can also be a word with Hybrid Learning, similar to the
name of a learning method that combines face-to-face learning with online
learning. and also an integration between traditional
classroom methods and online activities or e-learning. This method can maximize
the transfer rate of funds where to know which one is from where
by face-to-face by face-to-face online. However, the implementation of this
method is constrained by the habits or habits of teaching a life span that has
been cultivated so as to change it out of its habit is a careful planning. The
Planned Behavior Theory or Plan Behavior Theory (TPB) explains that, human
action is created by three kinds: beliefs about the results of behavior and
results of these results (behavioral beliefs), about the normative expectations
of others and for the motivation of expectations (normative beliefs), beliefs
there will be factors that can be processed or performance performance
of behavior and strength factors In combination, Attitude
to Behavior, subjective norms, and perceptions of Behavioral Control turn into
behavioral intentions. In general rules, the more attitudes / attitudes and
subjective norms (subjective norms), and the greater perceived control /
control felt, the stronger the intention to conduct behaviors that have a
strong intention behavior. At the time, while his control over the bermusying, people hoped to be wronged their intentions
there was a chance.
Keywords: mixed learning;
knowledge sharing behavior; attitude towards behavior; behavioral intentions
Abstrak
Blended Learning bisa juga disebut dengan Hybrid Learning, sesuai
dengan namanya merupakan suatu metode pembelajaran yang mengkombinasikan metode pembelajaran tatap muka dengan online learning. dan juga merupakan
integrasi antara metode kelas traditional dengan aktifitas online atau e-learning. Pendekatan
ini dapat memaksimunkan keuntungan berupa peningkatan transfer pengetahuan yang dihasilkan dari interaksi face-to-face
dengan interaksi online. Akan
tetapi implementasi metode ini terkendala
oleh kebiasaan atau perilaku ajar mengajar konvensional yang sudah membudaya sehingga untuk merubahnya perilaku tersebut memerlukan perencanaan yang matang. Teori Perilaku yang direncanakan atau Theory Plan
Behavior (TPB) menjelaskan bahwa,
tindakan manusia dipandu oleh tiga macam pertimbangan: keyakinan tentang kemungkinan hasil dari perilaku serta
evaluasi dari hasil ini (behavioral
beliefs), keyakinan tentang
harapan normatif orang lain
dan motivasi untuk mematuhi harapan (normative
beliefs), serta keyakinan
akan adanya faktor-faktor yang dapat memfasilitasi atau menghambat kinerja perilaku dan kekuatan yang dirasakan dari faktor-faktor tersebut (control
beliefs). Dalam kombinasi, Attitude toward
Behavior, norma subyektif,
dan persepsi dari Behavior
Control mendorong terbentuknya
suatu Behavioral Intention. Sebagai
aturan umum, semakin menguntungkan sikap/attitude dan Subjective Norm (norma subjektif), dan semakin besar Perceived
Control/ kontrol yang dirasakan,
semakin kuat harus niat seseorang
untuk melakukan perilaku yang bersangkutan jadi Behavioral Intention menguat.
Akhirnya, mengingat tingkat kontrol sebenarnya atas perilaku sudah cukup, orang diharapkan untuk melaksanakan niat mereka ketika
ada kesempatan.
Kata Kunci: blended
learning; knowledge sharing behavior; attitude toward behavior; behavioral
intention
Pendahuluan
Ilmu pengetahuan adalah sumber dari peradaban
dan kemajuan budaya manusia, sebagai barometer kemajuan ilmu pengetahuan
suatu Negara saat ini adalah penguasaan
teknologi, oleh sebab itu pendidikan merupakan tolok ukur keberhasilan dalam penguasaan ilmu dan teknologi disamping pengalaman dan budaya suatu Negara (Idram, 2016). Perguruan tinggi yang merupakan bagian terpenting dalam perananan sebagai pencetak sumber daya manusia yang unggul yang bisa meningkatkan keunggulan kompetitif suatu Negara.
Berkaitan hal itu model pembelajaran dapat diartikan
sebagai suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk
menentukan perangkat pembelajaran terma- suk di dalamnya buku-buku, film,
komputer, kurikulum, dan lain-lain (Elyas, 2018).
Model pembelajaran adalah bentuk atau
desain spesifik yang dirancang secara sistematis berdasarkan teori belajar atau
landasan pemikiran bagaimana mahasiswa belajar untuk mencapai
tujuan pembelajaran (Asmendri & Sari, 2018). Memiliki pengaturan lingkungan belajar, adanya proses interaksi, yang digunakan untuk membantu mahasiswa memperoleh hasil belajar lebih baik.
Komponen model terdiri dari sintak, sistem
sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung dan� dampak instruksional dan dampak pengiring (Sari, 2016). Kompetensi Abad 21 juga menuntut
agar peserta didik terlibat langsung dalam proses pembelajaran yang memanfaatkan fasilitas internet, dimana peserta didik bukan hanya
sebatas mencari informasi, tapi peserta didik juga melaksanakan pembelajaran secara online. Dengan begitu keterampilan literasi TIK dan literasi informasi peserta didik akan tergali
(Wijayanti, Maharta, & Suana, 2017).
Di�
Indonesia� proses� pembelajaran� di�
dunia� maya� biasa� disebut� dengan daring atau�� dalam ��jaringan�� sedangkan�� luring adalah�� luar�� jaringan�� artinya menggunakan� klasikal (Naim, 2020).� Cirinya adalah pembelajaran dilaksanakan bukan hanya� di kelas-kelas� seperti� pada� umumnya� tapi� dikolaborasikan� dengan� duniamaya� atau lebih dikenal dengan
kelas virtual. Penggabungan
pembelajaran di �dunia nyata dan didunia maya inilah yang kemudian dikenal dengan istilah hybrid learning atau
blended learning (Sulistiono, 2019). Blended Learning
yaitu model pembelajaran
yang mengintegrasikan pembelajaran
tradisonal tatap muka dan pembelajaran jarak jauh yang menggunakan sumber belajar secara Online.
Pentingnya�� penelitian�� mengembangkan�� instrumen ��penilaian blended
learning ini didasari pentingnya evaluasi itu sendiri. Seperti� yang� disebutkan� pada
PP� no�
32 tahun 2013 pasal
1 ayat� 25 bahwa� evaluasi� pendidikan� adalah� kegiatan pengendalian,� penjaminan,� dan� penetapan� mutu� pendidikan� terhadap� berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai� bentuk pertanggung� jawaban� penyelenggaraan� pendidikan (Bentri, Hidayati, & Rahmi, 2018). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan (Indriani, Fathoni, & Riyana, 2018)
dengan membandingkan hasil belajar antara
tatap muka (Face to Face), Kombinasi
(Blended Learning), dan Internet (Online Learning) didapatkan
data bahwa penggunaan model
pembelajaran dengan kombinasi (Blended
Learning) lebih efektif
dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Penerapan blended learning dapat mengintegrasikan manfaat yang diperoleh dari knowledge
management dan e-learning. Pendekatan dengan mengombinasikan interaksi tatap muka dan interaksi online ini idealnya mampu meningkatkan kualitas pembelajaran di perguruan tinggi (Amila & Suryadi, 2016).
Blended�� learning�� merupakan�� gabungan 2 (dua) lingkungan belajar.� Di satu sisi,�� ada�� pembelajaran�� tatap�� muka�� di�� lingkungan�� tradisional,��
di� �sisi�� lain ada lingkungan pembelajaran terdistribusi yang mulai tumbuh�� dan�� berkembang�� dengan cara-cara�� eksponensial�� sebagai� �teknologi baru yang kemungkinan diperluas untuk distribusi komunikasi dan interaks (Sudrajat, Mulyasana, & Arifin, 2018).
. Kualitas Pendidikan di
Indonesia tergolong rendah laju perkembangannya dibandingkan�� dengan��
negara-negara�� lain. Hasil�� survei�� yang telah�� dilakukan oleh Programme of International Student Assessment�� (PISA)��
tahun 2012��
terhadap kemampuan� sains,� menempatkan� Indonesia pada� peringkat� 64� dari 65� negara� di dunia, atau�� hanya�� satu�� tingkat�� di�� atas�� Peru (Siregar, Susilo, & Suwono, 2017). Universitas Pasundan (Unpas) berdiri sejak tanggal
14 November 1960, didirikan oleh Paguyuban
Pasundan (1913). Pada usia
yang menjelang 50 tahun, Unpas telah tumbuh
dan berkembang menjadi sebuah universitas terkemuka dan kebanggaan masyarakat, terbukti dari jumlah
mahasiswa yang saat ini terbesar di lingkungan Kopertis Wilayah IV
Jabar dan Banten (www.unpas.ac.id). Sebagai salah satu lembaga pendidikan
tinggi ternama di
Indonesia, Unpas berkewajiban
menghasilkan sumber daya berbudaya riset yang dapat menjalankan system
industry nasional serta
infrastruktur pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, ilmu social dan kemanusiaan. Hal ini sesuai dengan
hakekat pendidikan tinggi yang merupakan upaya sadar untuk
meningkatkan kadar ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi mahasiswa dan lembaga (http:www.dikti.go.id). Mengacu visi jangka panjang
UNPAS yaitu menjadi komunitas akademik peringkat internasional yang mengusung nilai Sunda dan Islam
di tahun 2021 (Olapiriyakul & Scher, 2006).
Metode
Penelitian
Metode penelitian yang diambil dengan Konsep pengajaran online juga menjadi perhatian khusus bagi UNPAS terutama 7 ini dapat memaksimunkan keuntungan berupa peningkatan produksi dan transfer
pengetahuan yang dihasilkan
dari interaksi face-to-face dengan
interaksi online (Idram, 2016).
Hasil dan Pembahasan
1. Analisis Statistika Deskriptif Model Pengukuran
Analisa statistika deskriptif�
ditujukan untuk mengetahui karakteristik jawaban responden serta
mengenal profil responden.
2.
Analisi Statistika Desktiptif dengan
Data Keseluruhan
Statistika deskriptif
model pengukuran dari data keseluruhan yang terdiri dari nilai tengah dan nilai
mayoritas dapat dilihat pada tabel 1
Tabel 1
�Statistika Deskriptif Data Keseluruhan
Variabel laten |
Item |
Median |
Modus |
|
Nilai |
Persentase |
|||
Attitude Toward Knowledge Sharing (ATKS) |
AT1 |
4 |
4 |
63.64% |
AT2 |
4 |
4 |
48.18% |
|
AT3 |
4 |
4 |
49.09% |
|
AT4 |
4 |
4 |
47.27% |
|
Subjective Norm (SN) |
SN1 |
4 |
4 |
46.36% |
SN2 |
3 |
3 |
44.55% |
|
SN3 |
3 |
3 |
40.00% |
|
Perceived Online Attachment Motivation (POAM) |
AM1 |
3 |
2 |
32.73 % |
AM2 |
3 |
2 |
34.55% |
|
AM3 |
3 |
3 |
39.09% |
|
AM4 |
3 |
3 |
41.82% |
|
AM5 |
3 |
3 |
40.00% |
|
Knowledge Sharing Intention (IN) |
IN1 |
3 |
3 |
45.45% |
IN2 |
3 |
3 |
45.45% |
|
IN3 |
3 |
3 |
41.82% |
|
IN4 |
3 |
3 |
40.91% |
|
IN5 |
4 |
4 |
55.45% |
|
IN6 |
4 |
4 |
65.45% |
|
Knowledge Sharing Behavior (BH) |
BH1 |
2 |
2 |
42.73% |
BH2 |
2 |
2 |
42.73% |
|
BH3 |
3 |
2 |
35.45% |
|
BH4 |
3 |
2 |
32.73% |
|
BH5 |
3 |
3 |
43.64% |
|
BH6 |
3 |
4 |
45.45% |
Tabel 1
�lanjutan
Knowledge Sharing Behavior (BH) |
BH7 |
3 |
3 |
43.64% |
BH8 |
3 |
4 |
43.64% |
|
BH9 |
3 |
3 |
40.00% |
Seluruh pertanyaan untuk konstruk ATKS benilai
tengah dan bernilai mayoritas 4 (empat). Hal ini menunjukan mayoritas responden
setuju bahwa Knowledge Sharing
melalui BL FT UNPAS memberikan manfaat dan dampak yang baik untuk proses
belajar (Yuliana, 2017).
Nilai tengah seluruh item pernyataan konstruk
POAM adalah 3 (tiga). Dua item pernyataan awal (AM1 dan AM2) mayoritas bernilai
dua. Artinya, responden tidak memiliki motivasi untuk mencari batuan belajar
dari interaksi di BL FT UNPAS. Sedangkan untuk ketiga item pernyataan lainnya
(AM3, AM4 dan AM5) pada umumnya responden tidak merasakan kesenangan atas
penghargaan dan dorongan positif dalam berinteraksi melalui BL FT Unpas.
Interaksi social di BL FT UNPAS, berdasarkan evaluasi BL FT UNPAS 2015, dinilai
masih sangat rendah. Salah satu penyebabnya adalah sikap mahasiswa yang
cenderung masih pasif. Budaya belajar online yang menuntut kemandirian belum
dimiliki oleh sebagian besar mahasiswa. Rendahnya interaksi online juga
dikarenakan interaksi dapat dilakukan secara face-to-face mengingat mahasiswa berada dalam lingkungan yang sama.
Selain itu, terdapat alternative media interaksi online (jejaring social) lain
yang lebih umum digunakan baik sesame mahasiswa maupun oleh masyarakat umum.
Item pernyataan satu sampai empat pada konstruk
IN ( IN1, IN2, IN3 dan IN4) memiliki kecendurangan bernilai 3 (tiga). Hal ini
menunjukan bahwa pada umumnya responden tidak memiliki minat untuk melakukan online knowledge sharing namun juga
tidak antipasti terhadap online knowledge
sharing, Sedangkan item pernyataan lima dan enam ( IN5 dan IN6 ) memiliki
kecenderungan bernilai empat. Artinya, responden berminat untuk menjadikan BL
FT UNPAS sebagai tempat atau sarana mendapatkan knowledge.������
Item pernyataan satu sampai empat pada konstruk
BH (BH1,BH2,BH3 dan BH4) memiliki kecenderungan bernilai dua. Hal ini menunjukan
bahwa pada umumnya responden tidak aktif menyampaikan knowledge melalui BL FT
UNPAS, item pernyataan lima hingga Sembilan ( BH5, BH6, BH7, BH8 dan BH9)
cenderung bernilai tiga. Hal ini menunjukan bahwa responden pada umumnya
menjadikan BL FT UNPAS lebih sebagai fasilitas alternative untuk mendapatkan
informasi atau knowledge.
Sistem penerapan BL FT UNPAS untuk tiap kelas
berbedda-beda sehingga karakteristik jawaban responden dari masing-masing kelas
mungkin berbeda. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis statistika
deskriptif untuk masing-masing system yang diterapkan. Data berdasarkan system
yang diterapkan dibagi menjadi dua, data dengan Tugas (reward)� dan data tanpa tugas
(reward).
3.
Analisi Statistika Desktiptif dengan
Data dengan Tugas (reward)
Nilai tengah
dan nilai mayoritas dari data dengan tugas (reward)
dapat dilihat pada Tabel 2
Tabel 2
Statistika Deskriptif Data dengan Tugas (reward)
Variabel laten |
Item |
Median |
Modus |
|
Nilai |
Persentase |
|||
Attitude Toward Knowledge Sharing (ATKS) |
AT1 |
4 |
4 |
56,41% |
AT2 |
4 |
4 |
41,03% |
|
AT3 |
4 |
4 |
53,85% |
|
AT4 |
4 |
4 |
46,15% |
|
Subjective Norm (SN) |
SN1 |
4 |
4 |
46.15% |
SN2 |
3 |
3 |
33,33% |
|
SN3 |
3 |
2 |
35,90% |
|
Perceived Online Attachment Motivation (POAM) |
AM1 |
3 |
3 |
35,90% |
AM2 |
3 |
2 |
33,33% |
|
AM3 |
2 |
2 |
41,03% |
|
AM4 |
3 |
3 |
33,33% |
|
AM5 |
3 |
3 |
35,90% |
Tabel 2
Statistika Deskriptif Data dengan Tugas (reward) (lanjutan)
Variabel laten |
Item |
Median |
Modus |
|
Nilai |
Persentase |
|||
Knowledge Sharing Intention (IN) |
IN1 |
3 |
3 |
48,72% |
IN2 |
3 |
3 |
41,03% |
|
IN3 |
3 |
3 |
48,72% |
|
IN4 |
3 |
3 |
41,03% |
|
IN5 |
4 |
4 |
61,54% |
|
IN6 |
4 |
4 |
64,10% |
|
Knowledge Sharing Behavior (BH) |
BH1 |
2 |
2 |
48,78% |
BH2 |
2 |
2 |
48,78% |
|
BH3 |
3 |
4 |
46,15% |
|
BH4 |
3 |
4 |
33,33% |
|
BH5 |
4 |
4 |
46,15% |
|
BH6 |
4 |
4 |
51,28% |
|
BH7 |
4 |
4 |
43,59% |
|
BH8 |
4 |
4 |
58,97% |
|
BH9 |
3 |
4 |
38,46% |
Secara umum, data keseluruhan dan data dengan Tugas(reward)
memiliki pola deskripsi yang hamper sama. Seperti pada konstruk ATKS, seluruh
item pernyataan didominasi oleh nilai empat. Artinya, seperti halnya responden
keseluruhan, kelompok responden dengan Tugas (reward) juga mengganggap bahwa KS melalui BL FT UNPAS merupakan hal
yang bermanfaat.
Knowledge Sharing
Behavior (BH) dapat
dijelaskan sebesar 62.57% oleh konstruk Perceived Online Attachment Motivation
(POAM) dengan factor yang memberikan pengaruh paling besar. POAM memberikan
pengaruh langsung terhadap BH.
Knowledge Sharing
Intention (IN) dapat
dijelaskan sebesar 60.67% oleh konstruk POAM,SN dan AT. Konstruk yang palin
besar memberikan pengaruh adalah POAM.
BH hanya dijelaskan oleh dua dari empat factor
yang diprediksi memberikan pengaruh. Sedangkan IN hanya dijelaskan oleh satu
dari tiga yang diprediksi memberikan pengaruh. Untuk konsistensi hasil
pengujian pada tiap kebijakan yang berlaku (dengan tugas (reward) dan tanpa tugas (reward))
dilakukan pengujian lebih lanjut dengan memisahkan tiap-tiap kelompok data.
Model structural hasil uji empiris dengan
menggunakan data dengan tugas (reward) dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.
�
������������������������������������
Sumber gambar: Model structural hasil uji empiris
Dari data tanpa tugas (reward), BH dapat dijelaskansebesar 64,83% hanya oleh konstruk. Preceived Online Attachment Motivation
(POAM). Knowledge Sharing Behavior
(BH) yang dijelaskan dengan data tanpa tugas (reward) lebih kecil dibandingkan dengan data Tugas (reward).
Knowledge Sharing
Intention (IN) dapat
dijelaskan sebesar 72,68% oleh konstruk POAM, AT dan SN. Konstruk yang
memberikan pengaruh paling besar terhadap IN adalah SN. Dengan data tanpa tugas
(reward), model mampu menjelaskan IN
lebih baik dari pada dengan data Tugas (reward).
Namun evaluasi data tanpa Tgas (reward) terhadap modelini tidak dapat
menjelaskan keterkaitan antara IN dan BH.
Kesimpulan
Kesimpulan menggambarkan jawaban
dari hipotesis dan/atau tujuan penelitian atau temuan ilmiah yang diperoleh.
Kesimpulan bukan berisi perulangan dari hasil dan pembahasan, tetapi lebih
kepada ringkasan hasil temuan seperti yang diharapkan di tujuan atau hipotesis.
Bila perlu, di bagian akhir kesimpulan dapat juga dituliskan hal-hal yang akan
dilakukan terkait dengan gagasan selanjutnya dari penelitian tersebut.
Amila, Khuria, &
Suryadi, Kadarsah. (2016). Keefektifan online knowledge sharing behavior (Studi
Kasus: Blended learning ITB). JRSI (Jurnal Rekayasa Sistem Dan Industri),
1(01), 129�136.Google Scholar
Asmendri, & Sari, Milya. (2018). Analisis Teori-Teori
Belajar pada Pengembangan Model Blended Learning dengan facebook ( MBL-FB ). Natural
Science Journal, Volume 4, 604�615. Google Scholar
Bentri, Alwen, Hidayati, Abna, & Rahmi, Ulfia. (2018). Model
Instrumen Penilaian Blended Learning Di Perguruan Tinggi. Google Scholar
Elyas, Ananda Hadi. (2018). Penggunaan Model Pembelajaran
E-Learning Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran. Warta Dharmawangsa,
(56). Google Scholar
Idram, Arief Harkat. (2016). Pengaruh Blended Learning
Dalam Pembentukan Knowledge Sharing Di Perguruan Tinggi. Unpas. Google Scholar
Indriani, Tri Mughni, Fathoni, Toto, & Riyana, Cepi.
(2018). Implementasi blended learning dalam program pendidikan jarak jauh pada
jenjang pendidikan menengah kejuruan. Educational Technologia, 2(2),
129�139. Google Scholar
Naim, Ngainun. (2020). Kuliah Daring, Dinamika
Pembelajaran Ketika Wabah Corona. Google Scholar
Olapiriyakul, Kamolbhan, & Scher, Julian M. (2006). A
guide to establishing hybrid learning courses: Employing information technology
to create a new learning experience, and a case study. The Internet and
Higher Education, 9(4), 287�301. Google Scholar
Sari, Milya. (2016). Blended learning, model pembelajaran
abad ke-21 di perguruan tinggi. Ta�dib, Vol. 17, pp. 126�136. Google Scholar
Siregar, Ika Yulianti, Susilo, Herawati, & Suwono, Hadi.
(2017). Pengaruh think-pair-share-Write berbasis hybrid learning terhadap
keterampilan metakognitif, berpikir kreatif dan hasil belajar kognitif siswa
SMA negeri 3 Malang. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia, 3(2),
183�193. Google Scholar
Sudrajat, Dadang, Mulyasana, Dedi, & Arifin, Daeng. (2018).
Manajemen Peningkatan Mutu Pembelajaran Melalui Pendekatan Complex Adaptive
Blended Learning System. Kajian Manajemen Pendidikan, 1(1), 1�15. Google Scholar
Sulistiono, Muhammad. (2019). Implementasi Hybrid learning
menggunakan aplikasi Edmodo pada matakuliah metode penelitian kualitatif. Elementeris:
Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar Islam, 1(1), 57�67. Google Scholar
Wijayanti, Winda, Maharta, Nengah, & Suana, Wayan.
(2017). Pengembangan Perangkat Blended Learning Berbasis Learning Management
System pada Materi Listrik Dinamis. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika
Al-Biruni, 6(1), 1�12.
https://doi.org/10.24042/jpifalbiruni.v6i1.581. Google Scholar
Yuliana, Nina. (2017). Masjid sebagai Center of Excellent Umat Islam
dalam Budaya Patriarki. Prosiding, 94. Google Scholar
Arief Harkat
Idram (2021) |
First publication right : |
This article is licensed under: |