Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�
Vol. 3, No. 6, Juni 2021
ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN SLEMAN DAN KABUPATEN GUNUNGKIDUL
Karima Sharazati, Wiwin
Priana Primandhana, Mohammad
Wahed �
Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur, Indonesia
Email:
[email protected], [email protected], dan [email protected] ��
Abstract
Development of an increasingly complex area in the era of
regional autonomy resulting in interstate competition becomes tighter. For the
welfare of the community to remain stable and even incresing, local governments
must improve the competitiveness of their territory. This study aims to
identify economic sectors that will be the priority of regional development
based on regional influence, regional specialization, and competitive advantage
of economic sector in DIY Province. This study uses to determine the leading sectors in the regional
economy of Sleman Regency and Gunungkidul Regency. The data collection
techniques used in this study
were BPS data and related literature. The sample in this study used 17 economic
sectors in GRDP (Gross Regional Domestic Product) of
Sleman Regency and Gunungkidul Regency. Technical data analysis in
this study using Shift Share analysis, Location Quotient, and Klassen�s Typology. Based on the three
analysis, it was found that the Accommodation
and Food and Drink
sectors were the leading sectors in Sleman Regency. And the Other Services
sector is the leading sector of Gunungkidul Regency
Keywords: gross regional domestic product; shift share (SS); location quotient (LQ); klassen typology
Abstrak
Pembangunan daerah semakin kompleks pada era
otonomi daerah, mengakibatkan persaingan antar daerah menjadi semakin ketat.
Agar kesejahteraan masyarakat tetap terjaga dan bahkan semakin meningkat
pemerintah daerah harus meningkatkan daya saing wilayahnya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengindentifikasi sektor-sektor
ekonomi yang akan menjadi prioritas pembangunan daerahnya berdasar pengaruh
regional, spesialisasi daerah, dan keunggulan daya saing ekonomi sektoral di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui sektor unggulan dalam perekonomian daerah Kabupaten Sleman dan
Kabupaten Gunungkidul. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
yaitu data BPS dan literature terkait. Sampel dalam penelitian ini menggunakan 17 sektor ekonomi
pembentuk PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Sleman dan Kabupaten
Gunungkidul. Teknik analisis yang digunakan yaitu menggunakan analisis Shift Share, Location Quotient,Tipologi Klassen. Berdasarkan hasil analisis
ditemukan sektor akomodasi dan makan minum ialah sektor unggulan Kabupaten
Sleman� dan sektor jasa lainnya adalah sektor unggulan
Kabupaten Gunungkidul.
Kata Kunci : produk domestik regional bruto; shift share (SS); location quotient(LQ); tipologi klassen
Pendahuluan
Dalam
rangka mewujudkan keberhasilan pembangunan nasional dibutuhkan peran aktif dari
pembangunan daerah. Untuk meningkatkan kesejahteraan dan pembangunan ekonomi
pada suatu daerah harus dilakukan dengan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
(Pratiwi & Warnaningtyas, 2015). Menurut (Wenda & Tarore, 2018)
pertumbuhan ekonomi adalah tolak ukur adanya pembangunan ekonomi pada suatu
wilayah. Menurut (Hadi, 2018)
dengan pertumbuhan ekonomi wilayah yang tinggi maka akan diikuti dengan
kesejahteraan masyarakatnya yang juga akan ikut meningkat.
Dalam
pelaksanaannya wewenang otonomi daerah diharapkan untuk mampu menjalankan
pemerintahanya dengan mandiri dalam menentukan kebijakan-kebijakan
pembangunan daerah beserta pembiayaan pembangunan yang terjadi pada daerahnya.
Adanya kesenjangan antar daerah dan berkembangnya
globalisasi mengakibatkan persaingan antar daerah menjadi semakin ketat. Setiap
daerah harus mampu meningkatkan daya saing wilayahnya agar kesejahteraan
masyarakat semakin meningkat (Basuki & Mujiraharjo, 2017).
Tingkat perkembangan PDRB dapat dijadikan tolak ukur
dalam mencapai tujuan menciptakan pembangunan ekonomi menurut (Prishardoyo, 2008).
Menurut (Tumangkeng, 2018)
salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah
lokasi. Tingkat aksesibilitas atau kemudahan dalam mencapai lokasi ditinjau
dari lokasi lain disekitarnya.
Menurut
(Pratiwi & Warnaningtyas, 2015), pertumbuhan
ekonomi berkelanjutan adalah kunci utama dalam kesuksesan pembangunan ekonomi
daerah. Dikarenakan jumlah penduduk setiap tahunnya bertambah maka kebutuhan ekonomi
juga ikut bertambah. Melihat hal ini dibutuhkan penambahan pendapatan setiap
tahun melalui peningkatan output (barang dan jasa) atau PDRB pada setiap
tahunya. Menurut (Pradana, 2019)
adanya pertumbuhan ekonomi membuat geliat iklim usaha semakin terjaga,
terjadinya peningkatan pada pendapatan, dan berdampak positif pada indeks
pembangunan manusia. Dari penjelasan tersebut maka peneliti ingin menganaslisis
sektor unggulan di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Gunungkidul. Dari potensi
ekonomi dan keadaan wilayah dapat dijadikan dalam penentu pola, strategi dan
kebijakan pemerintah (Adyatama, 2018).
�Penelitian mengenai sektor unggulan telah
dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, antara lain (Basuki & Mujiraharjo, 2017), (Takalumang et al., 2018), (Pradana, 2019), (Rima Prasetya, 2018), (Ibrahim, 2018)
menyimpulkan bahwa sektor unggulan yang dimiliki masing-masing daerah mampu
menjadi motor penggerak bagi sektor-sektor lain (multiplier effect). Sektor unggulan
perekonomian dapat dijadikan tumpuan harapan pembangunan ekonomi. Jika ekspor suatu wilayah ke wilayah lain semakin besar maka pertumbuhan
wilayah tersebut juga semakin meningkat (Anonim, 2005).
Dari penjelasan tersebut peneliti ingin menganalisis sektor unggulan di
Kabupaten Sleman dan Kabupaten Gunungkidul.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten
Sleman dan Kabupaten Gunungkidul dengan melihat data Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) Kabupaten Sleman atas tahun dasar 2010 periode tahun 2015-2019 (Anonim, 2020),
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Gunungkidul atas tahun dasar
2010 periode tahun 2015 � 2019 (Anonim, 2019b)
dan data Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
tahun 2015-2019 (Anonim, 2019a). Pembangunan ekonomi pada suatu daerah
tidak jauh berbeda dengan pembangunan ekonomi nasional. Namun pada
proses pembangunan daerah jauh lebih spesifik menurut Tambunan dalam (Putra, 2019). Data yang
berhubungan dengan obyek penelitian disusun untuk selanjutnya diolah dengan
menggunakan alat berupa analisis Shift
Share, Location Quotient, Tipologi Klassen.
1. Teknik
analisis
a. Shift
Share
Analisis
Shift Share (SS)� digunakan dalam mengkaji kinerja sektor
ekonomi yang berkembang pada suatu wilayah dengan membandingkan dengan
perekonomian di wilayah yang lebih luas. Tehnik analisis ini
menyatakan perubahan struktur ekonomi daerah yang berhubungan erat dengan
dengan komponen potensi regional yang menggambarkan seberapa besar pengaruh
pertumbuhan ekonomi nasional terhadap daerah. Kedua pergeseran
proportional yang mengukur besaran kinerja pada suatu sektor tertentu di daerah
terhadap sektor yang sama pada wilayah yang lebih luas. Daerah yang didominasi
sektor yang lamban maka pertumbuhanya akan berada dibawah tingkat pertumbuhan
ekonomi daerah diatasnya (Rima Prasetya, 2018).
Analisis Shift Share dibagi menjadi 3 komponen utama:
1.) PR (Potential Regional)
Bila PR <� �maka pertumbuhan
sektor tersebut di kabupaten/kota itu akan mendorong pertumbuhan sektor yang
sama di provinsi.
Bila PR >� �maka pertumbuhan
sektor tersebut di kabupaten/kota itu akan menghambat pertumbuhan sektor yang
sama di provinsi.
2.) PS (Proportional Shift)
Bila PS > 0 maka sektor
tersebut tumbuh lebih cepat dari sektor yang sama di tingkat provinsi.
Bila PS < 0 maka sektor
tersebut tumbuh lebih lambat dari sektor yang sama di tingkat provinsi.
3.) DS (Differential Shift)
Bila DS > 0 ��� maka sektor tersebut memiliki pertumbuhan
yang lebih cepat dibandingkan sektor yang sama di Kabupaten Sleman / Gunung
Kidul atau dengan kata lain sektor tersebut mempunyai keuntungan lokasional
yang baik.
Bila DS < 0 maka sektor
tersebut memiliki pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan sektor yang sama
di Kabupaten Sleman / Gunung Kidul atau dengan kata lain sektor tersebut tidak
mempunyai keuntungan lokasional yang baik
Keterangan:
�= Total PDRB Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta Periode tahun t
�= Total PDRB Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta Periode tahun dasar
�= PDRB Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta sektor i pada tahun t
�= PDRB Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta sektor i pada tahun dasar
�= PDRB Kabupaten
Sleman/Kabupaten Gunung Kidul sektor i pada tahun t
�= PDRB Kabupaten
Sleman/Kabupaten Gunung Kidul sektor i pada tahun dasar
b. Location
Quotient (LQ)
Analisis LQ digunakan untuk
mencari sektor basis dan sektor non basis. Metode ini dilakukan dengan
membandingkan nilai suatu sektor di daerah terhadap sektor yang sama di tingkat
regional. Tujuanya untuk mengidentifikasi potensi unggulan suatu daerah.� Perhitungan analisis LQ menurut Kuncoro,2004
dalam (Hatta, 2019)
sebagai berikut :
�LQ =�������
Si/S
���������������� ������
� Ni/N
Dimana:
LQ= Index Location Quotient
Si = PDRB sektor i di Kabupaten
Sleman atau di Kabupaten Gunungkidul
S = PDRB total Kabupaten Sleman atau
di Kabupaten Gunungkidul
Ni = PDRB sektor i di Provinsi DIY
N = PDRB total Provinsi DIY
Hasil perhitungan yang
diperoleh, dapat diartikan dalam dua kategori yaitu: Bila nilai LQ < 1,
menunjukkan bahwa sektor tersebut bukan sektor basis. Bila LQ > 1,
menunjukkan bahwa sektor tersebut adalah sektor basis.
c. Tipologi
Klassen
Analisis Typologi Klassen digunakan dengan
mengklasifikasikan sektor ekonomi pembentuk PDRB pada suatu daerah. Analisis
ini dilakukan guna mengidentifikasi posisi sektor ekonomi dalam PDRB suatu
wilayah yang lebih sempit dengan memperhatikan sektor ekonomi pada wilayah yang
lebih luas sebagai daerah referensi. Analisis ini dibagi menjadi empat klasifikasi
sektor ekonomi beserta karakteristik yang berbeda
menurut (Hatta, 2019).
Tabel 1
Klasifikasi
Sektor PDRB menurut Tipologi Klasen
Laju pertumbuhan |
si > s |
si < s |
ski > sk |
Kuadran I Sektor maju
dan tumbuh dengan pesat |
Kuadran II Sektor maju
tetapi tertekan |
ski < sk |
Kuadran III Sektor
potensial atau masih dapat berkembang |
Kuadran IV Sektor relatif tertinggal |
��������������������������������������� Sumber : Peneliti
Keterangan:
Ski ��� : Distribusi sektor i terhadap PDRB
Kabupaten�
Sk ���� : Distribusi sektor i terhadap PDRB
Provinsi
Si ����� : Laju pertumbuhan sektor i ditingkat
Kabupaten
S ������ : Laju pertumbuhan sektor i ditingkat
Provinsi
a. Dalam kuadran I berisi sektor dengan laju pertumbuhan dalam PDRB (si)
lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan sektor yang sama dalam PDRB daerah
referensi (s) dan mempunyai nilai distribusi sektor PDRB (ski) lebih besar
dibanding distribusi sektor yang sama terhadap PDRB daerah referensi (sk)
b. Dalam kuadran II
berisi sektor dengan laju pertumbuhan dalam PDRB (si) lebih kecil daripada laju
pertumbuhan sektor yang sama dalam PDRB daerah referensi (s) dan memiliki nilai
distribusi sektor terhadao PDRB (ski) lebih besar daripada distribusi sektor
tersebut terhadap PDRB daerah referensi (sk).
c. Dalam kuadran III
laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) lebih besar daripada laju pertumbuhan
sektor yang sama dalam PDRB daerah referensi (s) dan mempunyai nilai distribusi
sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih kecil daripada distribusi sektor yang
sama terhadap PDRB daerah referensi (sk).
d. Dalam kuadran IV
laju pertumbuhan suatu sektor dalam PDRB (si) lebih kecil daripada laju
pertumbuhan sektor yang sama dalam PDRB daerah referensi (s) dan mempunyai nilai
distribusi sektor terhadap PDRB (ski) lebih kecil daripada distribusi sektor
yang sama terhadap PDRB daerah referensi (sk).
Hasil dan Pembahasan
Dimaksudkan
tujuan pembangunan ekonomi tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan riil namun
juga meningkatkan produktivitas (Setiyaningrum, 2014). Adanya
peningkatan produktivitas akan meningkatkan taraf hidup dan mendorong
pembangunan ekonomi. Dari perhitungan Shift Share PS untuk melihat cepat
atau lambatnya pertumbuhan ekonomi suatu sektor, Shift Share PR untuk
melihat apakah sektor ekonomi yang ada mampu mendorong pertumbuhan ekonomi atau
akan menghambat pertumbuhan ekonomi, dan Shift Share DS untuk melihat
pertumbuhan sektor yang lebih cepat dibandingkan sektor yang sama di Kabupaten
atau Provinsi. Maka ditemukan 12 sektor Kabupaten Sleman yang memiliki hasil PS
> 0 yaitu sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik,� sektor konstruksi, sektor perdagangan besar
dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, sektor akomodasi makan dan minum,
sektor informasi dan komunikasi, sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor real
estate, sektor jasa perusahaan, sektor jasa pendidikan, sektor jasa kesehatan
dan kegiatan sosial, dan yang terakhir adalah�
sektor jasa lainnya. Untuk Kabupaten Gunungkidul 13 sektor dengan nilai
ps > daripada 0 yaitu sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik
dan gas, sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang,
sektor konstruksi, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan
sepeda motor, sektor akomodasi makan dan minum,�
sektor informasi dan komunikasi, sektor jasa keuangan dan asuransi,
sektor real estate, sektor jasa perusahaan, sektor jasa pendidikan, sektor jasa
kesehatan dan kegiatan sosial, dan sektor jasa lainnya.
Dari
perhitungan Shift Share PR Kabupaten Sleman ditemukan Sektor pengadaan
listrik dan gas, sektor konstruksi, sektor akomodasi makan dan minum, dan� sektor informasi dan komunikasi. Untuk
Kabupaten Gunungkidul yaitu sektor pengadaan listrik dan gas, sektor
konstruksi, sektor akomodasi makan dan minum, sektor informasi dan komunikasi,
sektor real estate, dan sektor jasa lainnya.
Pada perhitungan
Shift Share DS ditemukan pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor
industri pengolahan, sektor pengadaan listrik dan gas, sektor pengadaan air,
pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, sektor perdagangan besar dan eceran,
reparasi mobil dan sepeda motor, sektor informasi dan komunikasi, sektor jasa
keuangan dan asuransi, sektor real estate, sektor jasa perusahaan, sektor
administrasi pemerintah, pertahanan dan jaminan sosial wajib, dan sektor jasa
lainnya.
TABEL SEKTOR UNGGULAN (U) DAN NON UNGGULAN (NU) |
|||||||
KABUPATEN SLEMAN 2015 � 2019 |
|||||||
SEKTOR |
2015 |
2016 |
2017 |
2018 |
2019 |
Rata - rata |
Ket. |
Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan |
0,78 |
0,77 |
0,76 |
0,76 |
0,76 |
0,77 |
Nb |
Pertambangan
dan Penggalian |
0,73 |
0,72 |
0,70 |
0,69 |
0,71 |
0,71 |
Nb |
Industri
Pengolahan |
1,00 |
0,99 |
0,99 |
1,00 |
1,00 |
1,00 |
B |
Pengadaan
Listrik dan Gas |
0,80 |
0,81 |
0,81 |
0,80 |
0,80 |
0,80 |
Nb |
Pengadaan
air, Pengelolaan sampah, Limbah dan Daur Ulang |
0,47 |
0,47 |
0,46 |
0,46 |
0,46 |
0,46 |
Nb |
Konstruksi |
1,18 |
1,17 |
1,17 |
1,17 |
1,15 |
1,17 |
B |
Perdagangan
Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor |
0,91 |
0,92 |
0,91 |
0,91 |
0,91 |
0,91 |
Nb |
Transportasi
dan pergudangan |
1,16 |
1,19 |
1,20 |
1,21 |
1,15 |
1,18 |
B |
Akomodasi
dan Makan Minum |
1,04 |
1,04 |
1,03 |
1,03 |
1,04 |
1,04 |
B |
Informasi
dan Komunikasi |
0,97 |
0,97 |
0,97 |
0,97 |
0,97 |
0,97 |
Nb |
Jasa
Keuangan dan asuransi |
0,82 |
0,82 |
0,82 |
0,82 |
0,83 |
0,82 |
Nb |
Real
Estate |
1,14 |
1,14 |
1,14 |
1,13 |
1,13 |
1,14 |
B |
Jasa
Perusahaan |
1,65 |
1,65 |
1,64 |
1,64 |
1,65 |
1,65 |
B |
Administrasi
Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib |
0,80 |
0,80 |
0,80 |
0,80 |
0,80 |
0,80 |
Nb |
Jasa
Pendidikan |
1,15 |
1,16 |
1,16 |
1,16 |
1,16 |
1,16 |
B |
Jasa
Kesehatan dan Kegiatan sosial |
0,93 |
0,93 |
0,93 |
0,92 |
0,93 |
0,93 |
Nb |
Jasa
lainnya |
0,87 |
0,86 |
0,86 |
0,85 |
0,84 |
0,86 |
Nb |
Sumber : Penulis
Dari
perhitungan LQ Kabupaten Sleman didapati beberapa sektor yang menjadi sektor
basis wilayah tersebut antara lain industri pengolahan, sektor konstruksi,
sektor� transportasi dan pergudangan, sektor
akomodasi dan makan minum, sektor real estate, sektor jasa perusahaan,dan
sektor jasa pendidikan.
TABEL SEKTOR UNGGULAN (U) DAN NON UNGGULAN (NU) |
|||||||
KABUPATEN GUNUNGKIDUL 2015 � 2019 |
|||||||
SEKTOR |
2015 |
2016 |
2017 |
2018 |
2019 |
Rata � rata |
Ket |
Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan |
2,50 |
2,52 |
2,53 |
2,55 |
2,58 |
2,54 |
b |
Pertambangan
dan Penggalian |
2,56 |
2,58 |
2,57 |
2,46 |
2,48 |
2,53 |
b |
Industri
Pengolahan |
0,72 |
0,73 |
0,74 |
0,74 |
0,76 |
0,74 |
nb |
Pengadaan
Listrik dan Gas |
0,65 |
0,65 |
0,66 |
0,67 |
0,67 |
0,66 |
nb |
Pengadaan
air, Pengelolaan sampah, Limbah dan Daur Ulang |
1,57 |
1,57 |
1,58 |
1,59 |
1,64 |
1,59 |
b |
Konstruksi |
0,99 |
0,99 |
1,00 |
0,96 |
0,92 |
0,97 |
nb |
Perdagangan
Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor |
1,12 |
1,13 |
1,14 |
1,15 |
1,17 |
1,14 |
b |
Transportasi
dan pergudangan |
0,96 |
0,95 |
0,95 |
0,93 |
0,97 |
0,95 |
nb |
Akomodasi
dan Makan Minum |
0,61 |
0,61 |
0,61 |
0,61 |
0,61 |
0,61 |
nb |
Informasi
dan Komunikasi |
0,85 |
0,86 |
0,86 |
0,88 |
0,90 |
0,87 |
nb |
Jasa
Keuangan dan asuransi |
0,59 |
0,58 |
0,57 |
0,59 |
0,60 |
0,59 |
nb |
Real
Estate |
0,48 |
0,49 |
0,50 |
0,51 |
0,52 |
0,50 |
nb |
Jasa
Perusahaan |
0,43 |
0,43 |
0,44 |
0,44 |
0,44 |
0,44 |
nb |
Administrasi
Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib |
1,17 |
1,17 |
1,18 |
1,19 |
1,21 |
1,18 |
b |
Jasa
Pendidikan |
0,75 |
0,75 |
0,76 |
0,76 |
0,77 |
0,76 |
nb |
Jasa
Kesehatan dan Kegiatan sosial |
0,81 |
0,81 |
0,82 |
0,82 |
0,83 |
0,82 |
nb |
Jasa
lainnya |
1,31 |
1,34 |
1,35 |
1,37 |
1,39 |
1,35 |
b |
Sumber : Penulis
Diketahui
Kabupaten Gunungkidul memiliki 6 sektor basis antara lain sektor pertanian,
kehutanan dan perikanan, sektor pertambangan dan penggalian, sektor pengadaan
air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, sektor perdagangan besar dan
eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, sektor administrasi pemerintah,
pertahanan dan jaminan sosial wajib dan sektor jasa lainya. dari perhitungan
anaisis Tipologi Klassen Kabupaten Sleman sebagai berikut
Tipologi Klassen Kabupaten Sleman dan
Kabupaten Gunungkidul
Analisis |
Kabupaten Sleman 2015 � 2019 |
Kabupaten Gunungkidul2015 � 2019 |
Tipologi Klassen |
Kuadran I Sektor Akomodasi Makan dan Minum Sektor Real Estate Sektor Jasa Pendidikan Kuadran II Sektor
Konstruksi Sektor
Transportasi dan pergudangan �Sektor Administrasi Pemerintah, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib Kuadran III Sektor Industri Pengolahan Sektor Pengadaan Listrik dan Gas Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor Sektor Informasi dan Komunikasi Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi Sektor Jasa Perusahaan Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Kuadran IV Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Sektor Pertambangan dan Galian Sektor Pengadaan air, Pengelolaan sampah,
Limbah dan Daur Ulang Sektor Jasa Lainnya |
Kuadran I Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Sektor Industri Pengolahan Sektor Pengadaan air, Pengelolaan sampah,
Limbah dan Daur Ulang Sektor Perdagangan Besar dan Eceran,
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Sektor Jasa Lainnya Kuadran II Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Administrasi Pemerintah, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib Kuadran III Sektor Pengadaan Listrik dan Gas Sektor Informasi dan Komunikasi Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi Sektor Real Estate Sektor Jasa Perusahaan Sektor Jasa
Pendidikan Kuadran IV Sektor Konstruksi Sektor Transportasi dan Pergudangan Sektor Akomodasi Makan dan Minum Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial |
Sumber : Penulis
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan penulis dapat disimpulkan
bahwa; Pertama, �Sektor yang tumbuh
relatif cepat ditingkat Provinsi,
Pada analisis Shift Share PS Kabupaten
Sleman terdapat 12 sektor yang tumbuh cepat dibandingkan sektor yang sama pada
Provinsi antara lain : sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik dan
gas, sektor konstruksi, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan
sepeda motor, sektor akomodasi dan makan minum, sektor informasi dan
komunikasi, sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor real estate, sektor jasa
perusahaan, sektor jasa pendidikan, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial,
sektor jasa lainnya. Pada analisis Shift Share PS Kabupaten Gunungkidul
terdapat 13 sektor yang tumbuh cepat dibandingkan sektor yang sama pada
Provinsi, antara lain sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik dan
gas, sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, sektor
konstruksi, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda
motor, sektor akomodasi dan makan minum, sektor informasi dan komunikasi,
sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor real estate, sektor jasa perusahaan,
sektor jasa pendidikan, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial, sektor jasa
lainnya. Kedua, Sektor yang mampu mendorong pertumbuhan sektor yang sama pada Provinsi. Perhitungan Shift
Share PR Kabupaten Sleman terdapat 4 (empat) �sektor yang mampu mendorong pertumbuhan sektor
yang sama pada provinsi yaitu sektor pengadaan listrik dan gas, sektor
konstruksi, sektor akomodasi dan makan minum, sektor informasi dan komunikasi. �Pada perhitungan Shift Share PR Kabupaten Gunungkidul terdapat
6 sektor yang mampu mendorong pertumbuhan sektor yang sama pada provinsi yaitu sektor
pengadaan listrik dan gas, sektor konstruksi, sektor akomodasi dan makan minum,
sektor informasi dan komunikasi, sektor real estate, dan sektor jasa
lainnya. Ketiga, Sektor yang memiliki
keuntungan lokasional dan perhitungan Shift
Share DS Kabupaten Sleman terdapat 7 sektor dengan memiliki keuntungan
lokasional. Sektor tersebut yaitu sektor industri pengolahan, sektor pengadaan
listrik dan gas, sektor akomodasi dan makan minum, sektor informasi dan
komunikasi, sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor jasa pendidikan, sektor
jasa kesehatan dan kegiatan sosial.
Dan perhitungan Shift Share DS
Kabupaten Gunungkidul terdapat 11 sektor dengan memiliki keuntungan lokasional.
Sektor tersebut yaitu sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor
industri pengolahan, sektor pengadaan listrik dan gas, sektor pengadaan air,
pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, sektor perdagangan besar dan eceran,
reparasi mobil dan sepeda motor, sektor informasi dan komunikasi, sektor jasa
keuangan dan asuransi, sektor real estate, sektor jasa perusahaan, sektor
administrasi pemerintah, pertahanan dan jaminan sosial wajib, sektor� jasa lainnya. Keempat, sektor
basis pada perhitungan analisis location quotient Kabupaten Sleman dapat
diketahui bahwa Kabupaten Sleman memiliki 7 sektor basis diantaranya sektor
industri pengolahan, sektor transportasi dan pergudangan, sektor industri pengolahan,
sektor akomodasi dan makan minum, sektor real estate, sektor jasa
perusahaan, dan sktor jasa pendidikan. �Kemudian untuk Kabupaten
Gunungkidul memiliki 6 sektor basis antara lain sektor pertanian, kehutanan dan
perikanan, sektor pertambangan dan penggalian, sektor pengadaan air,
pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, sektor perdagangan besar dan eceran,
reparasi mobil dan sepeda motor, sektor administrasi pemerintah, pertahanan dan
jaminan sosial wajib, dan sektor jasa lainya. (5.) Tipologi Klassen, pada analisis tipologi
klassen Kabupaten Sleman terdapat 3 sektor pada kuadran I yaitu sektor akomodasi
makan dan minum , Sektor Real Estate
dan Sektor Jasa Pendidikan. Pada Kuadran II
terdapat� tiga sektor dengan kategori sektor maju tetapi tertekan yaitu
sektor konstruksi, kemudian sektor transportasi dan pergudangan, dan sektor
administrasi pemerintah, pertahanan dan jaminan sosial wajib. pada kuadran iii
ditemukan tujuh sektor potensial atau masih dapat berkembang yaitu sektor industri
pengolahan, sektor pengadaan listrik dan gas, sektor perdagangan besar dan
eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, sektor informasi dan komunikasi,
sektor jasa keuangan dan asuransi, kemudian sektor jasa perusahaan, dan sektor
jasa kesehatan dan kegiatan sosial. pada ada kuadran iv atau termasuk sektor
relatif tertinggal terdapat empat sektor antara lain sektor pertanian,
kehutanan dan perikanan, sektor pertambangan dan galian, sektor pengadaan air,
pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, dan sektor jasa lainnya untuk tipologi klassen
Kabupaten Gunungkidul kuadran I terdapat sektor pertanian, kehutanan dan
perikanan, sektor industri pengolahan, sektor pengadaan air, pengelolaan
sampah, limbah dan daur ulang, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi
mobil dan sepeda motor, dan sektor jasa lainnya. kuadran ii atau sektor maju tetapi tertekan terdapat dua
sektor yaitu sektor pertambangan dan penggalian dan sektor administrasi
pemerintah, pertahanan dan jaminan sosial wajib. kuadran iii terdapat enam
sektor potensial atau masih dapat berkembang antara lain sektor pengadaan
listrik dan gas, sektor informasi dan komunikasi, sektor jasa keuangan dan
asuransi, sektor real estate, kemudian sektor jasa perusahaan, dan sektor jasa
pendidikan. kuadran iv terdapat empat sektor yaitu sektor konstruksi, sektor
transportasi dan pergudangan, kemudian sektor akomodasi makan dan minum, dan
sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial. dari hasil analisis tujuh belas sektor dalam PDRB kabupaten
sleman dan Kabupaten Gunungkidul dapat kita simpulkan bahwa sektor akomodasi
dan makan minum ialah sektor unggulan yang dimiliki Kabupaten Sleman. Kemudian
sektor unggulan yang dimiliki Kabupaten Gunungkidul ialah sektor Jasa Lainya.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sektor � sektor tersebut merupakan sektor
dengan pertumbuhan relatif cepat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan
memiliki keuntungan lokasional. Sektor � sektor tersebut juga merupakan sektor
basis dan memiliki daya saing yang kuat. Diharapkan kontribusi dari sektor
unggulan ini akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan memberikan harapan
pembangunan ekonomi.
Adyatama, M. R.
(2018). Analisis Struktur Ekonomi Dan Sektor Basis Di Kota Palu Tahun 2012-2016
Skripsi. 1�58.Google Scholar
Anonim. (2005). Landasan
Teoritis dan Fakta Empiris, Departemen Pertanian.
www.deptan.go.id/konsep/landasan.htm.
Anonim. (2019a).
Berita Resmi Statistik DIY. Bps.Go.Id.
Anonim. (2019b). PDRB Gunungkidul. http://publications.lib.chalmers.se/records/fulltext/245180/245180.pdf%0Ahttps://hdl.handle.net/20.500.12380/245180%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.jsames.2011.03.003%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.gr.2017.08.001%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.precamres.2014.12.
Anonim. (2020).
Kabupaten Sleman Dalam Angka 2020. In BPS Kabupaten Sleman.
Basuki, M., &
Mujiraharjo, F. N. (2017). Analisis Sektor Unggulan Kabupaten Sleman dengan
Metode Shift Share dan Location Quotient. Jurnal Sains, Teknologi Dan
Industri, 15(1), 52�60. Google Scholar
Hadi, M. F. (2018).
Analisis Penentuan Sektor Unggulan Dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten
Indragiri Hulu ; Pendekatan Tipologi Klassen. Jurnal Akuntansi &
Ekonomika, 8(2), 198�208. Google Scholar
Hatta, M. (2019). Sidenreng
Rappang Analysis Potential of The Leading Sectors in The Economy of Sidenreng
Rappang. 2, 120�133. Google Scholar
Ibrahim, I. (2018).
Analisis Potensi Sektor Ekonomi Dalam Upaya Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi
(Studi Empiris Pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Gorontalo tahun 2012-2016). Gorontalo
Development Review. Google Scholar
Pradana, R. S.
(2019). Analisis Prioritas Pembangunan Daerah Berdasarkan Pengaruh Regional,
Spesialisasi Daerah, Dan Keunggulan Kompetitif Ekonomi Sektoral Di Kabupaten
Aceh Jaya. Jurnal Litbang Sukowati : Media Penelitian Dan Pengembangan.
Google Scholar
Pratiwi, D., &
Warnaningtyas, H. (2015). Analisis Strategi Pembangunan Wilayah Kabupaten
Madiun Melalui Sektor Unggulan. Jurnal Ekomaks, 4(2), 1�14.
http://unmermadiun.ac.id/ejurnal/index.php/ekomaks/article/view/60 Google Scholar
Prishardoyo, B.
(2008). Analisis Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Dan Potensi Ekonomi Terhadap
Produk Domestik Regional Bruto (Pdrb) Kabupaten Pati Tahun 2000-2005. Analisis
Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Dan Potensi Ekonomi Terhadap Produk Domestik
Regional Bruto (Pdrb) Kabupaten Pati Tahun 2000-2005, 1(1), 1�9.
Putra, K. B. E. (2019). Analisis
Sektor Basis Ekonomi Terhadap Laju Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Surabaya Tahun
2013-2016. Fleps 2019 - Ieee International Conference on Flexible and
Printable Sensors and Systems, Proceedings. Google Scholar
Rima Prasetya, E.
(2018). Analisis Sektor Unggulan Perekonomian Di Kabupaten Bogor. Scientific
Journal of Reflection, 1(4), 1�10. Google Scholar
Setiyaningrum, A.
(2014). Sektor Ekonomi Potensial Sebagai Upaya Peningkatan Produk Domestik
Regional Bruto Kabupaten KudusA. Jurnal Administrasi Publik Mahasiswa
Universitas Brawijaya, 2(4), 680�686. Google Scholar
Takalumang, V. Y.,
Rumate, V. A., Lapian, A. L. C. P., Pembangunan, J. E., Ekonomi, F., Sam, U.,
& Takalumang, V. (2018). Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Dalam Mendorong
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kepulauan Sangihe. Jurnal Berkala Ilmiah
Efisiensi, 18(01), 1�12. Google Scholar
Tumangkeng, S.
(2018). Analisis Potensi Ekonomi Di Sektor Dan Sub Sektor Pertanian, Kehutanan
Dan Perikanan Kota Tomohon. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi. Google Scholar
Wenda, E., &
Tarore, M. L. G. (2018). Peranan Sektor Unggulan Terhadap Perekonomian Di
Kabupaten Jayawijaya. 14, 263�270. Google Scholar
Karima Sharazati,
Wiwin Priana Primandhana dan Mohammad Wahed (2021) |
First publication right : |
This article is licensed under: |