How to cite:
Mindayanti, Meylana Widya, Wiwin Priana Primandhana dan Mohammad Wahed (2021) Analisis
pengaruh pertumbuhan ekonomi, pendidikan, dan pengangguran terhadap kemiskinan di Kota
Malang, 3(5). https://doi.org/10.36418/syntax-idea.v3i5.1213
E-ISSN:
2684-883X
Published by:
Ridwan Institute
Syntax Idea: pISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X
Vol. 3, No. 5, Mei 2021
ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDIDIKAN, DAN
PENGANGGURAN TERHADAP KEMISKINAN DI KOTA MALANG
Meylana Widya Mindayanti, Wiwin Priana Primandhana dan Mohammad Wahed
Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur, Indonesia
Abstract
This study was conducted to find out the influence between the economic growth,
education, unemployment, and poverty in Malang City from 2005 to 2019.
Secondary data of the study was obtained through the Central Bureau of Statistics
website in East Java and Malang City. The method used was quantitative research
using Multiple Linear Regression Analysis with Ordinary Least Square (OLS)
model. From the results of the study can be concluded that economic growth has a
positive and significant impact on poverty in Malang City. This is known according
to t count more than t table (2.668 2.201) and the significance level of 0.022. On
the other hand, education cannot significantly influence the poverty in Malang City
with the t count less than t table (1.309 2.201) and seen from the significance
level of 0.217. Meanwhile, unemployment has a positive and significant impact on
the poverty in Malang City seen from the t count more than t table (6.052 2.201)
and from the significance level of 0.000.
Keywords: poverty; economic growth; education; unemployment
Abstrak
Penelitian dilakukan dengan tujuan mengetahui pengaruh dari pertumbuhan
ekonomi, pendidikan, dan pengangguran terhadap kemiskinan di Kota Malang
tahun 2005 hingga 2019. Data sekunder untuk penelitian ini diperoleh melalui
website Badan Busat Statistik (BPS) Jawa Timur dan Kota Malang. Metode yang
digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan Analisis
Regresi Linier Berganda dengan model Ordinary Least Square (OLS). Dari hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kemiskinan di Kota Malang diketahui berdasarkan t hitung
lebih dari t tabel (2,668 2,201) dan dilihat dari tingkat signifikansinya yaitu
0,022. Di sisi lain, pendidikan belum mampu mempengaruhi secara signifikan
terhadap kemiskinan di Kota Malang dengan nilai t hitung kurang dari t tabel
(1,309 2,201) dan dilihat dari tingkat signifikasinya yaitu 0,217. Sedangkan
pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan di Kota
Malang, dilihat dari nilai t
hitung lebih dari t
tabel (6,052 2,201) selain itu dilihat
dari tingkat signifikasinya yaitu 0,000.
Kata Kunci: kemiskinan; pertumbuhan ekonomi; pendidikan; pengangguran
Meylana Widya Mindayanti, Wiwin Priana Primandhana dan Mohammad Wahed
1108 Syntax Idea, Vol. 3, No. 5, Mei 2021
Pendahuluan
Salah satu target sebuah negara ialah pembangunan ekonomi, yang ditunjukkan
dengan persentase pembangunan yang terus menerus meningkat di negara tersebut.
Penambahan tingkat pertumbuhan perekonomian di suatu negara ialah salah satu
parameter yang dipakai untuk mengetahui seberapa jauh negara tersebut berhasil
membangun perekonomian mereka (Zuhdiyaty & Kaluge, 2017). Tujuan pembangunan
nasional adalah untuk meningkatkan kemakmuran atau kesejahteraan masyarakatnya
secara merata (Simatupang, 2003). Masyarakat dikatakan sejahtera jika mereka mampu
memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Menurut (Zulhanafi., Aimon, & Syofyan,
2013), salah satu tujuan dari pembangunan adalah peluasan lapangan kerja agar
masyarakat memperoleh pendapatan. Kesuksesan dalam pembangunan nasional akan
diukur dengan meninjau seberapa besar penurunan kemiskinan di suatu negara.
Keefektifan dalam mengurangi tingkat kemiskinan ialah tujuan utama dalam
menentukan strategi pembangunan (Simatupang, 2003). Permasalahan kemiskinan ini
dinilai menjadi permasalahan yang rumit dan memiliki sifat yang multidimensional
(Jundi & Poerwono, 2014). Menurut UNDP (United Nations Development Programs)
dalam (Cahyat, 2004) kemiskinan merupakan tidak mampunya seseorang dalam
memilih alternatif pilihan lainnya di dalam hidupnya, seperti dengan memilih pilihan
untuk tidak ikut campur dalam perumusan kebijakan publik yang merupakan indikator
dalam menentukan tingkat kemiskinan. Terjadinya fenomena kemiskinan dilandasi pada
ketidakmampuan seseorang dalam mencukupi kebutuhan minimal dari standar hidup
tertentu untuk mencapai kemakmuran dalam hidup. Menurut (Rintuh., Cornelis., & MS,
2003), definisi dari kemiskinan ialah sebuah situasi ketika seorang individu mengalami
kesulitan dalam mencapai dan meningkatkan kebutuhan dasar serta memperbaiki
kualitas hidupnya.
World Bank dalam (Annur, 2013) menyebutkan bahwa kemiskinan dapat terjadi
dikarenakan terbatasnya pendapatan dan aset (lack of income and assets) yang dimiliki
seseorang dalam mencukupi kebutuhan yang paling mendasar untuk melangsungkan
hidupnya, seperti sandang, pangan, dan papan serta pendidikan dan kesehatan. Faktor
minimnya lapangan pekerjaan tidak luput dari jeratan kemiskinan. Fenomena
kemiskinan dapat melanda diakibatkan karena tidak sanggupnya seseorang dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya yang merupakan standar hidup paling minimal yang
harus dipenuhi, sehingga ini melambangkan bahwa kemiskinan yang dialami seseorang
akan menyebabkan sulitnya orang tersebut dalam memenuhi tingkat kemakmuran
ekonomi (Azizah, Sudarti, & Kusuma, 2018). Begitupun dengan kemiskinan yang
terjadi di kawasan Malang Raya yang terdiri dari wilayah Kota Malang, Kota Batu, dan
Kabupaten Malang, dimana penduduk tidak dapat mencapai kemakmuran hidup karena
kurangnya pendapatan yang dimiliki guna memenuhi kebutuhan hidup, beserta dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya seperti menurunnya produktifitas sumber daya
manusia dan pertumbuhan ekonomi yang menurun.
Permasalahan kemiskinan ini telah melanda berbagai negara yang berkaitan
dengan kesejahteraan penduduknya. Faktor yang mampu memberikan pengaruh besar di
Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendidikan, dan Pengangguran terhadap
Kemiskinan Di Kota Malang
Syntax Idea, Vol. 3, No. 5, Mei 2021 1109
dalam fenomena kemiskinan ialah tingkat pertumbuhan perekonomian (Atalay, 2015).
Hal ini disebabkan pertumbuhan ekonomi merupakan parameter pengukuran atas
suksesnya kegiatan pembangunan di suatu negara, dengan adanya pembangunan daerah
diharapkan dapat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi yang diukur
melalui perubahan PDRB dalam suatu wilayah (Dama et al., 2016).
Selain itu, terdapat upaya lain untuk mengurangi kemiskinan yaitu pendidikan.
Faktor pendidikan akan membuat produktivitas individu di suatu negara meningkat
yang tentunya akan disusul dengan peningkatan produksi serta tingkat pembangunan
yang terjadi di wilayah tersebut. Hal ini dibuktikan oleh beberapa negara maju, dimana
peningkatan modal manusia dapat meningkatkan tingkat produktivitas dalam
produksinya (Atalay, 2015). Tersedianya fasilitas pendidikan yang layak dan kenaikan
tingkat pendidikan penduduk dapat digunakan sebagai salah satu parameter dalam
mengukur keberhasilan pembangunan. Menurut (Jundi & Poerwono, 2014), diharapkan
produktivitas seseorang meningkat saat terjadi peningkatan tingkat pendidikan.
Peningkatan produktivitas akan dapat meningkatkan pendapatan sehingga penduduk
mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan menurunkan kemiskinan. Sejalan
dengan penjelasan tersebut, maka pengangguran merupakan masalah yang selalu
dihadapi dalam proses pembangunan ekonomi. Menurut (Giovanni, 2018), tingkat
kemiskinan suatu daerah akan meningkat jika tingkat pengangguran daerah tersebut
tinggi, hal ini disebabkan karena mereka kesulitan memenuhi kebutuhan hidupnya.
Didasarkan pada data yang didapatkan dari BPS, tingkat kemiskinan di kawasan
Malang Raya cenderung menurun setiap tahunnya. Meskipun angka kemiskinan Kota
Malang sendiri termasuk kategori rendah yaitu termiskin terendah kedua setelah Kota
Batu, namun masih cukup banyak penduduk yang tidak dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya, yaitu sekitar 35.390 jiwa (BPS, 2020). Dengan adanya fenomena ini,
menjadikan kemiskinan di kawasan Malang Raya khususnya Kota Malang, masih
menjadi permasalahan utama yang perlu diselesaikan, karena penduduk yang memiliki
kehidupan di bawah garis kemiskinan masih cukup banyak, maka diperlukan sinergi
yang tepat antara kebijakan dan program yang dilaksanakan agar kemiskinan dapat
berkurang lebih banyak lagi.
Gambar 1
Kemiskinan di Kawasan Malang Raya 2015-2019
Meylana Widya Mindayanti, Wiwin Priana Primandhana dan Mohammad Wahed
1110 Syntax Idea, Vol. 3, No. 5, Mei 2021
Sumber: BPS Jawa Timur, 2020 (data diolah)
Dari gambar 1, diketahui bahwa tingkat kemiskinan wilayah Malang Raya
bervariasi masing-masing daerah, tingkat kemiskinan tertinggi berada di Kabupaten
Malang, disusul Kota Malang, yang terakhir ialah Kota Batu. Kota Malang ialah kota
terbesar kedua di Jawa Timur setelah Kota Surabaya, aektor pariwisata, pendidikan,
perdagangan jasa dan industri menjadi sektor penunjang perekonomian di Kota Malang.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Kota Malang ditopang oleh sektor pariwisata dan
pendidikan karena terdapat beberapa universitas ternama berada di Kota Malang, selain
itu terdapat banyak tempat wisata disana yang menjadi daya tarik tersendiri di wilayah
tersebut. Namun, Kota Malang sampai saat ini masih dihadapkan dengan masalah
kemiskinan yang masih menjadi masalah utama, sehingga perlu berbagai strategi
kebijakan untuk menurunkan angka kemiskinan tersebut. Secara angka, tingkat
kemiskinan telah menurun hingga mencapai 4,07 persen pada tahun 2019. Namun, Kota
Malang masih banyak masyarakatnya yang memiliki kehidupan di bawah garis
kemiskinan (kurang) sehingga merasa tidak mampu dalam mencukupi kebutuhannya,
yaitu mencapai 35.390 jiwa yang masih belum memperoleh kemakmuran hidup (BPS,
2020). Kemungkinan besar masyarakat dalam kategori ini masuk ke dalam kemiskinan
kronis (Chronic Poverty), dimana orang-orang yang masuk dalam katogeri ini
merupakan masyarakat paling rendah derajat kehidupannya dan juga paling sedikit
menerima manfaat dari pertumbuhan ekonomi.
Kemiskinan kronis yang terjadi dapat dikarenakan penghasilan yang tidak cukup
apabila harus digunakan untuk mencukupi segala kebutuhan atau bahkan mereka tidak
mempunyai pendapatan yang bisa dibelanjakan untuk kebutuhan mereka. Selain itu,
kemiskinan terjadi juga dikarenakan beberapa hal lain seperti pendistribusian
pendapatan tidak merata dan sumber daya manusia yang kurang produktif. Pemerintah
Kota Malang masih berupaya untuk mengentaskan kemiskinan dengan memperbaiki
faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan agar masyarakatnya dapat memenuhi
kebutuhan mereka dengan baik dan mencapai tingkat kemakmuran ekonomi. Dalam
fenomena kemiskinan, terdapat serangkaian faktor yang saling memiliki keterkaitan,
diantaranya adalah pengangguran, pendidikan, kesehatan, tingkat pendapatan
masyarakat, konsumsi, lokasi dan lingkungan (Putra & Arka, 2018). Berikut terdapat
beberapa faktor yaitu Pertumbuhan Ekonomi, Pendidikan dan Pengangguran.
Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendidikan, dan Pengangguran terhadap
Kemiskinan Di Kota Malang
Syntax Idea, Vol. 3, No. 5, Mei 2021 1111
Gambar 1
Pertumbuhan Ekonomi, Pendidikan dan Pengangguran
Kota Malang 2015-2019
Sumber: BPS Kota Malang 2020 (data diolah)
Ditinjau pada gambar 2 memperlihatkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Kota
Malang cenderung meningkat dan di tahun 2019 tumbuh 5,73 persen. Ini juga turut
terjadi pada sektor Pendidikan yang juga meningkat, tercatat pada tahun 2019 sebesar
10,17 persen. Sedangkan angka pengangguran selalu mengalami penurunan setiap
tahunnya hingga mencapai 6,04 persen pada tahun 2019. Keberhasilan Kota Malang
yang diukur dari tiga indikator tersebut belum mampu mencerminkan keberhasilan
dalam proses pembangunannya, seperti pemerataan distribusi pendapatan, akses
pendidikan yang murah dan berkualitas, serta peningkatan lapangan kerja baru untuk
masyarakat Kota Malang.
Berbagai riset yang bertopikkan pada pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan telah
berulang kali dilaksanakan, diantaranya dilakukan oleh (Suadnyani & Darsana, 2018),
(Fadillah, 2016), dan (Suryandari, 2017) yang menerangkan bahwa secara negatif dan
signifikan kemiskinan dapat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi. Namun, pada riset
yang dijalankan oleh (Utami & Masjkuri, 2018) dan (Romi & Umiyati, 2018)
menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh yang signifikan dari pertumbuhan ekonomi
terhadap kemiskinan. Dalam riset yang dilaksanakan (Putra & Arka, 2018), (Ishak,
Zakaria, & Arifin, 2020), dan (Utami & Masjkuri, 2018) menerangkan bahwa
pendidikan akan mempengaruhi kemiskinan secara negatif dan signifikan. Akan tetapi
menurut (Giovanni, 2018), (Fadillah, 2016) dan (Suryandari, 2017) tidak ditemukannya
pengaruh signifikan dari tingkat pendidikan terhadap kemiskinan. Dalam riset (Putra &
Arka, 2018), (Ishak et al., 2020), (Andhykha, Handayani, & Woyanti, 2018)
menunjukan bahwa secara positif dan signifikan pengangguran mampu mempengaruhi
kemiskinan. Sebaliknya, menurut (Diramita & Usman, 2018), (Giovanni, 2018) dan
(Fadillah, 2016) tidak terdapat pengaruh signifikan di dalam variabel pengangguran
terhadap variabel kemiskinan. Adanya perbedaan di berbagai hasil penelitian yang telah
diselenggarakan ini memperlihatkan perlunya dilangsungkan sebuah penelitian terbaru
perihal pengaruh pertumbuhan ekonomi, pendidikan, dan pengangguran terhadap
kemiskinan.
Meylana Widya Mindayanti, Wiwin Priana Primandhana dan Mohammad Wahed
1112 Syntax Idea, Vol. 3, No. 5, Mei 2021
Meninjau dari uraian sebelumnya, diketahui bahwa tingkat kemiskinan yang
terjadi di Kota Malang masih lebih tinggi dibanding dengan kota terdekatnya, yaitu
Kota Batu, hal ini disebabkan karena masih banyaknya penduduk Kota Malang yang
tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan masih banyak penduduk sehingga
mereka berprofesi sebagai pengemis. Menurut Dinas Sosial (Firdausi, 2018), banyaknya
pengemis di Kota Malang disebabkan karena ekonomi rendah dan masih terjadi
ketidakmerataan pendapatan penduduk yang mengakibatkan sebagian penduduk tidak
dapat mencukupi kebutuhan hidupnya. Selain itu, penyebab lainnya yaitu pendidikan
rendah, biaya hidup semakin mahal serta lapangan pekerjaan yang tersedia masih
terbatas, hal inilah yang menyebabkan kemiskinan terjadi.
Melihat fenomena tersebut, tergambar bahwa situasi yang tengah terjadi saat ini
masihlah jauh dari tujuan pembangunan yaitu mensejahterakan kehidupan masyarakat.
Ketidaksesuaian antara tujuan pembangunan terhadap apa yang sebenarnya terjadi di
lapangan mencermikan bahwa kegiatan pembangunan yang selama ini dilakukan masih
belum mampu menanggulangi masalah kemiskinan. Oleh sebab itu, peneliti hendak
menggambarkan secara jelas perihal dampak yang mampu ditimbulkan oleh
pertumbuhan ekonomi, pendidikan, dan pengangguran terhadap kemiskinan di Kota
Malang.
Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini mengadopsi metode kuantitatif dalam memperoleh informasi
perihal keberadaan hubungan antar variabel ataupun pengaruh di dalam independent
variable terhadap dependent variable, dimana terdapat hipotesis untuk diuji
kebenarannya pada peneitian kuantitatif (Mulyadi, 2011). Penelitian ini termasuk
kuantitatif karena tujuan dari dilangsungkannya penelitian ialah untuk
melangsungkan serangkaian pengujian terhadap hipotesis yang telah penulis tetapan
yang berisi praduga atas adanya pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel
pertumbuhan ekonomi, pendidikan, dan pengangguran terhadap kemiskinan yang
melanda Kota Malang tahun 2005 sampai 2019.
2. Pengumpulan data
Data yang digunakan ke dalam penelitian ini berjenis data sekunder yang
dimana berhasil dihimpun melalui informasi yang secara langsung penulis dapatkan
dari instansi terkait, studi literatur, jurnal, makalah, dan laporan yang berhasil
peneliti himpun. Data pokok penulis dapatkan berdasarkan data yang dipaparkan
oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur dan Kota Malang tahun 2005-2019.
3. Teknik analisis
Dalam penganalisaan data, peneliti menggunakan model analisis regresi linier
berganda dengan menerapkan model Ordinary Least Square (OLS). Hal ini berarti
metode yang digunakan untuk melihat dapatkah variabel bebas (X
1
, X
2
, X
3
,......,k)
memberikan pengaruhnya terhadap variabel terikat (Y). Persamaan Model Regresi
Linier Berganda:
Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendidikan, dan Pengangguran terhadap
Kemiskinan Di Kota Malang
Syntax Idea, Vol. 3, No. 5, Mei 2021 1113
Y = β0 + β
1
X
1
+ β
2
X
2
+ β
3
X
3
+ e
Keterangan :
Y : Kemiskinan
X
1
: Pertumbuhan Ekonomi
X
2
: Pendidikan
X
3
: Pengangguran
β
0
:
Konstanta (nilai Y apabila X
1
, X
2
, X
3
= 0)
β
:
Koefisien Regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)
e : error
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan pengolahan program komputer IBM SPSS 25 didapati persamaan
di bawah ini :
Y = -8,878 + 1,081X
1
+ 0,431X
2
+ 0,432X
3
Apabila model persamaan tersebut kita uraikan, terlihat bahwa nilai dari
konstanta senilai -8,878 yang berarti apabila Pertumbuhan Ekonomi (X1),
Pendidikan (X2), dan Pengangguran (X3) dinyatakan sebagai variabel yang bernilai
konstan, maka kemiskinan di Kota Malang (Y) akan turun sebesar 8,878 persen.
Koefisien regresi X
1
(β
1
) 1,081 menjelaskan bahwa apabila Pendidikan (X2) dan
Pengangguran (X3) dianggap konstan, setiap pertumbuhan ekonomi (X1) meningkat
sebesar satu persen, hal ini akan menyebabkan kemiskinan di Kota Malang (Y) juga
turut meningkat sejauh sebesar 1,081 persen. Koefisien regresi X
2
(β
2
) 0,431
menjelaskan apabila Pertumbuhan Ekonomi (X1) dan Pengangguran (X3) dianggap
konstan, setiap pendidikan (X2) yang digambarkan oleh rata-rata lama sekolah naik
satu tahun maka kemiskinan di Kota Malang (Y) akan naik sebesar 0,431 persen.
Koefisien regresi X
3
(β
3
) 0,432 menjelaskan apabila Pertumbuhan Ekonomi (X1) dan
Pendidikan (X2) dianggap konstan, setiap pengangguran (X3) meningkat sebesar
satu persen, hal ini akan menyebabkan kemiskinan di Kota Malang (Y) juga akan
meningkat senilai 0,432 persen.
1. Hasil Uji Asumsi Klasik (BLUE / Best Linier Unbiased Estimator)
a. Uji Autokorelasi
Berdasarkan hasil penganalisisan yang ditujukan guna
melangsungkan pengujian autokorelasi di dalam penelitian ini, diketahui
bahwa nilai DW test senilai 1,681. Terdapat 3 variabel bebas (k) di dalam
penelitian ini dengan jumlah data (n) sejumlah 15 data, yang kemudian
mengartikan bahwa nilai DW tabel menjadi dL = 0,8140 dan dU = 1,7501.
Beranjak dari temuan ini maka mampu menjelaskan bahwa nilai DW test
terletak di antara nilai dL dan dU, yang dapat didefinisikan bahwa data yang
digunakan di dalam penelitian ini terletak di dalam daerah keragu-raguan
Meylana Widya Mindayanti, Wiwin Priana Primandhana dan Mohammad Wahed
1114 Syntax Idea, Vol. 3, No. 5, Mei 2021
yang menyebabkan data penelitian tidak terdapat gejala autokorelasi
sehingga data dapat dilanjutkan ke pengujian berikutnya.
b. Uji Multikolineritas
Dari hasil untuk uji multikolinearitas diketahui nilai VIF dan
tolerance masing-masing variabel yaitu nilai VIF pertumbuhan ekonomi
(2,071), pendidikan (1,039), dan pengangguran (2,056). Sedangkan nilai
tolerance pertumbuhan ekonomi (0,483), pendidikan (0,962), dan
pengangguran (0,486). Adapun dari hasil tersebut memperlihatkan bahwa
nilai VIF semua variabel bebas kurang dari 10 dan nilai tolerance semua
variabel bebas lebih dari 0,10, yang dalam hal ini memperlihatkan bahwa
model regresi yang diterapkan tidak mengalami multikolinearitas.
c. Uji Heterokedastisitas
Berdasarkan riset turut memperlihatkan bahwa variabel terikat
kemiskinan memiliki tingkat signifikasi koefisien korelasi rank spearman
yang keseluruhan residualnya melebihi angka 0,05, diantaranya X
1
(0,491),
X
2
(0,819), dan X
3
(0,439), yang kemudian dapat diidentifikasi bahwa antar
variabel bebas (X) tidaklah mengalami korelasi yang menyebabkan tidak
terjadinya heterokodastisitas di dalam model regresi ini.
Dilandaskan pada perolehan di dalam pengujian Asumsi Klasik
tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa tidak adanya pelanggaran atas
asumsi klasik di dalam model penelitian yang diterapkan oleh peneliti
sehingga penelitian dapat dilaksanakan ke tahap penganalisisan berikutnya.
d. Uji Koefisien Determinasi (R
2
)
Tabel 1
Uji Koefisien Determinasi
R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of the
Estimate
,899
a
,807
,755
,61382
Sumber: Output SPSS
Dari pengolahan data yang telah dilakukan didapati nilai koefisien
determinasi ialah 0,807 atau 80,7%, yang berarti bahwa seluruh variabel
bebas yaitu Pertumbuhan Ekonomi (X
1
), Pendidikan (X
2
) dan Pengangguran
(X
3
) mampu memaparkan variabel terikatnya yaitu Kemiskinan (Y) sebesar
80,7%, dan sisanya yaitu sebesar 19,3% dijelaskan oleh variabel lain di luar
model penelitian.
e. Uji F
Tabel 2
Uji F Simultan (ANOVA)
Model
Sum of
Square
df
Mean
Square
F
Sig.
Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendidikan, dan Pengangguran terhadap
Kemiskinan Di Kota Malang
Syntax Idea, Vol. 3, No. 5, Mei 2021 1115
Model
Sum of
Square
df
Mean
Square
F
Sig.
1
Regression
17,364
3
5,788
15,362
.000
b
Residual
4,145
11
0,377
Total
21,509
14
Sumber: Output SPSS
Uji F dipakai guna memperlihatkan adanya pengaruh atau hubungan
secara simultan (serempak), dari hasil pengujian diketahui nilai F hitung
15,362 dan signifikasinya sebesar 0,000 dengan ukuran signifikasinya 5%
atau (α = 0,05), sehingga dapat diketahui nilai signya 0,000 < 0,05. Nilai F
tabel dengan degree of freedom (df
1
) yaitu 3 (jumlah variabel bebas/k) dan
df
2
yaitu 11 (n-k-1) diperoleh nilai F tabel sebesar 3,59, sehingga H0 tidak
diterima dan Hi diterima. Sehingga dapat diketahui bahwa secara serempak
dan nyata, Pertumbuhan Ekonomi (X
1
), Pendidikan (X
2
), dan Pengangguran
(X
3
) mampu mempengaruhi Kemiskinan (Y) di Kota Malang serta mampu
ditunjukkan sebuah bukti melalui kurva uji F di bawah ini.
Gambar 3
Kurva Distribusi Uji F
f. Uji T
Tabel 3
Uji t Parsial
Variabel
t
Hitung
t
Tabel
Sig.
Pertumbuhan Ekonomi
(X1)
2,668
2,201
0,022
Pendidikan (X2)
1,309
2,201
0,217
Pengangguran (X3)
6,052
2,201
0,000
Sumber: Output SPSS
a) Variabel Pertumbuhan Ekonomi (X1)
Berdasarkan pengujian t didapati hasil berupa nilai t hitung senilai
2,668 beserta nilai sig 0,022, sedangkan nilai t tabel (α/2= 0,025) dengan
(df) 11 (n-k-1) didapati nilai t tabel senilai 2,201. Dari perolehan ini
diketahui nilai t hitung
2,668 t tabel 2,201 yang menyebabkan H0 tidak
diterima dan Hi diterima, dengan nilai signifikansi 0,022 < 0,05. Maka
peneliti menyimpulkan bahwa pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel
Daerah Penerimaan H
0
Daerah Penerimaan H
1
3,59
15,362
Meylana Widya Mindayanti, Wiwin Priana Primandhana dan Mohammad Wahed
1116 Syntax Idea, Vol. 3, No. 5, Mei 2021
pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan di Kota Malang secara parsial
mampu memberikan pengaruh yang positif dan signifikan.
b) Variabel Pendidikan (X2)
Dari pengujian t didapati bahwa nilai t hitung sebesar 1,309 dan nilai
sig 0217, sedangkan nilai t tabel (α/2= 0,025) dengan (df) 11 (n-k-1)
didapati nilai t tabel sebesar 2,201. Dari perolehan ini diketahui nilai t
hitung
1,309 t tabel 2,201 sehingga H0 diterima dan Hi tidak diterima,
dengan nilai signifikansi 0,217 > 0,05. Sehingga penulis mampu
menyimpulkan secara parsial variabel pendidikan belum mampu
mempengaruhi kemiskinan Kota Malang secara signifikan.
c) Variabel Pengangguran (X3)
Berdasarkan pengujian atas t didapati bahwa nilai t hitung sejumlah
6,052 dan nilai sig 0,00, sedangkan nilai t tabel (α/2= 0,025) dengan (df)
11 (n-k-1) didapati nilai t tabel sejumlah 2,201. Dari hasil ini diketahui
nilai t hitung
6,052 t tabel 2,201, hal ini dapat disimpulkan dengan
ditolaknya H0 dan diterimanya Hi, dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05.
Peneliti mampu menyimpulkan bahwa pengaruh yang disebabkan oleh
variabel pengangguran terhadap kemiskinan di Kota Malang secara parsial
mampu memberikan pengaruh yang positif disertai pengaruh yang cukup
signifikan.
B. Pembahasan
1. Pertumbuhan Ekonomi
Secara positif dan signifikan pertumbuhan ekonomi mampu mempengaruhi
kemiskinan Kota Malang di tahun 2005-2019. Fenomena ini disebabkan
pertumbuhan ekonomi yang tidak secara otomatis dapat mengurangi kemiskinan di
Kota Malang karena tidak meratanya penghasilan yang didapati oleh masyarakat.
Ditambah lagi para penduduk di golongan bawah (miskin) tidak dapat merasakan
dampak dari pertumbuhan ekonomi, banyaknya pendatang di Kota Malang
menyebabkan bertambahnya tempat penginapan dan tempat wisata sehingga
mengakibatkan usaha masyarakat meningkat namun kalangan masyarakat
menengah ke atas lah yang merasakan dampak tersebut sehingga tidak
mempengaruhi kemiskinan. Disisi lain, pertumbuhan ekonomi yang terjadi hanya
didominasi oleh sektor tertentu saja, dimana yang menjadi penyumbang terbesar
PDRB Kota Malang yaitu sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor dengan kontribusi rata-rata mencapai 30,79% dari total PDRB
Kota Malang, sehingga penduduk miskin masih belum dapat menikmati
peningkatan pertumbuhan ekonomi (Barenlitbang, 2017). Penelitian yang pernah
(Diramita & Usman, 2018) dan (Ishak et al., 2020) langsungkan memperoleh
sebuah temuan yang menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi mampu
mempengaruhi kemiskinan secara positif dan signifikan, hal ini disebabkan karena
ketimpangan distribusi pendapatan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang
tidak dapat penduduk golongan bawah rasakan karena kurangnya pemerataan
Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendidikan, dan Pengangguran terhadap
Kemiskinan Di Kota Malang
Syntax Idea, Vol. 3, No. 5, Mei 2021 1117
pembangunan untuk mengurangi kemiskinan. Pertumbuhan harus dipastikan
berlangsung pada sektor yang sekiranya menjadi ladang pencaharian para penduduk
golongan bawah (pertanian atau sektor padat karya).
2. Pendidikan
Pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel pendidikan terhadap Kota Malang
pada kurun waktu 2005-2019 tidak signifikan, hal ini disebabkan karena pendidikan
tidak mempengaruhi seseorang untuk mengembangkan usaha sendiri, hal ini
didukung dengan melihat data dari (BPS, 2020), yang memperlihatkan bahwa
persentase kemiskinan yang terjadi pada penduduk lulusan SMA sebesar 37,89%
lebih tinggi daripada penduduk lulusan SD sebesar 17,41%, hal ini terjadi karena
penduduk dengan pendidikan yang cukup biasanya cenderung memilih pekerjaan
yang sesuai dengan keahlian dan keterampilan yang dimiliki, sehingga peningkatan
pendidikan tidak mempengaruhi kemiskinan. Selain itu, peningkatan pendidikan di
Kota Malang dikarenakan banyaknya pendatang yang menempuh pendidikan di
Kota Malang karena fasilitas pendidikan yang cukup baik sehingga mendorong
mereka untuk menempuh pendidikan di Kota Malang, namun setelah lulus mereka
mencari kembali ke kota asalnya sehingga tidak mempengaruhi kemiskinan di Kota
Malang. Penelitian ini memperoleh temuan yang selaras dengan temuan yang
dikemukakan pada penelitian yang pernah Giovanni tahun 2018, Fadillah tahun
2016 dan Suryandari tahun 2017 langsungkan dimana memaparkan bahwa
pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel pendidikan terhadap kemiskinan tidak
signifikan. Namun temuan ini tidak selaras terhadap teori yang (Jundi & Poerwono,
2014) sampaikan, serta hipotesis yang ada yang menyatakan bahwa peningkatan
pendidikan akan dapat meningkatkan produktivitas seseorang sehingga mereka
dapat memperoleh pendapatan untuk mencukupi segala kebutuhan yang dibutuhkan
untuk melangsungkan hidup serta mengurangi kemiskinan.
3. Pengangguran
Pengaruh yang ditunjukkan oleh variabel pengangguran terhadap kemiskinan
Kota Malang pada kurun waktu 2005-2019 juga menunjukkan nilai yang positif dan
signifikan. Penelitian ini memperoleh temuan yang mendukung teori yang Sukirno
tahun 2006 kemukakan, dimana teori tersebut mengungkapkan bahwa
pengangguran akan memperburuk tingkat kemiskinan disebabkan pengangguran
akan menekan pendapatan masyarakat, sehingga mereka tidak dapat memenuhi
kebutuhan dan tidak mencapai kemakmuran hidup. Semakin menurunnya tingkat
kemakmuran hidup seseorang, maka akan semakin besar peluang seseorang
terjebak dalam kemiskinan. Tingginya pengangguran di Kota Malang disebabkan
karena peningkatan angkatan kerja baru di Kota Malang namun tidak diimbangi
dengan penambahan lapangan pekerjaan di Kota Malang (BPS Kota Malang, 2019).
Selain itu banyaknya penduduk yang memiliki pendidikan yang cukup di Kota
Malang, menyebabkan mereka cenderung memilih pekerjaan yang sesuai dengan
keinginan dan keahlian yang mereka miliki, dimana kapasitas dan keterampilan
yang ada di Kota Malang masih belum sesuai dengan yang dibutuhkan lapangan
Meylana Widya Mindayanti, Wiwin Priana Primandhana dan Mohammad Wahed
1118 Syntax Idea, Vol. 3, No. 5, Mei 2021
pekerjaan saat ini, sehingga mereka tidak memiliki pendapatan untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Kemiskinan yang terjadi didominasi oleh penduduk yang tidak
bekerja yaitu sebesar 48,31% (BPS Kota Malang, 2019), hal ini berarti bahwa
pengangguran yang terjadi berpengarh pada peningkatan kemiskinan. Penelitian ini
memperoleh temuan yang selaras dengan temuan yang pernah Putra & Arka tahun
2018 dan Ishak et al tahun 2020 kemukakan di dalam penelitiannya, yaitu
pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel pengangguran terhadap kemiskinan akan
menunjukkan nilai yang positif, hal ini dapat terjadi disebabkan individu yang tidak
memiliki pekerjaan berarti tidak memiliki penghasilan yang mampu mencukupi
kebutuhannya yang menyebabkan individu tersebut terjerat ke dalam lingkup
kemiskinan.
Kesimpulan
Berdasarkan sejumlah teori dan pembahasan akan temuan peneliti, peneliti
mampu menyimpulkan bahwa secara positif dan signifikan variabel pertumbuhan
ekonomi serta pengangguran dapat mempengaruhi kemiskinan di Kota Malang, akan
tetapi lain halnya dengan variabel pendidikan, variabel ini tidak memiliki pengaruh
secara signifikan apabila dikaitkan dengan kemiskinan di Kota Malang dalam kurun
waktu 2005 hingga 2019, maka dapat dipaparkan demikian :
Di dalam pengujian atas uji t parsial mampu memaparkan bahwa pertumbuhan
ekonomi dapat berpengaruh terhadap kemiskinan di Kota Malang, dimana ketika terjadi
peningkatan pertumbuhan ekonomi justru akan meningkatkan kemiskinan, yang dapat
ditinjau melalui pengujian atas nilai t hitung dan t tabel yang memperoleh fakta bahwa
nilai t hitung melebihi dari t tabel (2,668 2,201) dengan tingkat signifikasinya yaitu
0,022. Hal ini terjadi karena ketidakmerataan distribusi pendapatan serta pertumbuhan
ekonomi yang terjadi hanya didominasi oleh sektor tertentu saja, dimana yang menjadi
penyumbang terbesar PDRB Kota Malang yaitu sektor Perdagangan Besar dan Eceran,
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dengan kontribusi rata-rata mencapai 30,79% dari
total PDRB Kota Malang, sehingga tidak mempengaruhi kemiskinan.
Dari pengujian secara parsial untuk pendidikan, memperlihatkan bahwa pengaruh
yang ditimbulkan oleh variabel pendidikan terhadap kemiskinan di Kota Malang
merupakan pengaruh yang tidak signifikan, yang ditinjau melalui hasil pengujian yang
memperlihatkan bahwa nilai t hitung di bawah t tabel (1,309 2,201) dengan tingkat
signifikasinya yaitu 0,217. Hal tersebut karena karena pendidikan tidak mempengaruhi
seseorang untuk mengembangkan usaha sendiri. Selain itu, peningkatan pendidikan di
Kota Malang dikarenakan banyaknya pendatang yang menempuh pendidikan di Kota
Malang, namun setelah lulus mereka mencari kembali ke kota asalnya sehingga tidak
mempengaruhi kemiskinan di Kota Malang.
Pada pengujian yang telah dilakukan dengan uji t parsial menunjukkan bahwa
pengangguran dapat berpengaruh terhadap kemiskinan di Kota Malang, yaitu saat
pengangguran meningkat maka kemiskinan juga meningkat, yang dapat dilihat
berdasarkan hasil pengujian yang menunjukkan nilai t hitung lebih dari t tabel (6,052
Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendidikan, dan Pengangguran terhadap
Kemiskinan Di Kota Malang
Syntax Idea, Vol. 3, No. 5, Mei 2021 1119
2,201) dengan tingkat signifikasinya yaitu 0,000. Hal ini disebabkan karena
penambahan angkatan kerja yang terjadi tidak diimbangi dengan penambahan lapangan
pekerjaan serta kapasitas dan keterampilan yang ada di Kota Malang masih belum
sesuai dengan yang dibutuhkan lapangan pekerjaan saat ini, sehingga mereka tidak
memiliki pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kemiskinan yang terjadi
didominasi oleh penduduk yang tidak bekerja yaitu sebesar 48,31% yang berarti bahwa
pengangguran yang terjadi sangat mempengaruhi kemiskinan.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka diharapkan agar pemerintah Kota Malang
mampu mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan yang ada di masyarakat, dengan
meningkatkan pendapatan sektor-sektor lain pada PDRB dengan memanfaatkan potensi
daerah yang ada untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya daerah
tertinggal di Kota Malang agar dapat mengurangi ketimpangan dan mengurangi
kemiskinan. Selain itu, diharapkan juga pemerintah daerah dapat memberikan program
bantuan khusus kepada masyarakat miskin, menyediakan program pelatihan dan
sertifikasi kerja bagi masyarakat yang disesuaikan dengan keahlian dan keterampilan
yang dibutuhkan oleh lapangan pekerjaan saat ini, serta meningkatkan sektor industri
padat karya, sehingga akan dapat mengurangi angka pengangguran dan masyarakat
memiliki pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk penelitian
selanjutnya diharapkan menggunakan alternatif variabel penelitian lainnya agar dapat
memberikan hasil penelitian dan kesimpulan yang lebih komperehensif dalam
mengukur kemiskinan karena kemiskinan yang bersifat dinamis.
Meylana Widya Mindayanti, Wiwin Priana Primandhana dan Mohammad Wahed
1120 Syntax Idea, Vol. 3, No. 5, Mei 2021
BIBLIOGRAFI
Andhykha, Ridho, Handayani, Herniwati Retno, & Woyanti, Nenik. (2018). Analisis
Pengaruh PDRB, Tingkat Pengangguran, dan IPM Terhadap Tingkat Kemiskinan
di Provinsi Jawa Tengah. Media Ekonomi Dan Manajemen, 33(2), 113123.
Google Scholar
Annur, Reza Attabiurrobbi. (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Di
Kecamatan Jekulo Dan Mejobo Kabupaten Kudus Tahun 2013. Economics
Development Analysis Journal, 2(4), 409426. Google Scholar
Atalay, Refika. (2015). The Education and the Human Capital to Get Rid of the Middle-
income Trap and to Provide the Economic Development. Procedia - Social and
Behavioral Sciences, 174, 969976. Google Scholar
Azizah, Elda Wahyu, Sudarti, & Kusuma, Hendra. (2018). Pengaruh Pendidikan,
Pendapatan Perkapita dan Jumlah Penduduk terhadap Kemiskinan di Provinsi Jawa
Timur. Jurnal Ilmu Ekonomi, 2, 167180. Google Scholar
Badan Pusat Statistik. (2020). Jumlah Penduduk Miskin menurut Kabupaten/Kota di
Jawa Timur.
Barenlitbang. (2017). Analisa Pengembangan Sektor Unggulan Di Kota Malang.
BPS Kota Malang. (2019). Keadaan Ketenagakerjaan Kota Malang Agustus 2019.
Cahyat, Ade. (2004). Bagaimana kemiskinan diukur?: beberapa model pengukuran
kemiskinan di Indonesia. 18. Google Scholar
Dama, Himawan Yudistira, Lapian, Agnes L. Ch, Sumual, Jacline I., Pembangunan,
Jurusan Ekonomi, Ekonomi, Fakultas, Sam, Universitas, & Manado, Ratulangi.
(2016). Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (Pdrb) Terhadap Tingkat
Kemiskinan Di Kota Manado (Tahun 2005-2014). Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi,
16(3), 549561. Google Scholar
Diramita, & Usman, Umaruddin. (2018). Pengaruh Jumlah Penduduk, Pengangguran
dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau.
Jurnal Ekonomi Regional Unimal, 01, 4652. Google Scholar
Fadillah, Fidha Rida. (2016). Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan Di
Kabupaten / Kota Jawa Timur. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 1(1), 8193.
Firdausi, Himami. (2018). Penanganan Pengemis Oleh Dinas Sosial Kota Malang
Perspektif Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2013 Dan Ulama Syafiiyah. Google
Scholar
Giovanni, Ridzky. (2018). Analisis Pengaruh PDRB, Pengangguran dan Pendidikan
Terhadap Tingkat Kemiskinan di Pulau Jawa Tahun 2009-2016. Economics
Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendidikan, dan Pengangguran terhadap
Kemiskinan Di Kota Malang
Syntax Idea, Vol. 3, No. 5, Mei 2021 1121
Development Analysis Journal, 7(1), 2331. Google Scholar
Ishak, Robby Achsyansyah, Zakaria, Junaiddin, & Arifin, M. (2020). Pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi, Pendidikan dan Pengangguran Terhadap Tingkat
Kemiskinan di Kota Makassar. Paradoks: Jurnal Ilmu Ekonomi, 3(2), 4153.
Google Scholar
Jundi, Musa Al., & Poerwono, Dwisetia. (2014). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi
Tingkat Kemiskinan Provinsi-Provinsi Di Indonesia (Vol. 1). Google Scholar
Mulyadi, Mohammad. (2011). Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Serta Pemikiran
Dasar Menggabungkannya [Quantitative and Qualitative Research and Basic
Rationale to Combine Them]. Jurnal Studi Komunikasi Dan Media, 15(1), 128.
Google Scholar
Putra, I. Komang Agus Adi, & Arka, Sudarsana. (2018). Analisis Pengaruh Tingkat
Pengangguran Terbuka, Kesempatan Kerja, Dan Tingkat Pendidikan Terhadap
Tingkat Kemiskinan Pada Kabupaten / Kota Di Provinsi Bali. E-Jurnal EP Unud,
7(3), 416444. Google Scholar
Rintuh., Cornelis., & MS, Miar. (2003). Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat. Dikti:
Jakarta.
Romi, Syahrur, & Umiyati, Etik. (2018). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Upah
Minimum terhadap Kemiskinan di Kota Jambi. E-Jurnal Perspektif Ekonomi Dan
Pembangunan Daerah, 7(1), 17. Google Scholar
Simatupang, Pantjar. (2003). Produksi Domestik Bruto, Harga dan Kemiskinan:
Hipotesis Trickle Down Dikaji Ulang. Economics and Finance in Indonesia,
51(3), 291324. Google Scholar
Statistik, Badan Pusat. (2020). Kota Malang dalam Angka 2020.
Suadnyani, Ni Wayan Ria, & Darsana, Ida Bagus. (2018). Pengaruh Pertumbuhan
Ekonomi, Pengangguran Dan Pendidikan Terhadap Kemiskinan Di Kabupaten
Bangli. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, 7(5), 10221049.
Suryandari, Andri Nurmalita. (2017). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendidikan,
Dan Kesehatan Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Google Scholar
Utami, Hapsari Wiji, & Masjkuri, Siti Umajah. (2018). Pengaruh Pertumbuhan
Ekonomi, Upah Minimum, Tingkat Pengangguran Terbuka Dan Pendidikan
Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur
Tahun 2008-2013. Ekosiana: Jurnal Ekonomi Syariah, 4(01), 1120.
Zuhdiyaty, Noor, & Kaluge, David. (2017). Analisis Faktor - Faktor Yang
Mempengaruhi Kemiskinan Di Indonesia Selama Lima Tahun Terakhir. Jurnal
Meylana Widya Mindayanti, Wiwin Priana Primandhana dan Mohammad Wahed
1122 Syntax Idea, Vol. 3, No. 5, Mei 2021
Ilmiah Bisnis Dan Ekonomi Asia, 11(2), 2731. Google Scholar
Zulhanafi., Aimon, Hasdi., & Syofyan, Efrizal. (2013). Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Produktivitas Dan Tingkat Pengangguran Di Indonesia. Jurnal
Kajian Ekonomi, 2(03), 7087. Google Scholar
Copyright holder:
Meylana Widya Mindayanti, Wiwin Priana Primandhana dan Mohammad Wahed
(2021)
First publication right:
Journal Syntax Idea
This article is licensed under: