Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�����
Vol. 3, No. 5, Mei 2021
TINJAUAN MOTIVASI KERJA DAN TINGKAT
PENDIDIKAN PADA KINERJA PENYULUH KELUARGA BERENCANA
Harries
Madiistriyatno dan Ernawati
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIMA) IMMI Jakarta, Indonesia
Email: [email protected], dan [email protected]
Abstract
This study aims to determine the effect of Work
Motivation and Education Level on the Performance of Family Planning
Instructors. The sampling technique used total sampling (n = 44), and the data
analysis technique used Correlation and Regression with SPSS version 22. The
results showed that Work Motivation had a positive and significant effect on
the performance of KB counselors (t count = 2.494, p <0.00). The level of
education has a positive and significant effect on the performance of family planning
counselors (t arithmetic = 9.595, p <0.00). Work motivation and education
level simultaneously have positive and significant effect on the performance of
family planning counselors (F arithmetic = 13,665, p <0.00). The
Contribution of Work Motivation and Education Level to the Performance of KB
Extension Workers is shown by the Adjusted R Square value of 0.835 or (83.5%).
The remaining 16.5% is influenced by other variables. The implication of this
research is that there must be a government policy in increasing the
performance of family planning counselors in the Karawang
regency's Population and Family Planning Control Office (DPPKB) to improve the
performance of family planning instructors through leading the process of good
work motivation and increasing education levels so that the performance of
family planning counselors is better.
Keywords: work motivation; education
level; performance of family planning instructors
�
Abstrak
Tinjauan motivasi kerja dan tingkat pendidikan pada kinerja penyuluh
keluarga berencana. Penelitian Ini Bertujuan Untuk Mengetahui Pengaruh Motivasi Kerja Dan Tingkat Pendidikan Terhadap
Kinerja Penyuluh Kb. Teknik
Pengambilan Sampel Menggunakan
Total Sampling (N = 44), Dan Teknik Analisis Data Menggunakan Korelasi Dan Regresi Dengan Program Spss Versi 22. Hasil Penelitian Menunjukkan Bahwa Motivasi Kerja Berpengaruh Positif Dan Signifikan Terhadap Kinerja Penyuluh Kb (T Hitung = 2,494, P <
0.00). Tingkat Pendidikan Berpengaruh Positif Dan Signifikan Terhadap Kinerja Penyuluh Kb (T Hitung = 9,595, P <
0.00). Motivasi Kerja Dan
Tingkat Pendidikan Secara Simultan
Berpengaruh Positif Dan Signifikan Terhadap Kinerja Penyuluh Kb (F Hitung = 13,665, P < 0.00). Kontribusi
Motivasi Kerja Dan Tingkat
Pendidikan Terhadap Kinerja Penyuluh
Kb Ditunjukan Oleh Nilai
Adjusted R Square Sebesar 0,835 Atau (83,5%). Sisanya Sebanyak 16,5% Dipengaruhi Oleh Variabel Lain. Implikasi Penelitian Ini Adalah Harus
Ada Kebijakan Pemerintah
Dalam Peningkatan Kinerja Penyuluh
Kb Di Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dppkb) Kabupaten Karawang Untuk Perbaikan Kinerja Penyuluh Kb Melalui
Penerepan Proses Motivasi Kerja Yang Baik Dan Peningkatan
Tingkat Pendidikan Agar Kinerja Penyuluh Kb Menjadi Lebih
Baik.
Kata Kunci: motivasi kerja; tingkat Pendidikan;
kinerja penyuluh KB
Pendahuluan
Salah satu usaha pemerintah dalam program penanggulangan
stunting dilakukan melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN). Adapun program dari BKKBN di tingkat kabupaten yang bersinggungan
dengan penanganan kasus stunting adalah program Kependudukan Keluarga Berencana
dan Pembangunan Keluarga (KKBPK). Dalam program KKBPK sendiri terdapat
pencerminan dari pelaksanaan 8 fungsi keluarga, yang meliputi (1) fungsi
keagamaan, (2) fungsi social budaya, (3) fungsi cinta kasih, (4) fungsi
perlindungan, (5) fungsi reproduksi, (6) fungsi sosialisasi dan pendidikan, (7)
fungsi ekonomi, dan (8) fungsi pembinaan lingkungan (Tentama, Delfores, Wicaksono, & Fatonah, 2018).
Keberhasilan pelaksanaan program
kependudukan, dan keluarga berencana tidak terlepas dari peran
Penyuluh Keluarga Berencana (yang disingkat dengan PKB) atau Petugas Lapangan Keluarga Berencana (yang disingkat dengan PLKB) yang merupakan tombak di lapangan dalam menjabarkan visi dan misi program kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan keluarga yang harus diterjemahkan dengan baik di lapangan sehingga masyarakat sebagai pihak penerima dan pengguna program dapat menikmatinya (Wahyuni, 2015).
Tugas utama
dari Penyuluh Keluarga Berencana atau Petugas Lapangan
Keluarga Berencana adalah mempertahankan pencapaian angka kesertaan KB yang tinggi dan mengendalikan angka kelahiran penduduk di wilayah binaannya (Restiyani & Yasa, 2019). Peran Penyuluh Keluarga Berencana atau Petugas Lapangan Keluarga Berencana memotivasi, membina dan meningkatkan akseptor KB; menjaga hubungan komunikasi dengan keluarga binaan serta menentukan angka kesertaan ber-KB yang tinggi berdampak pada penurunan angka kelahiran Sebagai tombak di lapangan Penyuluh Keluarga Berencana atau Petugas Lapangan
Keluarga Berencana langsung berhadapan dengan calon akseptor
KB terkait berbagai permasalahan dan isu di masyarakat. Keberhasilan ini tergantung kepiawaian Penyuluh Keluarga Berencana atau Petugas Lapangan
Keluarga Berencana meyakinkan calon akseptor (Maya Yusnita &
Agustina, 2020).
Gerakan Keluarga
Berencana Nasional bertujuan
untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak maupun
keluarga serta bangsa secara menyeluruh.
Tujuan lain adalah untuk meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat dengan mengurangi angka kelahiran sehingga pertumbuhan penduduk tidak melebihi kapasitas produksi (Zuhriyah, Indarjo, & Raharjo, 2017).
KB untuk
ikut serta dalam program kependudukan keluarga berencana dan pembangunan keluarga. Melalui advokasi, komunikasi, informasi dan edukasi atau yang biasa disebut konseling,
Penyuluh Keluarga Berencana atau Petugas Lapangan Keluarga Berencana dapat meyakinkan masyarakat atau calon akseptor KB untuk ikut serta
dalam program kependudukan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sehingga akseptor KB dapat meningkat (Restiyani & Yasa, 2019). Kabupaten Karawang memiliki 30 wilayah kecamatan, 9
wilayah kelurahan dan 309 wilayah desa.
Sedangkan jumlah Penyuluh Keluarga Berencana atau Petugas Lapangan Keluarga Berencana sebanyak 43 orang, PLKB non PNS 163. Seharusnya
setiap Penyuluh Keluarga Berencana atau Petugas Lapangan
Keluarga Berencana memegang satu wilayah desa/kelurahan binaan. Tentunya hal ini sangat
mempengaruhi keefektifan penyuluhan. Sehingga Penyuluh Keluarga Berencana atau Petugas Lapangan Keluarga Berencana dituntut kinerja yang lebih maksimal dan optimal dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang merupakan tanggung jawabnya (Rizki, Winangsih, & Praceka, 2015). Kinerja Penyuluh Keluarga Berencana atau Petugas Lapangan Keluarga Berencana dipengaruhi oleh motivasi kerja dan tingkat Pendidikan yang
melatarbelakanginya. Dari hasil
survey sementara terhadap kinerja penyuluh KB, ternyata masih ditemukan berbagai masalah yang menyangkut kinerja Penyuluh Keluarga Berencana atau Petugas Lapangan
Keluarga Berencana di lapangan, antara lain meliputi: (1) kemampuan manajemen yang terbatas; (2) pelaksanaan tugas yang berorientasi angka kredit; (3) pengetahuan dan wawasan tentang program kependudukan keluarga berencana dan pembangunan keluarga yang masih terbatas; (4) kemampuan mendorong partisipasi masyarakat yang tidak merata; (5) penampilan kerja yang belum memadai; (6) rasio Penyuluh Keluarga Berencana atau Petugas Lapangan Keluarga Berencana terhadap jumlah desa/kelurahan binaan yang kurang tepat; (7) masih kurangnya dana operasional Penyuluh Keluarga Berencana atau Petugas Lapangan Keluarga Berencana; serta (8) masih kurangnya fasilitas Penyuluh Keluarga Berencana atau Petugas Lapangan Keluarga Berencana dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang merupakan tanggungjawabnya; (9) masih rendahnya motivasi kerja Penyuluh Keluarga Berencana atau Petugas Lapangan Keluarga Berencana; (10) masih rendahnya tingkat pendidikan Penyuluh Keluarga Berencana atau Petugas Lapangan Keluarga Berencana (Arliman, 2015).
Beberapa kendala tersebut diatas sangat mempengaruhi kinerja Penyuluh Keluarga Berencana atau Petugas Lapangan
Keluarga Berencana dalam meningkatkan akseptor KB di wilayah Kabupaten Karawang. Khusus wilayah Desa Kemiri
Kecamatan Jayakerta Kabupaten
Karawang yang terdiri dari sepuluh dusun,
memiliki jumlah Penduduk sebanyak 1.828 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki
sebanyak 932 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 896 jiwa. Kondisi wilayah pesawahan yang dominan penduduknya bertani nanam padi,
pengetahuan dan pemahaman masyarakat desa kemiri terhadap kelembagaan keluarga berencana masih sangat kurang
di akibatkan masih kurangnya pemahaman dari masyarakat tentang keluarga berencana, bahkan dalam satu kepala
keluarga masih ada yang memiliki anak sebanyak tujuh
orang (Tamboto & Manongko, 2019). �Prinsip banyak anak banyak
rejeki masih dipercayai oleh penduduk Desa Kemiri,
Masyarakat tidak mempercayai
dampak dari seringnya hamil dan melahirkan, serta akibat dari memiliki
banyak anak apalagi bila anak
tersebut tidak terpenuhi segala kebutuhan hidupnya utamanya kebutuhan pendidikan, sandang, pangan dan papan (Ridwan, 2020). Sehingga tingkat kesejahteraan keluarga tidak tercapai akibat banyaknya anak. Dari data yang diperoleh, sebanyak 456 pasangan usia subur di Desa Kemiri masih terdapat 233 pasangan usia subur
yang bukan peserta KB atau belum ikut
KB. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi
masyarakat Desa Kemiri masih
rendah terhadap program kependudukan keluarga berencana dan pembangunan keluarga. Penyebab tersebut dapat berupa karena adat
istiadat atau agama atau bahkan ada
faktor lainnya. Karena masih kurangnya masyarakat dalam hal ini pasangan
usia subur mengikuti program kependudukan keluarga berencana dan pembangunan keluarga, sehingga dalam hal ini Petugas
Lapangan Keluarga Berencana di Desa Kemiri Kecamatan
Jayakerta Kabupaten Karawang
di tuntut kinerja yang lebih maksimal dalam mengajak masyarakat tersebut untuk ikut serta
dalam program kependudukan keluarga berencana dan pembangunan keluarga agar mau ikut serta
menjadi akseptor KB.
Berdasarkan fenomena tersebut, mendorong peneliti untuk mengkaji kinerja Petugas Lapangan Keluarga Berencana di Desa Kemiri� Kecamatan JayakertaKabupaten Karawang �melalui penelitian yang mendalam untuk mengetahui faktor faktor apa
yang dominan menyebabkan tingkat partisipasi masyarakat Desa Kemiri terhadap
program kependudukan keluarga
berencana dan pembangunan keluarga masih rendah, sehingga peneliti merumus kanjudul �Pengaruh Motivasi Kerja Dan Tingkat
Pendidikan Terhadap Kinerja Penyuluh Keluarga Berencana Di Dinas Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana� Kabupaten Karawang�.
Metode Penelitian
1. Populasi dan Teknik Pengambilan
Sampel
Dalam penelitian ini�
populasi adalah Penyuluh Keluarga Berencana. Jumlah populasi sebanyak� 44 orang di Dinas Pengendalian Penduduk dan KB
Kabupaten Karawang.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu
penelitian di Dinas
Pengendalian
Penduduk dan KB Kabupaten Karawang dengan maksud memperoleh data-data primer dan skunder
(Sembiring & Bangun, 2021). Adapun metode pengumpulan datanya adalah dengan menyebarkan kuisioner untuk lebih jelasnya sebagai berukut: Melalui kuesioner penulis mendapatkan data primer yaitu data yang didapat langsung dari sumber
yaitu responden yang menjadi sampel penelitian (data hasil sebaran kuasioner) dengan kisi kisi
definisi operasional sebagai berikut:
3. Operasionalisasi
Variabel Penelitian
Tabel 1
Operasional Variabel
Penelitian
Variabel |
Dimensi |
Indikator |
No. Angket |
Motivasi Kerja (X1) (Mangkunegara
& Waris, 2015) |
Need For Achievement |
Kebutuhan
Akan Prestasi Tinggi Melakukan Pekerjaan Lebih
Baik Berani Mengambil Resiko. Merasa Puas Dalam Malaksakan Tugas |
1 2 3 4 |
Need For Affiliation, |
Berinteraksi
Dengan Orang Lain, Bekerja Sama Tidak Merugikan Orang Lain |
5 6 7 |
|
Need For Power |
Dorongan Memiliki Otoritas Memiliki
Pengaruh Pada Orang Lain. Penghasilan
Memadai |
8 9 10 |
|
Tingkat Pendidikan (X2) �Sumber : (Dewi & Utari,
2014) |
Pendidikan
Menengah� Umum |
Memiliki
Sikap Pengetahuan Dan Kemampuan Dasar Dalam Pelaksanaan Tugas Memiliki
Sikap Pengetahuan Dan Kemampuan Dasar Dalam Memberikan Penyuluhan |
1 2 |
Pendidikan
Menengah Kejuruan |
Memiliki Kemampuan Melakukan Hubungan Social Memiliki
Kemampuan� Melakukan Penyuluhan
Kesehatan Reproduksi |
3 4 |
|
Pendidikan Tinggi |
Memiliki Kompetensi Profseional Kompetensi Kepribadian Kompetensi Sosial |
5 6 7 |
|
Pendidikan
Keahlian |
Memiliki Keahlian Bidang�� Kb Memiliki Keterampilan Advokasi Memiliki Keahlian Dalam Penyuluhan Memiliki Keahlian Dalam Pembinaan Akseptor |
7 8 9 10 |
|
� Kinerja Penyuluh Kb �(Y) |
Kuantitas |
Pendataan Dan Analisa. Menyusun Rencana
Kegiatan Mencari Peserta Kb Baru,
Pembinaan Peserta Kb Lama Pendekatan Dengan Tokoh Formal Dan
Informal Pencatatan Dan Pelaporan |
1 2 3 4 5 6 |
Kualitas |
Evaluasi Terhadap Rencana Kerja, Tenaga, Sarana, Metoda, Evaluasi Terhadap Proses, Evaluasi Terhadap Out Put, Evaluasi Terhadap Faktor Pendukung Atau Hambatan Mengikuti Rakor Tingkat Kecamatan |
7 8 9 10 |
4.
Analisis data
Metode analisis data menggunakan regresi dan korelasi untuk mecari pengaruh variabel independen (Pengaruh Motivasi Kerja dan
Tingkat Pendidikan) terhadap veriabel
dependen (Kinerja Penyuluh
KB) analisais data dilakukan
dengan menggunaka SPSS IBM versi 22 (Yulida, 2019).
Hasil dan Pembahasan
1. Analisis Regresi
Linier Sederhana
Perhitungan analisis regresi linier sederhana variabel independen Motivasi Kerja (X1) dengan variabel dependen Pembangunan Kinerja Penyuluh
KB (Y) dilakukan untuk mengetahui arah pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen. Hipotesis 1. Ada pengaruh secara signifikan antara variable Motivasi Kerja (X1) dengan variabel dependen Kinerja Penyuluh KB (Y).
Dari
tabel 1. dapat disusun persamaan regresi�
yaitu� Y= 10,278 + 0,841 X1. Angka- angka dari
persamaan ini dapat diartikan sebagai berikut : (1) Konstanta sebesar 10,278 artinya
jika Motivasi Kerja (X1) nilainya adalah 0, maka Kinerja Penyuluh KB
(Y�) nilainya positif yaitu sebesar 10,278. (2) Koefisien regresi variabel Motivasi
Kerja (X1) sebesar 0,841
�artinya jika Motivasi Kerja mengalami kenaikan 1, maka Kinerja Penyuluh KB (Y�) akan mengalami peningkatan
sebesar 0,841. Koefisien bernilai positif artinya terjadi pengaruh Motivasi Kerja
terhadap Kinerja Penyuluh KB. (3) Kinerja Penyuluh KB yang diprediksi
(Y�)� dapat dilihat pada tabel Casewise
Diagnostics (kolom Predicted Value). Sedangkan Residual (unstandardized
residual) adalah selisih antara Motivasi Kerja dengan Predicted Kinerja Penyuluh KB, dan Std. Residual (standardized
residual) adalah nilai residual yang telah terstandarisasi (nilai semakin
mendekati 0 maka model regresi semakin baik dalam melakukan prediksi,
sebaliknya semakin menjauhi 0 atau lebih dari 1 atau -1 maka semakin tidak baik
model regresi dalam melakukan prediksi).
Tabel 2
Regresi Linier Variabel Motivasi Kerja
dengan Variabel
Kinerja Penyuluh KB
Coefficientsa |
|||||
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
t |
Sig. |
|
B |
Std. Error |
Beta |
|||
(Constant) |
10,278 |
4,121 |
|
2,494 |
,017 |
Motivasi Kerja |
,841 |
,120 |
,735 |
7,035 |
,000 |
Tabel 3
Regresi sederhana
variable Tingkat Pendidikan
dengan Kinerja
Penyuluh KB
Coefficientsa |
||||||
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
t |
Sig. |
||
B |
Std. Error |
Beta |
||||
1 |
(Constant) |
16,445 |
1,714 |
|
9,595 |
,000 |
Tingkat Pendidikan |
,677 |
,049 |
,904 |
13,694 |
,000 |
Hipotesis 3. Ada pengaruh
secara signifikan variable Motivasi Kerja (X1) dan Tingkat Pendidikan (X2) secara bersama-sama terhadap Kinerja Penyuluh KB (Y).
Dari
tabel 4. dapat disusun persamaan regresi berganda Y� = 12,444 + 0,217 X1 + 0,576 X2. Persamaan regresi tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut: (1) Konstanta sebesar 12,444; artinya jika Motivasi
Kerja (X1) dan Tingkat Pendidikan (X2) nilainya adalah 0,
maka Kinerja Penyuluh KB (Y�) nilainya adalah. 12,444, (2) Koefisien regresi
variabel Tingkat Pendidikan (X2) sebesar 0,217 artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan Tingkat
Pendidikan� mengalami kenaikan 1%, maka Kinerja
Penyuluh KB (Y�) akan mengalami penurunan sebesar 0,217. Koefisien bernilai
positif artinya terjadi hubungan antara Tingkat
Pendidikan� dengan Kinerja Penyuluh KB,
semakin naik Tingkat Pendidikan� maka
semakin naik pula� Kinerja Penyuluh KB. (2) Koefisien
regresi variabel Tingkat Pendidikan (X2) sebesar 0,576; artinya jika
variabel independen lain nilainya tetap dan Tingkat Pendidikan� mengalami kenaikan 1%, maka Kinerja Penyuluh
KB (Y�) akan mengalami peningkatan sebesar 0,576. Koefisien bernilai positif
artinya terjadi hubungan positif antara Tingkat Pendidikan dengan Kinerja
Penyuluh KB, semakin baik Tingkat Pendidikan maka semakin meningkat Kinerja
Penyuluh KB.
Tabel 4
Regresi Berganda variabel variable Motivasi Kerja (X1),
Tingkat ���Pendidikan� (X2) dengan variabel� Kinerja Penyuluh KB (Y).
Coefficientsa |
||||||
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
t |
Sig. |
||
B |
Std. Error |
Beta |
||||
1 |
(Constant) |
12,444 |
2,514 |
|
4,950 |
,000 |
Motivasi
Kerja |
,217 |
,103 |
,190 |
2,107 |
,041 |
|
Tingkat
Pendidikan |
,576 |
,067 |
,769 |
8,544 |
,000 |
Untuk
uji signifikansi Regresi Berganda menggunakan Uji F pada Tabel 5. Berdasarkan tabel 5. diperoleh F hitung sebesar
13,665. Menentukan F table dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, a = 5%, df
1 (jumlah variabel-1)� = 2, dan df 2
(n-k-1) atau 44-2-1 = 41 (n adalah jumlah sample dan k adalah jumlah variabel independen),
hasil diperoleh untuk F tabel sebesar 1.9949. Karena F hitung > F table
(13,665 > 1.994),� maka Ho ditolak,
artinya ada pengaruh secara signifikan antara Motivasi Kerja dan Tingkat Pendidikan
secara bersama-sama terhadap terhadap Kinerja Penyuluh KB.
Tabel 5
Hasil Uji F
ANOVAa |
||||||
Model |
Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig. |
|
1 |
Regression |
2807,682 |
2 |
14,841 |
13,665 |
,000b |
Residual |
555,227 |
41 |
13,542 |
|
|
|
Total |
3362,909 |
43 |
|
|
|
Analisis
Determinasi (R2) Analisis determinasi
dalam regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui prosentase sumbangan
pengaruh variabel independen variable Motivasi Kerja (X1) dan Tingkat
Pendidikan (X2) secara serentak terhadap variabel dependen� Kinerja Penyuluh KB (Y), disajikan pada tabel 5.
Tabel 6
Hasil Analisis Determinasi
Model Summaryb |
|||||
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
Durbin-Watson |
1 |
,914a |
,835 |
,827 |
1,67996 |
2,083 |
Berdasarkan tabel di atas diperoleh angka R sebesar 0,914. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan
yang sangat kuat antara Motivasi Kerja dan Tingkat Pendidikan terhadap Kinerja Penyuluh KB. Berdasarkan tabel di atas diperoleh angka R2 (R Square) sebesar 0,835 atau (83,5%). Hal ini menunjukkan bahwa presentase sumbangan pengaruh variabel independen (Motivasi Kerja dan Tingkat Pendidikan) terhadap variabel dependen (Kinerja Penyuluh KB) sebesar 83,5%. Atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model (Motivasi Kerja dan Tingkat Pendidikan) mampu menjelaskan sebesar 83,5% variasi variabel dependen (Kinerja Penyuluh KB).
Sedangkan sisanya sebesar 16,5% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. Adjusted R
Square adalah nilai
R Square yang telah disesuaikan,
nilai ini selalu lebih kecil
dari R Square dan angka
ini bisa memiliki harga negatif. Menurut Santoso (2001) bahwa untuk regresi
dengan lebih dari dua variabel
bebas digunakan Adjusted R2 sebagai koefisien determinasi. Standard Error of the Estimate adalah suatu ukuran banyaknya
kesalahan model regresi dalam memprediksikan nilai Y. Dari hasil regresi di dapat nilai 1,679, hal ini berarti banyaknya
kesalahan dalam prediksi kinerja sebesar 1,679. Sebagai pedoman jika Standard error of the estimate kurang dari standar
deviasi Y (1.383), maka model regresi semakin baik dalam memprediksi
nilai Y.
Kesimpulan
Berdasarkan
pada hasil analisis yang telah penulis bahas bab V hasil penelitian dan
pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan antara lain sebagai berikut: (1.) Ada
Pengaruh secara signifikan Motivasi Kerja (X1) terhadap Kinerja Penyuluh KB
(Y). (2.) Ada pengaruh secara signifikan antara variabel Tingkat Pendidikan (X2)
terhadap variabel Kinerja Penyuluh KB (Y). (3.) Ada pengaruh signifikan secara
simultan� variabel Motivasi Kerja (X1)
dan Tingkat Pendidikan bersama sama terhadap variabel Kinerja Penyuluh KB� (Y).
Arliman, Laurensius. (2015).
Penegakan Hukum dan Kesadaran Masyarakat. Deepublish. Google Scholar
Dewi, Ni Putu
Martini, & Utari, Tri. (2014). Pengaruh modal, tingkat pendidikan dan
teknologi terhadap pendapatan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Kawasan
Imam Bonjol Denpasar Barat. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana,
3(12), 44496. Google Scholar
Mangkunegara, Anwar
Prabu, & Waris, Abdul. (2015). Effect of training, competence and
discipline on employee performance in company (case study in PT. Asuransi
Bangun Askrida). Procedia-Social and Behavioral Sciences, 211,
1240�1251. Google Scholar
Maya Yusnita, S. E.,
& Agustina, Duwi. (2020). Model pengembangan petugas lapangan keluarga
berencana. Pena Persada. Google Scholar
Restiyani, Ni Luh
Novi, & Yasa, I. Gusti Wayan Murjana. (2019). Efektivitas Program Kampung
Keluarga Berencana (Kb) Dan Dampaknya Terhadap Kesejahteraan Keluarga Miskin Di
Kota Denpasar. E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana, 8(7),
711�740. Google Scholar
Ridwan, Nur Hikmah.
(2020). Tradisi Mappatumbu Di Desa Mattirowalie Kecamatan Kindang Kabupaten
Bulukumba. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Google Scholar
Rizki, Arief, Winangsih,
Rahmi, & Praceka, Puspita Asri. (2015). Peran Penyuluh Keluarga
Berencana (Pkb) Di Kecamatan Kasemen, Kota Serang.(Studi Kasus pada Penyuluh KB
dalam kegiatan Penyuluhan dan Konseling). Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa. Google Scholar
Sembiring, Putri
Anne Br, & Bangun, Matius. (2021). Analisis Kebijakan Pengendalian
Urbanisasi Kota Berastagi Kabupaten Karo Sumut. Jurnal Darma Agung, 29(1),
79�88. Google Scholar
Tamboto, Henry J.
D., & Manongko, Allen A. Ch. (2019). Model Pengentasan Kemiskinan
Masyarakat Pesisir Berbasis Literasi Ekonomi dan Modal Sosial. Makaria
Waya. Google Scholar
Tentama, Fatwa,
Delfores, Hasothiya Dwi Lestari, Wicaksono, Andhika Eko, & Fatonah, Siti
Feti. (2018). Penguatan Keluarga Sebagai Upaya Menekan Angka Stunting Dalam
Program Kependudukan, Keluarga Berencana Dan Pembangunan Keluarga (KKBPK). Jurnal
Pemberdayaan: Publikasi Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1),
113. Google Scholar
Wahyuni, Lina Sri.
(2015). Studi Komparatif Strategi Komunikasi Program Keluarga Berencana
Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah di Kota Surakarta. UNS (Sebelas Maret
University). Google Scholar
Yulida, Hikmatul. (2019). Pengaruh
Kepemimpinan Sumber Daya dan Supervisi terhadap Kinerja Bidan dalam Pelayanan
Antenatal Care di Puskesmas Kabupaten Gowa. Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar. Google Scholar
Zuhriyah, Aminatuz,
Indarjo, Sofwan, & Raharjo, Bambang Budi. (2017). Kampung Keluarga
Berencana dalam Peningkatan Efektivitas Program Keluarga Berencana. HIGEIA
(Journal of Public Health Research and Development), 1(4), 1�13. Google Scholar
Harries
Madiistriyatno dan Ernawati (2021) |
First publication right: Journal Syntax Idea |
This article is licensed under: |