Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�����
Vol. 3, No. 4, April 2021
PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR PESERTA DIDIK
Rachmat Arif Ibrahim
SMA Negeri 2 Leuwidamar Banten, Indonesia
Email:
[email protected]
Abstract
Class Action Research with the aim to know the model of Cooperative
Learning Type Investigation Group can be the result of learning students on
redox reaction material and electrolysis class XII IPA-1 SMA Negeri 2
Leuwidamar.� Ongoing learning
Investigation Group Hoping to be the results of learning students class XII
IPA-1. Which variables are the Use of Cooperative Model Learning Type
Investigation Group (X) and Learner Learning Outcomes (Y). Which data are qualitative
and quantitative data from the results of Final Research I, II and Grade III
through the Education Process in Class XII IPA-1 SMA Negeri 2 Leuwidamar Lebak
Regency. The results of the study concluded that Cooperative Learning Type
Investigation Group is very and interesting for learning learning. The result
of the following data : a. Activity level is good from the average age I value
of 42.85% , among which is 59.52% and age iii by 90.48% ; B. Teacher planning
in the time carried out in the course of healthy quarter I score 4.58, score ii
at 4.68 and grade III score 5.00 and Communication process on on score I 3.78,
on score II 4.35 and score III 4.75; score 4.75 ; score score c. Student
learning outcomes, before complete education students there are 5 (14.29%),
life I there are 11 (31.43%), grade II there are 18 (51.43%) and among others
there are 30 (85.71%). So it can be concluded that the use of Model Learning
Type Investigation Group can increase the activities of students who are in the
aftermath of the results of learning.
Keywords: learning
outcomes; cooperative learning model; type group investigation
Abstrak
Penelitian Tindakan Kelas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi reaksi redoks dan
elektrolisis kelas XII IPA-1 SMA Negeri 2 Leuwidamar.� Pelaksanaan pembelajaran Group Investigation
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas XII IPA-1. Variabel
yang diamati adalah Penggunaan Model Koperatif Learning tipe Group
Investigation (X) dan Hasil Belajar peserta didik (Y). Data yang digunakan
adalah data kualitatif dan data kuantitatif yang diperoleh dari hasil
Penelitian Siklus I, II dan Siklus III melalui Proses Pembelajaran di Kelas XII
IPA-1 SMA Negeri 2 Leuwidamar Kabupaten Lebak. Hasil penelitian disimpulan
bahwa Pembelajaran Koperatif Learning tipe Group Investigation sangat efektif
dan menarik untuk diterapkan dalam proses pembelajaran. Hasil pembahasan
data-data berikut : a. Peningkatan aktivitas dapat terlihat dari nilai
rata-rata� siklus� I�
sebesar�� 42,85 % , di� siklus II�
sebesar� 59,52 %� dan�
siklus III� sebesar�� 90,48 % ; b. Perencanaan guru dalam
menyiapkan pembelajaran siklus I skor 4,58, siklus II� skor 4,68�
dan siklus III skor 5,00 dan Proses pembelajaran� pada siklus I skor 3,78 , pada siklus II skor
4,35 dan siklus III skor 4,75 ; c. Hasil belajar siswa, sebelum perlakuan siswa
yang tuntas ada 5 (14,29%), siklus I ada 11 (31,43%), siklus II ada 18 (51,43%)
dan siklus III ada 30 (85,71%). Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan Model
Learning tipe Group Investigation dapat meningkatkan aktifitas peserta didik
yang pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajarnya.
Kata
Kunci: hasil belajar; model belajar kooperatif; tipe group investigation
Pendahuluan
Berdasarkan
hasil observasi dan kajian awal sebagai guru mata pelajaran kimia diperoleh
fakta bahwa aktifitas dan hasil belajar peserta didik kelas XII IPA masih
rendah. Kelas XII IPA 1 yang berjumlah 35 siswa pada hasil ulangan harian
materi sebelumnya yaitu sifat koligatif larutan sebagian sebagian besar memperoleh
nilai dibawah KKM yang ditetapkan sekolah adalah 75. Dari 35 peserta didik kelas
XII IPA 1 yang mendapat nilai di atas KKM hanya 2 siswa dan sisanya sebanyak 33
siswa mendapat nilai sama atau dibawah KKM. Persentase ketuntasan klasikal
untuk siswa yang mencapai KKM sebesar 16 % sedangkan presentase ketuntasan
klasikal siswa yang belum mencapai KKM sebesar� 84 %.
Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Dalam
kegiatan belajar, subyek didik atau siswa harus aktif berbuat. Dengan kata
lain, bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas (Yensy, 2012). Hasil belajar
dapat disebut juga prestasi belajar menurut (Nurdyansyah & Fitriyani, 2018). Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam
melakukan kegiatan (Hamdu & Agustina, 2011). Prestasi Belajar
dibedakan menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif,
informasi verbal, sikap dan keterampilan (Lomu & Widodo, 2018). Hasil belajar dibedakan
menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik (Rahayu, Susanto, & Yulianti, 2011).
Menurut (Suratman, Afyaman, & Rakhmasari, 2019)�mendefinisikan hasil
belajar sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti
proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan�.
Kondisi dari hasil survey guru, mungkin disebabkan kurang terlibatnya peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga menyebabkan hubungan siswa dengan pelajaran dan dengan gurunya semakin menjauh (Aisyah & Koryati, 2017). Anggapan bahwa pelajaran kimia merupakan kumpulan konsep dan lambang-lambang yang sulit menjadi semakin melekat. Persepsi ini juga bukan hal baru. Bahkan di tahun 2005, BBC melaporkan temuan survei yang menemukan sekitar �51% remaja menganggap pelajaran sains membosankan, membingungkan atau sulit. Jelas, menjadi problem bersama untuk dicarikan solusinya.
Berdasarkan
latar belakang diatas, guru perlu mengambil
langkah-langkah perbaikan untuk mendesain suatu model pembelajaran yang aktif,
inovatif dan menyenangkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation. Menurut (Rudiansyah, Amirullah, & Yunus, 2016) guru berperan
sebagai fasilitas dalam membimbing siswa menyelesaikan materi atau tugas.
Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan
kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang
terstruktur, pembelajaran kooperatif juga disebut sebagai pembelajaran gotong
royong (Esminarto, Sukowati, Suryowati, & Anam, 2016). Diharapkan melalui
model pembelajaran ini peserta didik akan menemukan sendiri obyek belajarnya
secara benar dan optimal.
Dengan
mendalami tujuan dan manfaatnya bagi perbaikan pembelajaran, peneliti merasa
perlu untuk melakukan suatu penelitian tindakan kelas dengan judul �Penerapan
model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation untuk meningkatkan Hasil
Belajar peserta didik�.
Metode Penelitian
Metode Penelitian dilakukan dengan Tindakan (action
research) atau siklus sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari
empat tahap yaitu: Rancangan, (Planning), Pelaksanaan Kegiatan dan
pengamatan (Acting), Observasi (Observing), dan Refleksi/Tindakan
(reflecting) dan Teknik analisa data yang
digunakan dengan melakukan prosentasi dari tabulasi data.
Tujuan PTK adalah memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pembelajaran serta membantu memberdayakan guru dalam memecahkan
masalah pembelajaran di sekolah (Muslich, hal. 10). �Menurut (Siregar, 2014): mengemukakan manfaat PTK bagi guru, yaitu: (1) Membantu guru memperbaiki mutu
pembelajaran, (2) Meningkatkan profesionalitas guru, (3) Meningkatkan rasa
percaya diri guru, (4) Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan
dan keterampilannya
Penelitian
Tindakan
ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Leuwidamar
Kabupaten Lebak Provinsi Banten di
kelas XII IPA1 pada Tahun pelajaran 2018/2019 semester ganjil dengan jumlah peserta didik 35 orang, terdiri dari
11 siswa perempuan dan 24 siswa laki-laki.
Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas
XII IPA-1 SMA Negeri 2 Leuwidamar Kabupaten Lebak dan Objek dalam penelitian
ini adalah Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation.
Hasil dan Pembahasan
1.
Hasil
A.
Kondisi Awal
�� Kelas XII
IPA-1 sebelum dilakukan tindakan atau perlakuan dengan Group Investigation
diberikan Pre-Tes dengan soal yang berhubungan dengan materi sebelum reaksi
redoks, yaitu Sifat koligatif larutan yang diajarkan dengan pembelajaran
konvensional, ternyata memberikan hasil yang kurang memuaskan, dimana jumlah
siswa yang dapat menjawab soal dengan baik kurang dari 25 %.
Hal ini, mungkin dapat dijelaskan sebagai berikut
: Pada pembelajaran konvensional atau ceramah, gurulah yang� menjadi pemeran utama atau satu-satunya
sumber informasi dalam proses pembelajaran dalam kelas, sedangkan siswa belajar
hanya mendengarkan ceramah yang disampaikan oleh guru (Utami, 2017). Keadaan ini berakibat
peserta didik menjadi apatis terhadap proses belajarnya, terutama bagi�
siswa yang kurang pandai. Mereka mengalami kesulitan dalam mengatasi
masalah-masalah dalam membangun pemahaman dan penguasaan konsep. Siswa tertentu
kadang-kadang menghindari bertanya kepada guru karena adanya ketakutan akan
diberi pertanyaan balik yang tidak mampu dijawabnya.
B.
Pelaksanaan tindakan�
1.
Aktivitas Peserta didik
Kegiatan pembelajaran dilakukan tiga siklus. Baik Siklus I, II dan III dilakukan selama dua� kali pertemuan (empat jam pelajaran), dengan skenario pembelajaran yang telah dibuat, dimana pertemuan pertama dilakukan dengan mengamati aktivitas peserta didik dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran Group Investigation, sedangkan kegiatan tes hasil belajar dilakukan pada pertemuan kedua sekaligus melaksanakan pembahasan serta perencanaan kegiatan pada siklus berikutnya
Tabel 1�
Rekapitulasi
aktivitas peserta didik dalam pembelajaran
pada
siklus i, siklus ii dan siklus iii
Aktivitas |
Jumlah Siswa |
||||||
Sklus I |
Sklus Ii |
Siklus Iii |
|||||
Jml |
% |
Jml |
% |
Jml |
% |
||
1 |
Bekerja sama |
21 |
60 |
26 |
74,28 |
35 |
100 |
2 |
Fokus pada pembelajaran |
17 |
48,57 |
23 |
65,71 |
32 |
91,43 |
3 |
Mengajukan pertanyaan |
15 |
42,85 |
20 |
57,14 |
30 |
85,71 |
4 |
Menjawab pertanyaan |
15 |
42,85 |
20 |
57,14 |
30 |
85,71 |
5 |
Mengemukakan pendapat |
13 |
37,14 |
19 |
54,28 |
31 |
88,57 |
6 |
Mencatat/merangkum |
11 |
31,43 |
17 |
48,57 |
32 |
91,43 |
Rata � Rata |
15.33 |
42.85 |
20.83 |
59.52 |
31.67 |
90.48 |
Dari data pada tabel 2 yang diperoleh dari
pelaksanaan observasi oleh pengamat terhadap aktivitas belajar siswa dengan
mempergunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat
diketahui apakah aktivitas siswa rendah, cukup, tinggi atau tinggi sehingga
dapat diketahui peningkatan aktivitas yang diharapkan. Aktivitas siswa pada
tabel dapat diketahui peningkatan aktivitas yang diharapkan. Aktivitas siswa
pada tabel dapat diukur secara kualitatif dan kuantitatif (Istiana, Saputro, & Sukardjo, 2015). Untuk menentukan kriteria tersebut dipakai kriteria
yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto dalam Teknik Evaluasi (1972, hal. 71),
yaitu:
a.
80 � 100����� : Aktivitas siswa sangat tinggi
b.
60 - 80�������� : Aktivitas siswa tinggi
c.
40 - 60�������� : Aktivitas siswa cukup
d.
20 - 4 0 ������ : Aktivitas siswa rendah
e.
0�� - 20�������� :
Aktifitas siswa sangat rendah
Berdasarkan data pada tabel dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa siswa telah menampakkan peningkatan aktivitas baik dari siklus
I ke siklus II dan� ke siklus III. Hal
ini dapat terlihat dari persentase rata-rata siswa yang aktif dalam� belajar makin meningkat.
Selain aktivitas secara individu. Dalam pelaksanaaan
pembelajaran juga diamati aktivitas siswa secara kelompok, Adapun hasil
pengamatan aktivitas siswa secara kelompok digambarkan seperti tabel berikut
ini :
Tabel 2
Prosentase Kenaikan Kinerja Kelompok
Model Pembelajaran Kooperatif tipe GI
No |
Nama Kelompok |
Siklus 1 |
Siklus 2 |
Siklus 3 |
1 |
Penyetaraan
Reaksi Redoks (A) |
55.55 |
63.89 |
88.89 |
2 |
Sel� Volta�
(B) |
33.33 |
52.78 |
86.11 |
3 |
Aplikasi
Sel Volta� (C) |
33.33 |
47.22 |
88.89 |
4 |
Korosi/Perkaratan
(D) |
56.67 |
63.33 |
96.67 |
5 |
Hukum
Faraday (E) |
41.67 |
61.11 |
88.89 |
6 |
Reaksi
Elektrolisis� (F) |
44.44 |
69.44 |
94.44 |
Rata �
Rata |
44.17 |
59.63 |
90.65 |
Skore |
Kriteria |
Nilai |
5 |
Sangat Baik |
> 91 |
4 |
Baik |
71 � 90 |
3 |
Cukup baik |
51 � 70 |
2 |
Kurang Baik |
31 � 50 |
1 |
Tidak baik |
< 30 |
Dari tabel 2 diatas diperoleh bahwa terdapat kenaikan aktivitas diskusi kelompok dalam hal� intensitas keseriusan dalam penyelidikan suatu topik materi, interaksi antara anggota-guru-materi dan juga bimbingan dari guru akan sangat membantu dalam menyiapkan laporan, untuk selanjutnya dapat presentasikan.
2.
Hasil Belajar Peserta didik
Kegiatan untuk memperoleh data tentang hasil belajar peserta didik dilakukan tes. Hasil belajar dilakukan pada pertemuan kedua sekaligus melaksanakan pembahasan serta perencanaan kegiatan pada siklus berikutnya (Amir & Kurniawan, 2020). �Hasil belajar dari tindakan pada� siklus I, II dan III ditampilkan pada tabel sebagai berikut :
Tabel 3
Rekapitasi ketuntasan hasil belajar peserta didik dalam
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe
investigation
siklus I, siklus II, dan siklus III
No |
Ulangan/Siklus |
Tuntas |
Tidak Tuntas |
||
Jml |
% |
Jml |
% |
||
1 |
Pre Tes (Sebelum
Perlakuan) |
5 |
14.29 |
30 |
85.71 |
2 |
Ulangan Harian Siklus 1 |
11 |
31.43 |
24 |
68.57 |
3 |
Ulangan Harian Siklus 2 |
18 |
51.43 |
17 |
48.57 |
4 |
Ulangan Harian Siklus 3 |
30 |
85.71 |
5 |
14.29 |
Dari tabel 4 di atas terlihat adanya peningkatan hasil belajar kimia peserta didik. Sebelum perlakuan jumlah peserta didik yang tuntas hanya 5 orang. Pada siklus I� jumlah peserta didik yang tuntas adalah 11 orang atau 14,29 %, batas nilai tuntas adalah 75 (sesuai dengan KKM). Sedangkan pada siklus II terdapat 18 orang atau 51,43 % yang tuntas belajar. Pada siklus III jumlah peserta didik yang tuntas naik mencapai 30 orang atau 85,71 %, sehingga telah melebihi 85 % sebagai batas tuntas klasikal.
2. Pembahasan
a. Dari tabel 1 diatas terlihat kenaikan aktivitas belajar individu peserta didik yang diamati. Aktifitas 1 yaitu jumlah peserta didik yang bekerja sama dalam diskusi kelompok, pada siklus I ada 21 orang (60%), pada siklus II naik menjadi 26 orang (74,28%), sedangkan pada siklus III naik lagi menjadi 35 orang (100%). Artinya pada siklus III seluruh siswa berinteraksi dalam proses pembelajaran.
b. Tabel 1 terlihat peningkatan jumlah peserta didik yang fokus pada pembelajaran secara individu pada siklus I ada 17 orang (48,57%), pada siklus II menjadi 23 orang (65,71%) dan siklus III meningkat menjadi 32 orang (91,43%)
c. Dari table 1 terlihat peserta didik yang bertanya dan menjawab juga semakin meningkat, pada siklus I ada 15 (42,85%), siklus II ada 20 orang (57,14%), dan siklus III ada 30 orang (88,57%)
d. Sedangkan peserta didik yang berpendapat pada table 1 terlihat peningkatan, pada siklus I ada 13 orang (37,14%), siklus II ada 19 orang (54,28%) dan pada siklus III menjadi 31 orang (88,57%).
e. Serta aktivitas peserta didik secara individu dalam mencatat dan membuat rangkuman juga semakin meningkat, pada siklus I ada 11 orang (31,43%), siklus II ada 17 orang (48,57%), dan pada siklus III menjadi 32 orang (91,43%).
Dari keenam aktivitas peserta didik di atas dari siklus I, II dan III dapat dirangkum dalam tabel sebagai berikut :
Dalam bentuk grafik sebagai berikut :
������ Grafik 1. Pembelajaran Kooperatif Investigasi
konsep Reaksi Redoks
2 . Hasil Belajar Peserta didik
Dari tabel� diatas terlihat adanya peningkatan hasil belajar kimia peserta didik. Pada siklus I jumlah peserta didik yang tuntas adalah 11 orang, dan 24 orang lainnya dinyatakan belum tuntas karena belum mencapai nilai 75 (sesuai dengan KKM). Pada siklus II meningkat menjadi 18 orang yang tuntas belajar dan 17 peserta didik yang belum tuntas.� Sedangkan pada siklus III jumlah peserta didik yang tuntas naik mencapai 30 orang dan masih ada 5 orang belum tuntas. Karena jumlah peserta didik yang tuntas pada siklus III telah melebihi 85 %, maka penelitian tindkaan kelas yang dilakukan guru sudah dinyatakan berhasil. Artinya penggunaan Group Investigation dalam melaksanakan pembelajarn pokok bahasan reaksi redoks� dan Elektrokimia di SMA Negeri 2 Leuwidamar Kabupaten Lebak Tahun 2018 terbukti dapat meningkatkan� hasil belajar peserta didik. Peningkatan peserta didik� yang tuntas belajar digambarkan pada tabel sebagai berikut :
Dalam bentuk grafik sebagai berikut
Grafik 2
Jumlah Peserta didik "Tuntas"
Dari grafik diatas terlihat adanya peningkatan prosentase peserta didik yang tuntas belajar dan pada siklus III peserta didik yang tuntas sudah melebihi 85 %, yaitu sebesar 85,71 % berarti tuntas secara klasikal, sehingga penelitian dapat dikatakan telah berhasil.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : (1.) Aktifitas peserta didik baik individu
maupun kelompok meningkat secara berturut-turut dalam proses pembelajaran mulai
dari siklus I, II dan siklus III. (2.) Hasil belajar sebelum perlakukan hanya
14,29 %, meningkat pada siklus I menjadi 31,43 % dan siklus II meningkat
menjadi 51,43 %. (3.) Pada
siklus III ketuntasan klasikal sudah melebihi 85 %
Aisyah, Riswan
Jaenudin, & Koryati, Dewi. (2017). Analisis Faktor Penyebab Rendahnya Hasil
Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajran Ekonomi di SMA Negeri 15 Palembang. Jurnal
Profit, 4(1), 1�11.Google Scholar
Amir, Mohammad
Faizal, & Kurniawan, Machful Indra. (2020). Penerapan pengajaran terbalik
untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa PGSD UMSIDA pada materi pertidaksamaan
linier. PEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan, 5(1), 13�26. Google Scholar
Esminarto,
Esminarto, Sukowati, Sukowati, Suryowati, Nur, & Anam, Khoirul. (2016).
Implementasi Model Stad dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siwa. BRILIANT:
Jurnal Riset Dan Konseptual, 1(1), 16�23. Google Scholar
Hamdu, Ghullam,
& Agustina, Lisa. (2011). Pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi
belajar IPA di sekolah dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan, 12(1),
90�96.
Istiana, Galuh
Arika, Saputro, Agung Nugroho Catur, & Sukardjo, dan J. S. (2015).
Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning untuk Meningkatkan Aktivitas
dan Prestasi belajar pokok bahasan larutan penyangga pada siswa kelas xi ipa
Semester II sma negeri 1 ngemplak Tahun pelajaran 2013/2014. Jurnal
Pendidikan Kimia, 4(2), 65�73. Google Scholar
Lomu, Lidia, &
Widodo, Sri A. (2018). Pengaruh motivasi belajar dan disiplin belajar terhadap
prestasi belajar matematika siswa. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Matematika Etnomatnesia, 745�751.
Google Scholar
Nurdyansyah,
Nurdyansyah, & Fitriyani, Toyiba. (2018). Pengaruh Strategi Pembelajaran
Aktif Terhadap Hasil Belajar Pada Madrasah Ibtidaiyah. Universitas Muhammadiyah
Sidoarjo. Google Scholar
Rahayu, Esty,
Susanto, H., & Yulianti, D. (2011). Pembelajaran sains dengan pendekatan
keterampilan proses untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir
kreatif siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 7(2). Google Scholar
Rudiansyah, Rudiansyah,
Amirullah, Amirullah, & Yunus, Muhammad. (2016). Upaya Guru dalam Mengatasi
Kecemasan Siswa dalam Menghadapi Tes (Pencapaian Hasil Belajar) Siswa di SMP
Negeri 3 Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan,
1(1). Google Scholar
Siregar, Ellys. (2014).
Pengembangan profesionalisme guru melalui penelitian tindakan kelas. Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 20(77). Google Scholar
Suratman, Asep,
Afyaman, Dadi, & Rakhmasari, Rifa. (2019). Pembelajaran berbasis TIK
terhadap hasil belajar matematika dan motivasi belajar matematika siswa. Jurnal
Analisa, 5(1), 41�50. Google Scholar
Utami, Suerlin Diah.
(2017). Perbedaan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two
Stray (TSTS) dan konvensional terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS
Kelas VIII SMPN 3 Kebumen. Universitas Negeri Semarang.Google Scholar
.
Yensy, Nurul Astuty.
(2012). Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples
dengan menggunakan alat peraga untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas
VIII SMP N 1 Argamakmur. Exacta, 10(1), 24�35. Google Scholar
Rachmat Arif
Ibrahim (2021) |
First publication right : Journal Syntax Idea |
This article is licensed under: |