Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�����
Vol. 3, No. 4, April 2021
HUBUNGAN KARAKTERISTIK
PENJAMU DAN BREEDING PLACE DENGAN KEJADIAN DBD DI KABUPATEN
SERDANG BEDAGAI
Hetti Citra Marbun, Sri Malem Indirawati dan Nurmaini
Universitas Sumatera Utara, Indonesia
Email:
[email protected],
[email protected], dan [email protected]
Abstract
DBD (Dengue Hemorrhagic Fever) is atransmitted disease caused by dengue
virus and transmitted by Aedes aegypti mosquito. There were 183 cases of DBD in
Serdang Bedagai Regency with one of them died in 2019 (Incidence Rate of 29.6
per 100,000 inhabitants and CFR = 0,5). The objective of the research was to
analyze the correlation of age factor (0 months - 17 years) and breeding places
with the incidence of DBD in children in Serdang Bedagai Regency, in 2020. The
research used observational analytic method with case control design. The
samples were 24 respondents in the case group and 24 respondents in the control
group. The data were gathered by conducting observation
and interviews and analyzed by using univariate analysis and bivariate analysis
with chi square test. The result of bivariate analysis showed that there was
the correlation of using mosquito coils at (OR= 4,580), behavior of combating
mosquito breeding place at (OR= 3,100) and breeding places at (OR = 4,000) with
the incidence of DBD. Meanwhile, there is no correlation of age at (p=1,000)
and gender at (p= 0,511) with the incidence of DBD. So, that it is recommended
that people of Serdang Bedagai Regency always use mosquito repellent at home
but is not recommended to use mosquito coils because it is not environmentally
friendly and people should use lotion, electric, spraying and preferably at
home using gauze. Reducing water reservoirs, drain TPA routinely, and
eradicating mosquito nests once a week.
Keywords: characteristic host; dengue hemorrhagic fever; aedes aegypti; breeding���������� ������
place
Abstrak
Penyakit demam
berdarah dengue (DBD) merupakan
penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue, ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Kabupaten
Serdang Bedagai merupakan daerah endemis DBD. Pada tahun 2019 jumlah kasus DBD
sebanyak 183 kasus dengan 1 kasus meninggal (Incidence Rate 29,6 per 100.000
penduduk dan CFR = 0,5). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
hubungan karakteristik penjamu dan breeding place dengan kejadian demam
berdarah dengue di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2020. Metode penelitian
adalah analitik observasional dengan desain case control. Sampel penelitian
adalah anak yang berusia 0 bulan sampai 17 tahun yang berjumlah 84 orang.
Pengumpulan data melalui wawancara dan observasi. Analisis data dilakukan
secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi-square. Berdasarkan analisis
bivariat menunjukkan adanya hubungan kebiasaan memakai obat anti nyamuk (OR=
4,580), perilaku pemberantasan sarang nyamuk (OR = 3,100) dan keberadaan
breeding place dengan (OR = 4,000). Sementara itu tidak ada hubungan umur dan
jenis kelamin dengan kejadian DBD. Maka, dari hasil penelitian tersebut
disarankan bagi masyarakat Kabupaten Serdang Bedagai agar selalu membiasakan
memakai obat anti nyamuk di rumah namun tidak disarankan menggunakan obat anti
nyamuk bakar dikarenakan tidak ramah lingkungan dan sebaiknya masyarakat
menggunakan lotion anti nyamuk, elektrik, obat anti nyamuk semprot dan
sebaiknya di rumah menggunakan kawat kasa. Mengurangi tempat penampungan air,
menguras TPA secara rutin, dan melakukan pemberantasan sarang nyamuk seminggu
sekali.
Kata Kunci: karakteristik penjamu; demam berdarah dengue; aedes aegypti; breeding place
Pendahuluan
Demam berdarah dengue atau disingkat DBD adalah
penyakit menular akibat virus yang dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti.
Demam berdarah dengue masih menjadi masalah kesehatan masyarakat
utama di seluruh daerah tropis dan sub-tropis di dunia dengan peningkatan 30
kali lipat dalam insiden global selama 50 tahun terakhir. World Health
Organization (WHO) memperkirakan bahwa 2,5 miliar atau 40% populasi di
dunia berisiko terhadap penyakit DBD terutama yang tinggal di daerah perkotaan
di negara tropis dan subtropis (World Health Organization WHO, 2015)
Menurut Kementerian Kesehatan RI, Pada tahun 2019
penderita sebanyak 13.683 orang dan meninggal 133 jiwa per 29 Januari 2019
(Incidence Rate 5,08 per 100.000 penduduk dan CFR = 0,94%) (Kementerian Kesehatan RI, 2019).
Faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit berdasarkan
segitiga epidemiologi dipengaruhi oleh faktor manusia sebagai host,
lingkungan (environtment) termasuk nyamuk Aedes Aegypti sebagai vektor
penularan DBD. Faktor host (penjamu) yaitu kerentanan dan respon imun
seseorang sedangkan faktor lingkungan yaitu semua unsur di luar faktor individu
penjamu yang memengaruhi status kesehatan populasi (faktor sosial ekonomi,
lingkungan biologi dan lingkungan fisik) (Golberg, 1999).
Faktor lingkungan sangat mempengaruhi kejadian DBD karena
nyamuk sering bertelur pada musim penghujan. Keberadaan tempat penampungan air
atau kontainer (tempayan, bak mandi, drum, ember, dispenser, talang/saluran
air, tendon belakang kulkas, tempa minum hewan peliharaan dan ban bekas), akan
menjadi faktor pendukung perkembangbiakan nyamuk, karena akan menjadi tempat
bertelur nyamuk Aedes aegypti.
Setelah menjadi nyamuk dewasa, nyamuk Aedes Aegypti yang membawa virus
dengue akan dapat menyebarkan virus dari satu orang ke orang lain sehingga
membuat kasus DBD menyebar dengan cepat.
Kondisi di Kabupaten Serdang Bedagai yang merupakan
salah satu daerah endemis DBD� dan sesuai
dengan data Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai jumlah kasus DBD yang
terjadi di tahun 2017 sebanyak 86 kasus, pada tahun 2018 sebanyak 183 kasus dan
pada tahun 2019 jumlah kasus DBD tetap sama tidak ada perubahan sebanyak 183
kasus dengan 1 kasus meninggal (Incidence Rate 29,6 per 100.000 penduduk dan
CFR = 0,5%) (Serdang Bedagai, 2018).
Berdasarkan fakta yang telah diuraikan di atas,
penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan karakteristik penjamu dan
breeding place di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2020.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah
penelitian analitik observasional dengan desain case control. Sampel penelitian
ini diambil dengan menggunakan cluster sampling, proses pengambilan sampel ini
dilakukan secara bertingkat karena jumlah populasi sangat besar dan menempati
daerah yang sangat luas, sehingga diambil 30% dari seluruh kecamatan yang ada
di Kabupaten Serdang Bedagai yang berjumlah 17 kecamatan. Pemilihan kecamatan
menggunakan teknik purposive sampling. Kecamatan dipilih berdasarkam kasus
tertinggi dan terendah, sehingga diperoleh lima kecamatan yakni kecamatan
Perbaungan (Puskesmas Plus Perbaungan), Sei Rampah (Puskesmas Sei Rampah), Sei
Bamban (Puskesmas Kampung Pon), Sipispis (Puskesmas Sipispis), dan Serbajadi
(Puskesmas Kuala Bali). Perbandingan jumlah sampel kasus dan kontrol yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 1:1 yaitu kasus berjumlah 42 orang dan kontrol
berjumlah 42 orang, total keseluruhan sampel penelitian ini adalah sebanyak 84
orang.
Waktu penelitian ini adalah
bulan November 2019 sampai dengan bulan April 2020 dengan lokasi penelitian
dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
Tabel 1
Distribusi frekuensi karakteristik penjamu dan
breeding place
dengan kejadian demam
berdarah dengue
di Kabupaten Serdang
Bedagai pada tahun 2020
Karakteristik Responden |
n=84 |
% |
Umur |
|
|
< 8 Tahun |
19 |
22.6 |
≥ 8 Tahun |
65 |
77.4 |
Jenis Kelamin |
|
|
Laki-laki |
46 |
54.8 |
Perempuan |
38 |
45.2 |
Kebiasaan Memakai Obat Anti Nyamuk |
|
|
Kurang Baik |
37 |
44.0 |
Baik |
47 |
56.0 |
Perilaku
PSN |
|
|
Tidak Melakukan PSN |
51 |
60.7 |
Melakukan PSN |
33 |
39.3 |
Keberadaan Breeding Place |
|
|
Ada |
42 |
50.0 |
Tidak ada |
42 |
50.0 |
Dari hasil analisis univariat yang tergambar pada tabel 1 pada variabel
umur diketahui bahwa responden yang berumur kurang 8 tahun sebanyak 19 orang (22,6%) dan yang berumur
besar sama dengan 8 tahun sebanyak
65 orang (77,4%). Pada variabel jenis kelamin diketahui bahwa responden yang
berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 46 orang (54,8%) dan yang berjenis
kelamin perempuan sebanyak 38 orang (45,2%).
Pada variabel kebiasaan memakai obat anti nyamuk diketahui bahwa anak
yang memiliki kebiasaan memakai obat anti nyamuk yang kurang baik yaitu
sebanyak 37 orang (44,0%) dan yang memiliki kebiasaan memakai obat anti nyamuk
yang baik sebanyak 47 orang (56,0%). Pada variabel perilaku pemberantasan sarang
nyamuk diketahui bahwa responden yang tidak melakukan pemberantasan sarang
nyamuk yaitu sebanyak 51 orang (60,7%) dan yang melakukan pemberantasan sarang
nyamuk sebanyak 33 orang (39,3%).
Pada variabel breeding place rumah responden yang terdapat keberadaan
breeding place yaitu sebanyak 42 orang (50,0%) dan rumah responden yang tidak
terdapat� keberadaan breeding place nya
yaitu sebanyak 42 orang (50,0%).
Tabel 2
Distribusi
frekuensi keberadaan breeding place
dengan kejadian
�demam berdarah�
dengue di Kabupaten Serdang
Bedagai pada tahun 2020
Keberadaan Breeding Place |
Ada |
Tidak Ada |
||
N |
% |
N |
% |
|
Tempayan |
7 |
8.3 |
77 |
91.7 |
Bak Mandi |
82 |
97.6 |
2 |
2.4 |
Drum |
50 |
59.5 |
34 |
40.5 |
Ember |
79 |
94.0 |
5 |
6.0 |
Dispenser |
65 |
77.4 |
19 |
22.6 |
Talang/Saluran Air |
44 |
52.4 |
40 |
47.6 |
Tendon Belakang Kulkas |
33 |
39.3 |
51 |
60.7 |
Tempat Minum Hewan Peliharaan |
79 |
94.0 |
5 |
6.0 |
Ban Bekas |
33 |
39.3 |
51 |
60.7 |
Berdasarkan
tabel 2 dapat dilihat distribusi frekuensi keberadaan breeding place. Untuk keberadaan breeding place jenis tempayan yang ditemukan di rumah ada 7 (8,3%),
jenis ember ada 79 (94,0%), jenis dispenser ada 65 (77,4%), jenis
talang/saluran air ada 44 (52,4%), jenis tendon belakang kulkas ada 33 (39,3%),
jenis tempat minum hewan peliharaan ada 79 (94,0%), jenis ban bekas ada 33
(39,3%).
Tabel 3
hubungan karakteristik penjamu dan keberadaan breeding
place
dengan kejadian demam berdarah dengue di Kabupaten
Serdang Bedagai
�pada tahun 2020
Variabel |
Kejadian Demam Berdarah Dengue |
p. value |
OR (95% CI) |
|||||
DBD |
Tidak DBD |
Total |
||||||
N |
% |
n |
% |
N |
% |
|||
Umur |
|
|
|
|
|
|
1,000 |
1,146 (0,412-3,189) |
< 8
Tahun |
10 |
52,6 |
9 |
47,4 |
19 |
100,0 |
||
≥ 8 Tahun |
32 |
49,2 |
33 |
50,8 |
65 |
100,0 |
||
Jenis
Kelamin |
|
|
|
|
|
|
|
1,471 (0,620-
3,487) |
Laki-laki |
25 |
54,3 |
21 |
45,7 |
46 |
100,0 |
0,511 |
|
Perempuan |
17 |
44,7 |
21 |
55,3 |
38 |
100,0 |
||
Kebiasaan Memakai Obat Anti Nyamuk |
|
|
|
4,580 (1,811-11,582) |
||||
Kurang Baik |
26 |
70,3 |
11 |
29,7 |
37 |
100,0 |
0,002 |
|
Baik |
16 |
34,0 |
31 |
66,0 |
47 |
100,0 |
||
Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk |
|
|
|
|
3,100 (1,240-7,751) |
|||
Tidak
Melakukan PSN |
31 |
60,8 |
20 |
39,2 |
51 |
100,0 |
0,025 |
|
Melakukan
PSN |
11 |
33,3 |
22 |
66,7 |
33 |
100,0 |
||
Keberadaan
Breeding Place |
|
|
|
|
|
|
4,000 (1,614-9,910) |
|
Ada |
28 |
66,7 |
14 |
33,3 |
42 |
100,0 |
0,005 |
|
Tidak
ada |
14 |
33,3 |
28 |
66,7 |
42 |
100,0 |
B. Pembahasan
1.
Hubungan
Umur dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun
2020
Berdasarkan hasil analisis hubungan antara umur dengan kejadian demam
berdarah diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan
kejadian demam berdarah dengue pada anak di Kabupaten Serdang Bedagai dengan
nilai p=1,000 (p>0,05). Hal ini berarti bahwa anak dengan umur 0 sampai
dengan 17 tahun sama-sama berisiko untuk terkena demam berdarah dengue
disebabkan karena anak yang memiliki umur 0 sampai 17 tahun masuk dalam
kategori muda secara daya tahan tubuh memang cenderung lebih rentan. dibandingkan
dengan yang memiliki umur kategori tua.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian (Permatasari, Ramaningrum, & Novitasari,
2013) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan
antara umur dengan derajat infeksi dengue (p=0,815).
2.
Hubungan
Jenis Kelamin dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Serdang
Bedagai Tahun 2020
Hasil analisis hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian demam
berdarah diketahui bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan
kejadian demam berdarah dengue pada anak di Kabupaten Serdang Bedagai
(p=0,511).
Hasil peneltian (Umaya, Faisya, & Sunarsih, 2013) yang mengemukakan bahwa tidak ada hubungan antara
jenis kelamin terhadap kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Talang Ubi
Pendopo Tahun 2012. Hal ini dapat dilihat dari nilai p- value = 0.996 (p value
> 0.05). Ini menunjukkan bahwa jenis kelamin�
tidak memiliki hubungan terhadap kejadian DBD. Tidak adanya hubungan
antara jenis kelamin dengan kejadian DBD ini dikarenakan baik perempuan maupun
laki-laki memiliki potensi yang sama untuk terkena penyakit DBD. Hasil
penelitian (Hikmah, 2015) yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara
jenis kelamin penderita dengan Kejadian Kematian Akibat DBD dengan nilai p =
0,611 (p > 0,05). Hasil penelitian ini sejalan juga dengan peneltian (Umaya et al., 2013) yang mengemukakan bahwa tidak ada hubungan antara jenis
kelamin terhadap kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Talang Ubi Pendopo
Tahun 2012. Hal ini dapat dilihat dari nilai p - value = 0.996 (p value > 0.05)
3.
Hubungan
Kebiasaan Memakai Obat Anti Nyamuk dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di
Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2020
Penelitian ini menunjukkan hasil yang signifikan yaitu adanya hubungan
yang bermakna antara kebiasaan memakai obat anti nyamuk dengan kejadian demam
berdarah dengue pada anak di Kabupaten Serdang Bedagai (p=0,002) dengan OR =
4,580 (95% CI = 1,811 � 11,582). Hal ini menunjukkan bahwa penduduk yang
memiliki kebiasaan memakai obat anti nyamuk yang kurang baik memiliki risiko
4,580 kali terkena DBD dibandingkan dengan penduduk yang memiliki kebiasaan
memakai obat anti nyamuk yang baik.
Dari hasil penelitian di
lapangan, sebagian anak tidak pernah menggunakan anti nyamuk pada siang hari,
tetapi sebaliknya menggunakan anti nyamuk seperti anti nyamuk bakar, menyemprot
atau menggunakan kelambu hanya pada malam hari saja, anggapan mereka bahwa pada
siang hari lebih banyak beraktifitas sehingga perlindungan terhadap gigitan
nyamuk tidak perlu dilakukan. Banyak juga ditemukan bahwa anak tidak biasa
memakai lotion anti nyamuk baik di rumah maupun hendak keluar rumah, dan masih
banyak ditemukan rumah tidak menggunakan kawat kasa padahal kawat kasa
merupakan salah satu yang digunakan untuk mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah. Hasil
penelitian (Ayun, L.L., Pawenang, 2017) di
puskesmas Sekaran menyatakan kebiasaan memakai lotion anti nyamuk secara
statistik berpengaruh dengan kejadian DBD OR=4,200; p=0,042. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian (Sandra, Sofro, Suhartono, Martini, & Hadisaputro,
2019) yang
menyatakan bahwa ada pengaruh kebiasaan memakai obat anti nyamuk terhadap
kejadian DBD pada anak dengan p= 0,001, OR 4,000;
95% CI 1,889-8,468. Dari hasil penelitian (Zarkasyi, L, Martini, & Hestiningsih, R, 2015) yang berjudul Hubungan
Faktor Host (Umur 6 Bulan-14 Tahun) Dan Keberadaan Vektor Dengan Kejadian Demam
Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang hasil uji chi-square yang dilakukan, didapatkan nilai p=0,003 (p<0,05), berarti
ada hubungan
antara penggunaan obat anti
nyamuk pada usia (6 bulan-14 tahun) dengan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu.
4.
Hubungan
Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan Kejadian Demam �Berdarah Dengue di Kabupaten Serdang
Bedaga� Tahun 2020
Berdasarkan hasil analisis hubungan antara perilaku pemberantasan sarang
nyamuk dengan demam berdarah dengue diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna
(p=0,025) antara perilaku pemberantasan sarang nyamuk dengan kejadian demam
berdarah dengue pada anak di Kabupaten Serdang Bedagai dengan OR = 3,100 (95%
CI = 1,240 � 7,751). Hal ini menunjukkan bahwa penduduk yang tidak melakukan
perilaku pemberantasan sarang nyamuk memiliki risiko 3,1 kali terkena DBD
dibandingkan dengan penduduk yang melakukan pemberantasan sarang nyamuk.
Pelaksanaan PSN masih mengalami hambatan karena tidak semua masyarakat
mau melaksanakan PSN. Kejadian DBD pada penelitian ini berhubungan dengan
praktik PSN karena masih banyak masyarakat yang belum mengetahui manfaat
pemberantarasan sarang nyamuk sehingga tidak dapat dilaksanakan dengan baik,
seperti fungsi dari menguras tempat penampungan air atau menutup tempat
penampungan air dengan rapat yang berada di luar rumah, menurut mereka air yang
ditampung di luar rumah tidak dipakai untuk keperluan sehari-hari hanya untuk
menyiram halaman, tanaman dan tempat minum hewan peliharaan sehingga tidak
perlu dibersihkan ataupun di tutup. Masyarakat juga tidak mengetahui bahwa
penampungan dispenser dan tendon belakang kulkas juga dapat menjadi tempat
perkembangbiakkan jentik nyamuk Aedes Aegypti sehingga mereka jarang
memeriksa atau membuang air pada tampungan dispenser dan tendon belakang
kulkas. Hasil penelitian juga menunjukkan hanya sedikit responden yang
membersihkan talang air dan saluran air masih banyak yang tersumbat atau tidak
mengalir lancar. Masyarakat juga sedikit sekali menabur bubuk abate dikarenakan
kurangnya dukungan atau ajakan dari pemerintah setempat untuk mengajak seluruh
masyarakat melakukannya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Pangemanan, Kundre, & Lolong, 2016) yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara tindakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan kejadian
demam berdarah dengue (DBD) (p=0,048). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan (Saleh, Aeni, Gafur, & Basri, 2018) pada penelitian yang berjudul Hubungan Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti di Wilayah Kerja Puskesmas Pancana Kab. Barru yang
melaporkan bahwa ada hubungan antara menguras tempat penampungan air dengan
keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti
(p value = 0,006), ada hubungan antara menutup tempat penampungan air dengan
keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti���� (p value = 0,000) dan ada hubungan antara
mengubur barang � barang bekas dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti (p value = 0,000).
5.
Hubungan
Keberadaan Breeding Place dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kabupaten
Serdang Bedagai Tahun 2020
Pada variabel keberadaan breeding place diketahui bahwa yang ditemukan
keberadaan breeding place nya ≥ 7 seperti tempayan, ember, drum,
talang/saluran air bak mandi, dispenser, tendon belakang kulkas, tempat minum
hewan piaraan dan ban bekas yaitu sebanyak 42 orang (50,0%) dan yang ditemukan
keberadaan breeding place nya < 7 seperti tempayan, ember, drum,
talang/saluran air dalam, bak mandi, dispenser, tendon belakang kulkas, tempat
minum hewan piaraan dan ban bekas yaitu sebanyak 42 orang (50,0%). Berdasarkan
hasil analisis hubungan antara keberadaan breeding place dengan demam berdarah
dengue diketahui bahwa ada hubungan antara keberadaan breeding place dengan
kejadian demam berdarah dengue pada anak di Kabupaten Serdang Bedagai (p=0,005)
dengan OR = 4,000 (95% CI = 1,614-9,910). Hal ini menunjukkan bahwa penduduk
yang ada ditemukan pada keberadaan breeding place memiliki risiko 4,000 kali
terkena DBD dibandingkan dengan penduduk yang tidak ditemukan keberadaan breeding
place. Hasil ini menunjukkan semakin �banyak terdapat breeding places akan
meningkatkan risiko terhadap kejadian DBD.
Hasil pengamatan di lapangan, tempat penampungan air lebih banyak
ditemukan pada kelompok kasus daripada kelompok kontrol dan lebih banyak
ditemukan di luar rumah yang dibiarkan terbuka serta jarang dibalikkan dan
bahkan ada yang tidak pernah membersihkannya karena fungsinya yang menurut
mereka hanya untuk menyiram tanaman, menjadi tempat sampah dan bukan dipakai
untuk keperluan sehari-hari, seperti mandi. Hal ini dapat menyebabkan tempat
penampungan air dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Widyorini, Wahyuningsih, & Murwani,
2016) yang berjudul faktor keberadaan breeding place
dengan kejadian demam berdarah dengue di Semarang yang menunjukkan bahwa ada
hubungan keberadaan breeding place dengan kejadian DBD (p = 0,048 dan nilai OR
= 3,143). Hasil
penelitian ini juga sejalan dengan penelitian (Puteri, Darundiati, & Dewanti, 2018) yang berjudul Hubungan Breeding Place dan Resting
Place terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Semarang Barat
meenunjukkan bahwa ada hubungan antara keberadaan breeding place positif
jentik dengan kejadian demam berdarah dengue dengan nilai p=0,001 dan OR
10,389 (95% CI = 2,728 � 39,56). Pada penelitian
Anggreini, Heridadi & Widana tahun 2018 yang berjudul faktor resiko (breeding
place, resting placae, perilaku kesehatan lingkungan dan kebiasaan hidup)
pada KLB DBD di Kecamatan Cikupa Kabupaten Tanggerang diperoleh hasil hubungan yang signifikan antara keberadaan breeding
places berjumlah 3 atau lebih disekitar rumah disekitar rumah dengan KLB DBD
yang terjadi di Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang. OR yang diperoleh dalam
penelitian ini yaitu sebesar 8,531 (95% CI 3,431-21,209).
Hasil ini menunjukkan semakin banyak breeding
places akan meningkatkan risiko terhadap KLB DBD di Kecamatan Cikupa.
Kesimpulan
Kesimpulan hasil temuan penelitian ini berdasarkan hasil analisis
bivariat yang dilakukan diperoleh hasil bahwa variabel kebiasaan memakai obat
anti nyamuk, perilaku pemberantasan sarang nyamuk dan keberadaan breeding place mempunyai hubungan yang
bermakna dengan kejadian demam berdarah dengue
di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2020. Sedangkan umur dan jenis kelamin tidak
memiliki hubungan dengan kejadian demam berdarah dengue di Kabupaten Serdang Bedagai. Maka, dari hasil penelitian tersebut
disarankan bagi masyarakat Kabupaten Serdang Bedagai agar selalu membiasakan
memakai obat anti nyamuk di rumah namun tidak disarankan menggunakan obat anti
nyamuk bakar dikarenakan tidak ramah lingkungan dan sebaiknya masyarakat
menggunakan lotion anti nyamuk, elektrik, obat anti nyamuk semprot dan
sebaiknya di rumah menggunakan kawat kasa. Mengurangi tempat penampungan air,
menguras TPA secara rutin, dan melakukan pemberantasan sarang nyamuk seminggu
sekali.
Ayun, L.L.,
Pawenang, T. E. (2017). Hubungan antara Faktor Fisik dan Perilaku dengan
Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sekaran,
Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. Jurnal Health Perspective, 2(1).Google Scholar
Anggraeni, P., Heridadi., & Widana, K. (2018).
Faktor Resiko (Breeding Place, Resting Place, Perilaku Kesehatan Lingkungan
dan Kebiasaan Hidup) pada KLB DBD di Kecamatan Cikupa Kabupaten
Tanggerang. Jurnal Manajemen
Bencana, 4 (1).Google
Scholar
Bedagai, Badan Pusat
Statistik Kabupaten Serdang. (2018). Kabupaten Serdang Bedagai dalam Angka
2017. BPS Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara.Google Scholar
Golberg. (1999).
Epidemiologi Penyakit Menular. Diakses Dari File:///C:/Users/HP/Downloads/Irwan-Buku-Epidemiologi-Penyakit-Menular.Pdf.
Hikmah, Mamluatul. (2015).
Faktor yang berhubungan dengan kejadian kematian akibat demam berdarah dengue. Unnes
Journal of Public Health, 4(4). Google
Scholar
Kementerian Kesehatan RI.
(2019). Profil Kesehatan Indonesia. Diakses Dari Https://Pusdatin.Kemkes.Go.Id/Resources/Download/Pusdatin/Profil-Kesehatan-Indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-2019.Pdf.
Pangemanan, Helly Conny,
Kundre, Rina, & Lolong, Jill. (2016). Hubungan Tindakan Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa
Watutumou I, II & III Wilayah Kerja PUSKESMAS Kolongan. Jurnal
Keperawatan, 4(2). Google
Scholar
Permatasari, Devi Yanuar,
Ramaningrum, Galuh, & Novitasari, Andra. (2013). Hubungan status Gizi,
umur, dan jenis kelamin dengan derajat infeksi dengue Pada anak. Jurnal
Kedokteran Muhammadiyah, 2(1).Google Scholar
Puteri, Tika Adelia
Nurkholis, Darundiati, Yusniar Hanani, & Dewanti, Nikie Astorina Yunita.
(2018). Hubungan breeding place dan resting place terhadap kejadian demam berdarah
dengue (DBD) Di Kecamatan Semarang Barat. Jurnal Kesehatan Masyarakat
(Undip), 6(6), 369�377.Google Scholar
Saleh, Muhammad, Aeni,
Syahratul, Gafur, Abdul, & Basri, Syahrul. (2018). Hubungan Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti di Wilayah Kerja
Puskesmas Pancana Kab. Barru. Jurnal Higiene. ISSN, 2541�5301.Google Scholar
Sandra, Tuti, Sofro, Muchlis
A. U., Suhartono, Suhartono, Martini, Martini, & Hadisaputro, Suharyo.
(2019). Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue
pada Anak Usia 6-12 TAhun Di Kecamatan tembalang. Jurnal Epidemiologi
Kesehatan Komunitas, 4(1), 1�10.Google Scholar
Umaya, Rizza, Faisya, Ahmad
Fickry, & Sunarsih, Elvi. (2013). Hubungan Karakteristik Pejamu, Lingkungan
Fisik Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di
Wilayah Kerja Puskesmas Talang Ubi Pendopo Tahun 2012. Jurnal Ilmu Kesehatan
Masyarakat, 4(3).Google Scholar
Widyorini, Prasti,
Wahyuningsih, Nur Endah, & Murwani, Retno. (2016). Faktor Keberadaan
Breeding Place Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (Undip), 4(5), 94�99.Google Scholar
World Health Organization
(WHO). (2015). Demam Berdarah. Diakses Dari
Http://Eprints.Ums.Ac.Id/71407/3/BAB%20I.Pdf.
Zarkasyi. L., Martini.,
Hestiningsih. R., (2015). Hubungan Faktor Host (Umur 6 Bulan-14 Tahun) Dan
Keberadaan Vektor Dengan kejadian Demam Berdarah Dengue Di wilayah Kerja Puskesmas
Kedungmundu Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 3(3).Google Scholar
Hetti Citra Marbun, Sri Malem Indirawati
dan Nurmaini (2021) |
First publication right : Journal Syntax Idea |
This article is licensed under: |