Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�����
Vol. 3, No. 4, April 2021
ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENGANGGURAN, DAN KEMISKINAN TERHADAP INDEKS
PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN BOJONEGORO
Kurnia Sari Dewi, Wiwin Priana
Primandhana dan Mohammad Wahed
Universitas Pembangunan Nasional �Veteran� Jawa Timur, Indonesia
Email:
[email protected], [email protected], dan [email protected]
Abstract
The study was conducted with the aim of knowing the
effect of economic growth, unemployment, poverty on the Human Development Index
(HDI) in Bojonegoro Regency for the period 2002 to
2019. Secondary data for this research were obtained through the websites of
the East Java and Bojonegoro Central Statistics
Agency (BPS). Quantitative research methods are used and use Multiple Linear
Regression Analysis with the Ordinary Least Square (OLS) model. It can be
concluded that economic growth does not have a significant effect on the HDI of
Bojonegoro Regency. It is known that based on tcount less than ttable (0.861
≤ 1.761), besides that, it is seen from the significance level, namely
0.404. Unemployment has not been able to significantly influence HDI in Bojonegoro Regency with the t value less than t table
(1.137 ≤ 1.761). while poverty can significantly affect HDI in Bojonegoro Regency, seen from the value of t count more
than t table (3.404 ≥ 1.761).
Keywords: HDI; economic growth; unemployment; poverty
Abstrak
Penelitian dilakukan
dengan tujuan mengetahui pengaruh dari pertumbuhan ekonomi, pengangguran, kemiskinan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
di Kabupaten Bojonegoro periode 2002 hingga 2019. Data sekunder untuk riset ini diperoleh
melalui website
Badan Busat Statistik (BPS)
Jawa Timur dan Bojonegoro. Metode penelitian kuantitatif dipakai serta menggunakan Analisis Regresi
Linier Berganda dengan model Ordinary Least
Square (OLS). Dapat disimpulkan, pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap IPM Kabupaten Bojonegoro diketahui berdasarkan thitung kurang dari ttabel
(0,861 ≤ 1,761) selain itu dilihat dari tingkat
signifikasinya yaitu 0,404.
Pengangguran belum mampu mempengaruhi secara signifikan terhadap IPM di Kabupaten Bojonegoro dengan nilai t hitung kurang dari t tabel
(1,137 ≤ 1,761) selain itu apabila dilihat dari signifikasinya yaitu 0,275. sedangkan kemiskinan
dapat secara signifikan mempengaruhi IPM di Kabupaten Bojonegoro, dilihat dari nilai thitung lebih dari ttabel (3,404 ≥ 1,761) selain itu dilihat dari
tingkat signifikasinya yaitu 0,004.
Kata Kunci: IPM; pertumbuhan ekonomi;
pengangguran; kemiskinan
Pendahuluan
Instrumen yang dipakai sebagai
salah satu target nasional ialah pembangunan ekonomi, dimana parameter sebagai penilaian
kesuksesan pembangunan disebuah Negara ialah Pertumbuhan Ekonomi (Mirza, 2012). Alinea keempat UUD 1945 salah
satu tujuan pembangunan nasional di Indonesia ialah memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa. Istilah dari pembangunan berkaitan dengan Sumber Daya Manusia (SDM),
yaitu menciptakan SDM lebih produktif serta berkualitas dalam usaha meningkatkan akses penduduk terhadap pendidikan, pelayanan
kesehatan, gizi yang baik dan peningkatan keahlian
masyarakat (Winarti, 2014).
Model pembangunan yang dikembangkan saat ini salah satunya pembangunan manusia, yang diamati berdasarkan kualitas hidup manusia di suatu negara (Mirza, 2012). Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dipakai untuk
parameter pengukuran keberberhasilan
kualitas hidup manusia. IPM dapat diartikan bagaimana masyarakat
mendapatkan hasil pembagunan baik dari segi pendapatan, kesehatan, pendidikan,
dll (BPS, 2020). Tahun 1990 United Nations Development
Programme (UNDP) mempublikasikan IPM yang diterbitkan dilaporan Human Development Report (HDR). Kualitas pendidikan,
kesehatan dan tingkat ekonomi dipakai sebagi tolok ukur kualitas
hidup manusia (Mirza, 2012).
Secara nasional,
angka IPM trendnya selalu meningkat. Dapat disebabkan meningkatnya kualitas sistem pendidikan dan kesehatan terus menaikkan pembangunan SDM yang menjadi pengaruh angka IPM Indonesia (BPS,
2020). Pertumbuhan
angka IPM yang selalu positif juga ditunjukan oleh provinsi Jawa Timur dan Kabupaten Bojonegoro. Untuk informasi lebih rinci lihat
Gambar berikut:
Gambar 1. IPM Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten
Bojonegoro
Sumber : BPS Jatim 2020 (data diolah)
Berdasarkan gambar di atas, angka IPM Jawa Timur dan
Kabupaten Bojonegoro meningkat setiap tahun. Menggambarkan
tujuan Pemerintah guna menaikkan kesejahteraan masyarakat
berbanding lurus dengan tujuan pembangunan yang direncanakan. Kondisi diatas
juga sejalan dengan tujuan pemerintah daerah yaitu meningkatkan angka IPM tetap
positif, sebagai bentuk pencapaian target pembangunan (Zakaria, 2018).
Lebih lanjut dibandingkan dengan beberapa
provinsi di pulau Jawa misalnya(Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa
Yogyakarta, DKI Jakarta), pertumbuhan IPM di Jawa Timur masih tergolong rendah (BPS, 2020). Mengingat Jawa Timur masih dihadapkan dengan masalah
utama, yaitu (BPS jatim): 1) rendahnya rata-rata lama sekolah 7,39 tahun; 2)
rendahnya usia harapan hidup masyarakat dikarenakan gizi buruk. Disamping itu,
dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi ke 3 nasional akan tetapi kesenjangan
pembangunan antar daerah Kabupaten/Kota masih tergolong tinggi (Sekretariat Daerah
Jatim, 2020).
Terjadinya Tred-Off pertumbuhan
ekonomi menjadi penyebab terjadinya perbedaan tingkat kesejahteraan masyarakat (Sukirno, 1985). Kondisi yang sama ditunjukan
oleh Kabupaten Bojonegoro dengan angka IPM yang selalu meningkat setiap
tahunnya. Pertumbuhan yang positif tersebut disebabkan pemenuhan kebutuhan
dasar yang cukup merata terdistribusi ke kepada masyarakat di wilayah
Bojonegoro, dengan kata lain bahwa aspek pendidikan dan kesehatan bisa
dijangkau oleh masyarakat (BPS, 2020).
Gambar 2. Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran,
dan Kemiskinan
Di Kabupaten Bojonegoro
Sumber : BPS Jatim 2020
(data diolah)
Dari Gambar diatas Pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Bojonegoro termasuk daerah yang mampu mempertahankan tingginya angka
pertumbuhan ekonomi sekalipun tiga tahun terakhir mengalami penurunan
dikarenakan menurunnya harga minyak mentah dunia dan lifting, di tahun 2019 sebesar
6,34 % (BPS, 2020). Sedangkan
kontribusi terbesar adalah sektor pertambangan dan penggalian yang menyumbang
lebih dari 50% dari total jumlah PDRB Kabupaten Bojonegoro (Sekretariat
Daerah Bojonegoro, 2019).
Selain diatas, angka pengangguran di Kabupaten
Bojonegoro trennya menurun, di tahun 2019 turun sebesar 0,49 % (BPS, 2020). Rendahnya angka pengangguran di
Bojoenegoro disebabkan oleh meningkatnya jumlah investasi yang masuk sekalipun
terjadi kenaikan UMK dari tahun sebelumnya di Kabupaten Bojonegoro. Sedangkan
angka pengangguran Kabupaten Bojonegoro di dominasi dari tingkat lulusan SMK
dan SMA (BPS, 2020). Selain itu, dapat dilihat
bahwa angka kemiskinan Kabupaten Bojonegoro trennya menurun. Penurunan
tersebut disebabkan meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang bisa dilihat
dari meningkatnya pendapatan, pengeluaran, dan konsumsi masyarakat (BPS, 2020). Sebaliknya, angka kemiskinan yang tinggi di suatu
daerah akan menurunkan daya beli masyarakat dan membuat mereka tidak mampu memenuhi
kebutuhannya, hal ini menyebabkan kemiskinan mempunyai hubungan cukup kuat
dengan pembangunan manusia (Dewi, Yusuf, & Iyan, 2017). Pertumbuhan ekonomi erat kaitannya dengan pembangunan manusia, karena
pertumbuhan ekonomi merupakan tujuan pembangunan (Anggraheni, 2016). Apabila pengangguran dalam suatu daerah memiliki angka yang tinggi
maka akan menjadi penghambat dalam mencapai tujuan dari pembangunan (Baeti, 2013). Kemiskinan dapat berdampak untuk pembangunan manusia, diartikan hal tersebut menjadi persoalan kompleks diawali dengan kemampuan membeli
oleh masyarakat dimana belum mampu memenuhi keperluan dasar,
sehingga pendidikan dan kesehatan tidak mampu didapatkan (Adelfina, Jember, 2016).
Lebih lanjut, Beberapa penelitian
terdahulu yang membahas mengenai pengaruh pertumbuhan ekonomi, pengangguran dan kemiskinan terhadap Indeks Pembangunan
Manusia sudah sering diteliti
oleh peneliti lainnya antara lain (Anggraheni, 2016), (Adelfina, Jember, 2016) menjelaskan
pertumbuhan ekonomi dapat memberikan pengaruh
besar atau pengaruhnya signifikan terhadap IPM. Penelitian
yang dilakukan oleh (Ayub, 2018), (Umiyati, Amril, & Zulfanetti, 2017), (Zakaria, 2018), (Dewi et al., 2017) menyimpulkan Pertumbuhan ekonomi belum mampu menjadi pengaruh
besar atau signifikan terhadap IPM. (Zakaria, 2018), (Anggraheni, 2016), (Meydiasari & Soejoto, 2017), (Ningrum, Khairunnisa, & Huda, 2020), (Fatimah, 2019) menerangkan pengangguran dapat memberikan
pengaruh besar atau pengaruhnya signifikan terhadap IPM. Sedangkan (Noviatamara, Ardina, & Amalia, 2019), (Ayub, 2018), menyimpulkan bahwa pengangguran belum mampu menjadi pengaruh
besar atau signifikan terhadap IPM. (Adelfina, 2016), (Zakaria, 2018), (Umiyati et al., 2017), (Ayub, 2018) menerangkan bahwa
kemiskinan dapat mempengaruhi IPM secara
signifikan. peneliti (Fatimah, 2019), (Anggraheni, 2016) menjelaskan kemiskinan belum mampu menjadi pengaruh
besar atau signifikan terhadap IPM. Melihat beberapa
penelitian tersebut, menunjukkan hasil penelitian yang masih tidak konsisten. Maka diperlukan penelitain lebih lanjut yang membehas mengenai pengaruh pertumbuhan ekonomi, pengangguran, dan kemiskinan terhadap indeks pembangunan manusia.
Melihat fenomena tersebut, pembangunan manusia menjadi
hal utama bagi pembangunan suatu daerah dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya. besarnya angka IPM, pertumbuhan ekonomi,
menurunnya angka kemiskinan dan pengangguran belum mampu menjadi bukti bahwa
pemerataan pembangunan meningkat dan kesejahteraan masyarakat meningkat di
Kabupaten Bojonegoro (Sekretariat Daerah Bojonegoro, 2019). Oleh
karena itu peneliti tertarik untuk memperjelas bagaimana dampak pertumbuhan ekonomi, pengangguran dan kemiskinan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Bojonegoro.
Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Metode kuantitatif dipakai
riset ini ialah kajian tentang
keterkaitannya fenomena dan
bagian dengan analisa ilmiah (Wahidmurni, 2017). Tujuan riset ini agar mampu melihat pengaruh pertumbuhan
ekonomi, pengangguran dan Kemiskinan terhadap
Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Bojonegoro tahun 2002 hingga 2019.
2. Pengumpulan data
Data sekunder
dari penelitian berasal dari instansi
terkait, penelitian kepustakaan, gambaran umum dan jurnal, makalah dan laporan. Sedangkan data diperoleh dari Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah Kabupaten Bojonegoro dan Badan Pusat Statistik
(BPS) Jawa Timur dan Bojonegoro
selama periode tahun 2002-2019.
3. Teknik analisis
Sebagai analisa
data memakai analisis regresi linier berganda dengan model Ordinary Least Square (OLS). Dimana merupakan metode
guna melihat variabel bebas (X1, X2,
X3,......,k) apakah
mempengaruhi variabel terikat (Y).
Persamaan Model Regresi Linier Berganda :
Y = β0 + β1X1
+ β2X2 + β3X3 + e
Keterangan :
Y� = Indeks Pembangunan
Manusia (IPM)
X1 = Pertumbuhan Ekonomi
X2 = Pengangguran
X3 = Kemiskinan
β0 = Konstanta (nilai Y
apabila X1, X2, X3 = 0)
� = Koefisien regresi
(nilai peningkatan ataupun penurunan)
e����� = sisa (error)
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
Hasil
perhitungan pengolahan data
program komputer IBM SPSS 25 diperoleh
persamaan berikut ini:
Y = 68,653 + 0,049X1
+ 0,285X2 � 0,276X3
Berdasarkan
model persamaan ini diuraikan Nilai konstanta
sebesar �68,205 Menunjukkan apabila
Pertumbuhan Ekonomi (X1), Pengangguran (X2) dan Kemiskinan (Xɜ) dianggap
konstan maka, angka Indeks Pembangunan
Manusia (Y) akan meningkat 68,653%. Koefisien regresi X1(β1) : Y= 0,049 menjelaskan
Pertumbuhan Ekonomi (X1) memiliki pengaruh positif, artinya
jika Pertumbuhan Ekonomi naik 1% mengakibatkan
angka IPM (Y) mengalami peningkatan 0,049 %, Asumsikan X2 dan X3
adalah konstan. Koefisien regresi X2(β2) : Y= 0,285 menjelaskan
pengangguran (X2) memiliki pengaruh positif, artinya
jika angka pengangguran naik 1% mengakibatkan angka indeks pembangunan manusia (Y) mengalami peningkatan 0,285%, diasumsikan X1 dan X3
Konstan. Koefisien regresi X3(β3) : Y= -0,276 menjelaskan kemiskinan (X3)
memiliki pengaruh negatif, artinya apabila kemiskinan meningkat 1% mengakibatkan angka indeks pembangunan manusia (Y) turun menjadi 0,276%, diasumsikan X1 dan X2 Konstan.
a.
Uji Normalitas
One Sample Solgomorov Sminov Test dan P-P Plot digunakan untuk menguji normalitas data dipenelitian ini. Tebel berikut menunjukkan hasil yang diperoleh dari pengujian One Sample Solgomorov Sminov Test.
Tabel
1
UjiaNormalitas (One Sample Solgomorov Sminov
Test)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test |
||
|
Unstandardized Residual |
|
N |
18 |
|
Normal
Parametersa,b |
Mean |
.0000000 |
Std.
Deviation |
1.52812033 |
|
Most
Extreme Differences |
Absolute |
.143 |
Positive |
.082 |
|
Negative |
-.143 |
|
Test
Statistic |
.143 |
|
Asymp.
Sig. (2-tailed) |
.200c,d |
Sumber: Output SPSS
�Pada Uji Normalitas,
dikatakan memenuhi sumsi Normalitas jika signifikasinya melebihi 0,05. Hasil penelitian diketahui signifikasinya di Asymp.Sig. (2-tailed) 0,200 berarti
melebihi 0,05, karenanya
model tersebut berdistribusi
Normal. Selain itu grafik uji P-P Plot dapat dilihat dibawah ini.
Gambar 3Uji Normalitas (P-P Plot)
Sumber: Output SPSS (Lampiran
5)
Pengujian P-P Plot diatas dapat menjelaskan
model regresi tersebut sudah memenuhi syarat asumsi normalitas,
karena sebaran data (titik) pada grafik diagonal tersebar di disekeliling garis
diagonal atau histogramnya,
berarti menjelaskan pola sebaran Normal.
b.
Uji Autokorelasi
Penelitian ini dilakukan uji autokorelasi
dan didapat nilai uji DW sebesar 1,032. Jumlah data atau
(n) ialah 18 dengan jumlah variabel bebas atau (k) yaitu
3, dengan demikian nilai DW tabelnya
adalah (dL = 0,9331 dan dU
= 1,6961). Oleh Karena itu
dijelaskan nilai DW test posisinya berada diantara
nilai dL sampai dU, dengan
demikian data yang dipakai dalam
penelitian berada didaerah keragu-raguan
atau tidak terkena gejala autokorelasi dan dapat digunakan untuk melakukan
pengujian seanjutnya.
c.
Uji Multikolinieritas
Setelah
dilakukan uji multikolinieritas
didapatkan nilai VIF sebagai berikut nilai VIF pertumbuhan ekonomi (1,008), pengangguran (1,432), kemiskinan (1,425). �Adapun hasil tersebut menjelaskan
VIF-nya semua Variabel bebas kurang dari 10 sehingga dalam model tidak terkena atau
terbebas gejala multikolinieritas.
d.
Uji
Heterokedastisitas
Hasil dari riset menunjukkan untuk variabel terikat IPM, signifikansi koefisien korelasi rank spearman total residualnya
lebih dari 0,05 (tidak signifikan) yaitu X1(0,717), X2(0,984), X3(0,559) sehingga
tidak terdapat hubungan antar variabel bebas (X). dengan demikian pada model ini lolos dari
uji heterokedastisitas.
Berdasarkan hasil pengujian Asumsi Klasik yang sudah diselesaikan diatas,
dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi pelanggaran asumsi klasik pada model pengamatan ini, sehingga bisa dilanjutkan
keanalisis lebih selanjutnya.
Tabel 2
Uji Koefisien Determinasi
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the
Estimate |
1 |
,806a |
,649 |
,499 |
1,68391 |
Sumber: Output SPSS
Hasil
pengolahan data tersebut diketahui nilai koefisien determinasi ialah 0,649 yang
merupakan 64,9% dari semua pengamatan, hal ini memperlihatkan Variabel bebas Pertumbuhan
Ekonomi (X1), Pengangguran (X2), dan Kemiskinan (X3) dapat menjelaskan Variabel
dependen IPM (Y), sedangkan sisanya 35,1% dijelaskan oleh faktor yang tidak
ditampilkan dalam model.
Tabel 3
Uji F Simultan (ANOVA)
Model |
Sum of Square |
df |
Mean Square |
F |
Sig. |
|
1 |
Regression |
37,665 |
3 |
12,555 |
4,428 |
.022b |
Residual |
39,698 |
14 |
2,836 |
|
|
|
Total |
77,362 |
17 |
|
|
|
Sumber: Output SPSS
Pengaruh simultan atau bersama-sama dipakai uji F guna melihat pengaruh atau korelasinya, nilai F hitung 4,428 signifikasinya 0,022 dengan ukuran signifikasinya 5% atau (α = 0,05), dengan demikian nilai signya 0,022<0,05. F tabel dengan derajat kebebasan (df1) bernilai 3 (jumlah varaibel bebas/k), df2 bernilai 14 (n-k-1)
didapatkan nilai F tabel 3,344, sehingga H0 ditolak dan Hi diterima, oleh karenanya diketahui Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, kemiskinan memiliki hubungan/pengaruh positif terhadap IPM di Kabupaten Bojonegoro dan dapat dibuktikan dengan kurva uji F berikut
Gambar 4. Kurva Distribusi Uji F
Tabel 4
Uji t Parsial
Variabel |
tHitung |
tTabel |
Sig. |
Pertumbuhan Ekonomi (X1) |
0,861 |
1,761 |
0,404 |
Pengangguran (X2) |
1,137 |
1,761 |
0,275 |
Kemiskinan (X3) |
- 3,402 |
-1,761 |
0,004 |
Sumber:
Output SPSS
1.
Variabel Pertumbuhan Ekonomi
Pengukuran tabel uji
t ini dilihat nilai t hitung 0,861 dengan signifikasi 0,404, sedangkan untuk nilai t tabel didapatkan
dari
(df) 14 (n-k-1) dengan hasil 1,761. Sehingga diketahui t hitung 0,861 ≤ t tabel 1,761 sehingga H0 diterima dan Hi ditolak, kemudian
untuk signifikansi 0,404
> 0,05. Maka untuk Pertumbuhan Ekonomi pengaruhnya tidak signifikan terhadap IPM di Kabupaten Bojonegoro.
2.
Variabel
Pengangguran
Dari
hasil tabel uji t ini didapatkan nilai t hitung 1,137 dengan signifikasi 0,275, sedangkan untuk nilai� t tabel didapatkan dari (df) 14
(n-k-1) dengan
hasil 1,761. Sehingga diketahui t hitung 1,137 ≤ t tabel 1,761 sehingga H0 diterima dan Hi ditolak, kemudian
untuk signifikansi 0,275
> 0,05. Maka untuk variabel pengangguran pengaruhnya tidak signifikan terhadap IPM di Kabupaten Bojonegoro.
3.
Variabel Kemiskinan
Pengukran tabel uji
t ini didapatkan nilai t hitung -3,402 dengan signifikasi 0,004, sedangkan untuk nilai t tabel didapatkan
dari
(df) 14 (n-k-1) dengan hasil -1,761. Sehingga diketahui t hitung 3,404 ≥ t tabel 1,761 sehingga H0 ditolak dan Hi diterima, kemudian
untuk signifikansi 0,004
< 0,05. Maka untuk variabel kemiskinan memiliki pengaruh signifikan terhadap IPM di Kabupaten Bojonegoro.
Pertumbuhan ekonomi
tidak terdapat pengaruh yang signifikan atau pengaruhnya tidak besar terhadap indeks pembangunan manusia (IPM) di Kabupaten
Bojonegoro selama periode 2002 hingga 2019. Sehingga dari hasil penelitian ini dapat dikatakan �sesuai dengan peneliti sebelumya (Ayub, 2018), (Dewi et al., 2017), (Zakaria, 2018), (Umiyati et al., 2017) yang menjelaskan pertumbuhan ekonomi pengaruhnya
tidak signifikan terhadap IPM. Oleh karenanya dengan Pertumbuhan ekonomi
tidak secara otomatis dapat meningkatkan IPM di Kabupaten Bojonegoro, hal tersebut dikarenakan distribusi pendapatan yang tidak merata
kepada masyarakat. Selain itu melihat dari data statistik
pertumbuhan
ekonomi yang berfluktuasi, sehingga memberikan pengaruh kecil terhadap
peningkatan IPM Kabupaten Bojonegoro. Dimana sektor yang menjadi penyumbang terbesar pendapatan daerah Kabupaten
Bojonegoro adalah pertambangan dan penggalian yaitu migas yang memiliki
kontribusi lebih dari 50% dari total PDRB Kabupaten Bojonegoro (Sekretariat
Daerah Bojonegoro, 2019).
Pengangguran tidak terdapat pengaruh yang signifikan atau pengaruhnya tidak besar terhadap indeks pembangunan manusia (IPM) di Kabupaten
Bojonegoro selama periode 2002 hingga 2019. Sehingga dari hasil penelitian ini dapat dikatakan �sesuai dengan peneliti sebelumya (Ayub, 2018), (Noviatamara et al., 2019) yang
menjelaskan pengangguran pengaruhnya tidak
signifikan terhadap IPM. Namun hasil tersebut tidak sesuai
hipotesa serta teori (Mankiw, 2006) yaitu kesejahteraan masyarakat akan menurun jika pengangguran
meningkat, sehingga
IPM akan menurun juga disebabkan masyarakat tidak dapat memenuhi
kebutuhan pokonya karena tidak memiliki
penghasilan. Tingginya angka pengangguran di
Bojonegoro disebabkan peningkatan jumlah angkatan kerja tetapi lowongan pekerjaan
yang tersedia tidak sesuai dengan jumlah
yang dibutuhkan (Adarma, 2021). Dengan adanya industri migas di Kabupaten Bojongoro
belum mampu menyerap tenaga kerja. Menurut (BPS, 2020) penambahan jumlah angkatan kerja tersebut lebih didominasi oleh penduduk usia produktif yaitu 25-45 tahun.
Dimana kapasitas dan ketrampilan angkatan kerja masih belum sesuai dengan apa
yang dibutuhkan oleh penyedia
lapangan pekerjaan/perusahaan.
Kemiskinan terdapat pengaruh signifikan
atau pengaruhnya besar terhadap indeks pembangunan
manusia (IPM) di Kabupaten Bojonegoro selama periode 2002 hingga 2019. Sehingga dari hasil penelitian ini dapat dikatakan �sesuai dengan peneliti sebelumya (Ayub, 2018), (Zakaria, 2018), (Umiyati et al., 2017) yang
menjelaskan kemiskinan berpengaruh signifikan terhadap IPM. �(Baeti, 2013). Kemiskinan dapat berdampak untuk pembangunan manusia, diartikan hal tersebut menjadi persoalan kompleks diawali dengan kemampuan membeli
oleh masyarakat dimana belum mampu memenuhi keperluan dasar,
sehingga pendidikan dan kesehatan tidak mampu didapatkan (Adelfina, Jember, 2016). Kemiskinan di
Kabupaten Bojonegoro didominasi oleh masyarakat disekitar kawasan hutan dimana
sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani (Huda, 2021). Peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan yang
dilakukan pemerintah akan mendorong terciptanya masyarakat dengan produktivitas
yang tinggi, dan masyarakat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga dapat
meningkatkan IPM serta kehidupan yang sejahtera akan tercapai.
Kesimpulan
Dari berbagai
teori, hasil dan pembahasan yang telah dijelaskan sehingga peneliti dapat mengambil kesimpulan Pertumbuhan Ekonomi
dan pengangguran tidak terdapat pengaruh signifikan atau pengaruhnya tidak besar terhadap
IPM di Kabupaten Bojonegoro,
sedangkan untuk kemiskinan terdapat pengaruh negatif dan signifikan terhadap IPM di Kabupaten Bojonegoro selama periode 2002 hingga 2019, sehingga dapat dijelaskan berikut ini:
Pada pengujian
yang telah dilakukan dengan uji parsial menjelaskan Pertumbuhan Ekonomi meningkat tetapi tidak secara
signifikan dapat mempengaruhi peningktan terhadap kenaikan angka IPM di Bojonegoro selama periode 2002 hingga 2019 yang dilihat berdasarkan hasil pengujian yang menunjukkan nilai t hitung kurang dari t tabel
(0,861 ≤ 1,761) selain itu dilihat dari
tingkat signifikasinya yaitu 0,404. Hal tersebut dikarenakan distribusi pendapatan yang tidak merata
kepada masyarakat. Dimana sektor yang
menjadi penyumbang terbesar pendapatan daerah Kabupaten Bojonegoro adalah
pertambangan dan penggalian yaitu migas yang memiliki kontribusi lebih dari 50%
dari total PDRB Kabupaten Bojonegoro.
Untuk pengangguran yang dilakukan
uji secara parsial juga tidak berpengaruh
signifikan atau pengaruhnya tidak besar terhadap Indeks Pembangunan Manusia di
Kabupaten Bojonegoro selama periode tahun 2002-2019. Yang
dapat diketahui dari hasil uji yang menujukkan nilai t hitung kurang dari
t tabel (1,137 ≤ 1,761) selain itu apabila dilihat dari signifikasinya yaitu 0,275 atau lebih dari tingkat
signifikasi 0,05. Hal ini disebabkan terjadinya
peningkatan jumlah angkatan kerja tetapi lowongan pekerjaan
yang tersedia tidak sesuai dengan jumlah
yang dibutuhkan, selain itu keterampilan yang dimiliki oleh angkatan kerja belum sesuai
dengan yang dibutuhkan oleh
penyedia lapangan pekerjaan. Sehingga masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan pokoknya karena tidak memiliki pendapatan.
Kemiskinan yang diuji
secara parsial menunjukkan hasil bahwa kemiskinan dapat berpengaruh terhadap indeks pembangunan manusia di Kabupaten
Bojonegoro selama 2002 hingga 2019. Yaitu jika terjadi peningkatan
pada angka kemiskinan akan menyebabkan angka IPM menurun yang disebabkan oleh menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat. Yang dapat diketahui dari hasil uji yang menunjukkan nilai t hitung lebih dari t tabel
(3,404 ≥ 1,761) selain itu dilihat dari
tingkat signifikasinya yaitu 0,004, hal
ini digambarkan oleh meningkatnya daya beli masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya sehingga
kesejahteraan akan meningkat yang akan meningkatkan angka IPM.
Adarma, Tulus.
(2021). Mulai 2017, Pengangguran di Bojonegoro Terus Meningkat. Retrieved from
beritajatim.com website: https://beritajatim.com/politik-pemerintahan/mulai-2017-pengangguran-di-bojonegoro-terus-meningkat/
Adelfina, Jember,
Made. (2016). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan, Dan Belanja Daerah
Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Kabupaten Kota Provinsi Bali Periode
2005 - 2013. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, 5(10),
1011�1025.Google Scholar
Anggraheni, Yesi.
(2016). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran dan Kemiskinan terhadap
Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Tengah Tahun 2010-2013. Jurnal Ekonomi.Google Scholar
Ayub, M. (2018). Pengaruh
pertumbuhan ekonomi, pengangguran dan kemiskinan terhadap indeks pembangunan
manusia Kabupaten/Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2010-2015. 1�73.Google Scholar
Baeti, Nur. (2013). pengaruh
pengangguran, pertumbuhan ekonomi, dan pengeluaran pemerintah terhadap
pembangunan manusia kabupaten/kota di provinsi jawa tengah tahun 2007-2011.
3, 85�98.Google Scholar
Badan Pusat Statistik. 2020. Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa
Timur Menurut Kabupaten/Kota Berbagai Tahun Terbitan. BPS Jawa Timur
.
Badan Pusat Statistik. 2020. Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kabupaten Bojonegoro Berbagai Tahun Terbitan. BPS Bojonegoro
Badan Pusat Statistik. 2020. Presentase Penduduk Miskin Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berbagai Tahun Terbitan. BPS Jawa
Timur
Badan Pusat Statistik. 2020. Tingkat Pengangguran Tebuka dan Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja Menurut�
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berbagai Tahun Terbitan. BPS
Jawa Timur
Badan Pusat Statistik. 2020. Statistik Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Bojonegoro
2019. BPS Bojonegoro
Badan Pusat Statistik. 2020. Bojonegoro Dalam Angka 2020. BPS
Bojonegoro
Badan Pusat Statistik. 2021. Bojonegoro Dalam Angka 2021. BPS
Bojonegoro
Dewi, N., Yusuf, Y.,
& Iyan, R. (2017). Pengaruh Kemiskinan Dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap
Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Riau. Jurnal Online Mahasiswa
Fakultas Ekonomi Universitas Riau, 4(1), 870�882.Google Scholar
Fatimah, Siti Nur.
(2019). Analisis Pengaruh Kemiskinan, Pengangguran dan Pertumbuhan Ekonomi
Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Banten Tahun 2010-2015. Jurnal
Ekonomi, (9).
Huda, Syaiful.
(2021). Peta sebaran kantong-kantong kemiskinan Di Bojonegoro.
Mankiw, Gregory.
(2006). Makro Ekonomi Edisi Keenam. Jakarta: Selemba Empat.
Meydiasari, Dewi
Azizah, & Soejoto, Ady. (2017). Analisis Pengaruh Distribusi Pendapatan,
Tingkat Pengangguran, Dan Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan Terhadap IPM
Di Indonesia. Jurnal Pendidikan Ekonomi Manajemen Dan Keuangan, 01(02),
116�126.Google Scholar
Mirza, Denni
Sulistio. (2012). Pengaruh Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi, Dan Belanja Modal
Terhadap Ipm Jawa Tengah. JEJAK: Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan, 4(2),
102�113. Google Scholar
Ningrum, Jahtu
Widya, Khairunnisa, Aziza Hanifa, & Huda, Nurul. (2020). Pengaruh Kemiskinan
, Tingkat Pengangguran , Pertumbuhan Ekonomi dan Pengeluaran Pemerintah
Terhadap Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ) di Indonesia Tahun 2014-2018 dalam
Perspektif Islam. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(02), 212�222.Google Scholar
Noviatamara, Ayu,
Ardina, Tiffany, & Amalia, Nurisqi. (2019). Analisis Pengaruh Pertumbuhan
Ekonomi Dan Tingkat Pengangguran Terbuka Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal
REP (Riset Ekonomi Pembangunan), 4(1), 53�60. Google Scholar
Sekretariat Daerah
Bojonegoro, Bagian Perekonomian. (2019). Analisis Kesejahteraan Rakyat
Bojonegoro Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi dan Meningkatkan Daya Saing
Dengan Filosofi Ekonomi Kreatif. Bojonegoro: Bagian Perekonomian Setda
Kbupaten Bojonegoro.
Sekretariat Daerah
Jatim, Biro Perekonomian. (2020). Data Dinamis Perekonomian Jawa Timur.
(April).
Sukirno, Sadono.
(1985). Ekonomi Pembangunan. Jakarta : LPFE-UI Bima Grafika.
Umiyati, Etik,
Amril, Amril, & Zulfanetti, Zulfanetti. (2017). Pengaruh Belanja Modal,
Pertumbuhan Ekonomi Dan Jumlah Penduduk Miskin Terhadap Indeks Pembangunan
Manusia Di Kabupaten/Kota Provinsi Jambi. Jurnal Sains Sosio Humaniora, 1(1),
29�37. Google Scholar
Wahidmurni. (2017).
Pemaparan Metode Penelitian Kuantitatif. Repository UIN Malang, 6,
5�9.
Winarti. (2014).
Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan, Kemiskinan, Dan Pdb
Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Indonesia Periode 1992-2012. Universitas
Diponogoro, 1�72.Google Scholar
Zakaria, Rizaldi.
(2018). Pengaruh Tingkat Jumlah Penduduk, Pengangguran, Kemiskinan, Pertumbuhan
Ekonomi Dan Belanja Modal Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2010-2016. Dspace UII.Google Scholar
Kurnia Sari Dewi,
Wiwin Priana Primandhana dan Mohammad Wahed (2021) |
First publication right : Journal Syntax Idea |
This article is licensed under: |