Syntax
Idea : p�ISSN: 2684-6853� e-ISSN : 2684-883X
Vol.
1, No 8 Desember 2019
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PESERTA
DIDIK
R.
Dudi Rudiatna
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Cipatat
Email: [email protected]
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa
kelas XII E 1 Paket Keahlian Teknik Elektronika Industri SMK Negeri 1 Katapang dengan menerapkan model pembelajaran project
based learning.Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (classroom
action research) untuk mengatasi permasalahan yang ada di dalam kelas. Subjek
penelitian yang digunakan adalah siswa kelas XII E1 semester ganjil tahun ajaran 2017/2018 yang
berjumlah 35
siswa. Penelitian dilakukan dalam dua siklus dan setiap siklus dilakukan
refleksi terhadap tindakan yang diberikan. Teknik pengumpulan data menggunakan
lembar observasi, tes hasil belajar, tugas proyek dan dokumentasi. Metode pada analisis data ini dengan menggunakan metode analisis deskriptif
kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran project based learning
pada mata pelajaran Pembuatan dan perbaikan peralatan elektronika dapat meningkatkan aktivitas
belajar dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas belajar
siswa siklus 1 sebesar 71,69%
dan meningkat pada siklus 2 menjadi 83,88%. hasil belajar siswa pada siklus 1
sebesar 74
dimana 14
siswa nilainya
dinyatakan sudah tuntas. Sedangkan pada siklus kedua, rata-rata dari hasil belajar siswa adalah sebesar 86 dengan 30 siswa nilainya dinyatakan
telah tuntas.
Kata Kunci : Project
based learning, aktivitas belajar, hasil belajar, pembuatan dan perbaikan peralatan
elektronika
Pendahuluan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era
revolusi industri 4.0 ini sangat pesat. Perkembangan ini menuntut setiap
individu memiliki keterampilan dan pengetahuan yang tinggi agar dapat bersaing
dengan individu lain. Untuk mendapatkan keterampilan dan pengetahuan tersebut
hanya dapat dicapai melalui proses pendidikan.
Pendidikan di sekolah merupakan pendidikan formal
yang melibatkan guru dan peserta didik. Interaksi antara guru dan peserta didik
ini dapat disebut sebagai proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan
suatu proses transformasi ilmu dari guru kepada peserta didik. Tujuan
pendidikan pada dasarnya mengantarkan para peserta didik menuju perubahan
tingkah laku baik intelektual, moral, maupun sosial budaya. Proses pembelajaran
bertujuan agar peserta didik dapat mencapai kompetensi seperti yang diharapkan.
Salah satu
indikator tingginya kualitas pembelajaran dalam pendidikan adalah adanya
kesempatan dan ruang bagi siswa untuk mengembangkan potensi dan bakat yang
dimiliki dan dapat memenuhi kebutuhan emosional pesertadidiknya (Cholik, 2017). Proses pembelajaran yang efektif dapat terlihat dari
adanya interaksi dua arah antara guru dengan peserta didik. Menurut Permendikbud Nomor 81a
Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari
guru ke peserta didik. Peserta didik ialah subjek yang memiliki kemampuan secara aktif mencari, mengolah,
mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Di dalam proses belajar mengajar
pusat pembelajaran merupakan peserta didik (student centered) sementara guru berperan sebagai
fasilitator yang memfasilitasi peserta didik agar secara aktif menyelesaikan masalah dan membangun pengetahuannya secara
berpasangan ataupun berkelompok (kolaborasi antar peserta didik). Demi terciptanya pembelajaran secara efektif maka perlu adanya
pembelajaran aktif. Yaitu pembelajaran yang sangat memungkinkan peserta didik mampu
berperan aktif dalam pembelajaran tersebut dalam bentuk interaksi antar peserta
didik maupun peserta didik dengan guru pada saat pembelajaran.�
Sekolah Menengah Kejuruan ialah lembaga pendidikan formal yang menyiapkan
peserta didik atau peserta didik memiliki keterampilan dan pengetahuan untuk
bekal memasuki dunia kerja. Sekolah Menengah Kejuruan sebagai pencetak tenaga
kerja yang sudah siap dan harus membekali peserta didik dengan keterampilan dan
pengetahuan yang sesuai dengan program keahlian masing-masing. Lulusan SMK
diharapkan kompeten dalam bidang kerjanya serta mampu bersaing dengan yang
lainnya untuk meningkatkan produktivitas kerja. Pada
mata pelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan terdapat salah satu ilmu
pengetahuan yang sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman serta tuntutan dunia
industri yaitu mata pelajaran Pembuatan Dan Pemeliharaan Peralatan Elektronika
(PPPE). Pelajaran Pembuatan Dan Pemeliharaan Peralatan Elektronika di dunia
usaha dan dunia industri khususnya bidang elektronika mempunyai peranan yang
sangat penting karena dengan pelajaran ini peserta didik dapat merancang dan
membuat peralatan elektronika sekaligus dapat melakukan perbaikan dan
pemeliharaan peralatan elektronika tersebut.�
Di SMK Negeri 1 Katapang pada jurusan Teknik Elektronika Industri, mata
pelajaran Pelajaran Pembuatan Dan Pemeliharaan Peralatan Elektronika diberikan
pada kelas XII.
Berdasarkan hasil observasi awal diketahui bahwa masih terdapat permasalahan
saat proses pembelajaran pada mata pelajaran Pembuatan Dan Pemeliharaan
Peralatan Elektronika di Jurusan Teknik Elektronika Industri SMK Negeri 1
Katapang, yaitu bahwa pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher
centered). Pada proses pembelajaran tersebut guru menyampaikan pembelajaran
dengan menggunakan LCD proyektor, guru memberikan instruksi atau contoh
kemudian peserta didik menirukan apa yang dicontohkan. Tetapi partisipasi� dari�
para� peserta didik� masih kurang,�
hal ini ditandai dengan, (1) jarangnya peserta didik bertanya maupun
menanggapi pertanyaan. (2) Peserta didik jarang mengkomunikasikan kesulitan
yang dialaminya� kepada guru. (3) peserta
didik juga sering terlambat dalam mengumpulkan tugas.
Pemahaman peserta didik pada materi yang sudah disampaikan juga masih
rendah. Hal ini dibuktikan dengan (1) pada saat diberi pertanyaan langsung oleh
guru, peserta didik sering kesulitan menjawab. (2) pada ulangan harian, hanya 9
dari 35 peserta didik yang nilainya lebih tinggi dari KKM.
Hasil observasi aktivitas
belajar peserta didik yang dilakukan oleh penulis selama mengajar di kelas
XII� E1 Paket Keahlian Teknik Elektronika
Industri SMK Negeri 1 Katapang, disajikan pada tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1
Aktivitas Belajar Peserta
didik Awal Penulisan
No. |
Aspek Aktivitas Belajar Peserta didik |
Persentase XII E1 |
1 |
Sikap peserta didik dalam proses pembelajaran |
50% |
2 |
Kerjasama peserta didik dalam proses pembelajaran |
32% |
3 |
Partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran |
33% |
|
Persentase rata-rata aktivitas belajar peserta didik |
38% |
Sumber:� �Hasil� pengamatan�
aktivitas� belajar mata
pelajaran� Pembuatan
dan pemeliharaan peralatan
elektronika tahun pelajaran 2017/2018 (lampiran 2).
Data hasil pengamatan di
kelas� XII E1 Paket Keahlian Teknik Elektronika
Industri menunjukkan besarnya persentase sikap peserta didik dalam� proses�
pembelajaran� sebesar� 50%,�
kerjasama� peserta didik� dalam�
proses� pembelajaran sebesar� 32%,�
partisipasi� peserta didik� dalam�
proses� pembelajaran� sebesar�
33%, sedangkan�� rata-rata�� aktivitas��
belajar�� peserta didik�� sebesar��
38%.�� Rendahnya aktivitas belajar
peserta didik juga diiringi dengan rendahnya hasil belajar peserta didik, yang
sebagian besar hasil belajar peserta didik tidak mencapai kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang telah ditetapkan, yaitu 75.
Sedangkan hasil ulangan harian Peserta didik� kelas�
XII E1� tahun pelajaran 2017/2018
adalah sebagai berikut:
Tabel 2
Daftar Nilai Ulangan Harian Peserta didik
Kelas |
Jumlah Peserta didik |
KKM |
Tuntas |
Persentase |
Tidak Tuntas |
Persentase |
XII E1 |
35 |
75 |
9 Peserta didik |
26% |
26 Peserta didik |
74% |
�Sumber: Nilai ulangan harian mata� pelajaran Pembuatan Dan Pemeliharaan
Peralatan Elektronika ��semester ganjil tahun�
pelajaran 2017/2018 (lampiran 3).
Tabel 2 menunjukkan persentase peserta didik kelas XII E1 Paket Keahlian
Teknik Elektronika Industri yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM)
sebesar 26% (9 peserta didik), dan persentase peserta didik yang tidak mencapai
kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 74% (26 peserta didik).
Model pembelajaran Project Based Learning ini
dianggap mampu diterapkan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan pada proses
pembelajaran pembuatan dan pemeliharaan peralatan elektronika karena peserta didik dituntut untuk lebih aktif dan kreatif.
Metode Penelitian
Pada penelitian ini, metode penelitian yang digunakan
merupakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK ini ialah salah satu
upaya bagi para guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang
dilakukan untuk memperbaiki, dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.
Penelitian Tindakan Kelas ialah kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas
sebagai guru di lapangan. Singkatnya PTK merupakan penelitian praktis yang
dilakukan di kelas dan bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran yang
ada.
�Penelitian tindakan
kelas mempunyai banyak model. Peneliti dapat memilih salah satu model yang
sesuai dengan yang dikehendaki. Dalam pemilihan model tidak ada pertimbangan
baku, hanya saja, peneliti disarankan memilih salah satu model yang sesuai
dengan kemampuan peneliti. Apabila peneliti telah familier dengan model
Mckernan misalnya, akan lebih tepat apabila model itu dipilih. Akan tetapi,
apabila peneliti menghendaki suasana lain atau mencari pengalaman lain, maka
peneliti boleh saja memilih model yang lain (Suwandi & Si, 2008).
Instrumen dan teknik pengumpulan data yang akan
dibuat dalam penelitian ini meliputi pre
test, post test, observasi serta dokumentasi. Menurut Sugiyono Post test
tersebut menggunakan uji validitas tes dengan
rumus (Sugiyono, 2009):
r
Sedangkan
menurut Arikunto uji reliabilitas penelitian ini, reliabilitas
bentuk uraian menggunakan product momen
dahulu, yaitu (Suharsimi, 2006):
r�������
Hasil dan Pembahasan
������ Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa siswa lebih tertarik menggunakan model pembelajaran Project Based Learning (PBL) pada� materi pokok membuat light meter. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan aktivitas dan hasil belajar pada setiap siklusnya. Dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) siswa lebih memahami materi pelajaran, sehingga siswa jadi lebih aktif dalam berdiskusi kelompok. Hal tersebut dikarenakan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif dimana� siswa� belajar� dalam� kelompok� kecil dengan menggunakan lembar kegiatan untuk menuntaskan materi pembelajaran, kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami�� bahan pembelajaran melalui diskusi antar anggota kelompok.
1.
Siklus I
Pada
siklus I terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebesar 7,70% dan rata-rata nilai kelas
sebesar 52,94% dari hasil observasi awal
yang dilakukan, sedangkan
peningkatan aktivitas belajar siswa sebesar 7,70% dan
rata-rata nilai kelas sebesar 36,26% dari hasil observasi
awal aktivitas belajar siswa yang dilakukan. Peningkatan tersebut terjadi karena
pada siklus I peneliti menerapkan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) pada mata materi pokok membuat light meter �dengan membagi siswa menjadi 11 kelompok yang terdiri dari 3 orang secara heterogen. Namun peningkatan hasil belajar
pada siklus I belum memenuhi kriteria keberhasilan karena jumah siswa yang
mempunyai nilai minimal KKM < 75% dan rata-rata nilai kelas belum mencapai KKM. Selain itu peningkatan aktivitas
belajar pada siklus I juga belum memenuhi kriteria keberhasilan karena persentase rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 71,69% < 75% dan persentase rata-rata aktivitas belajar siswa sudah� menunjukkan kategori tinggi. Hal tersebut dikarenakan
guru sudah menggunakan power point dan
pemutaran video dalam menyampaikan materi sehingga
siswa mulai tertarik dan fokus terhadap penjelasan guru. Namun kebanyakan siswa
terlihat asyik mengobrol
dengan temannya. Bahkan pada saat guru memberikan kesempatan untuk bertanya,
tidak ada respon yang positif dari siswa, mereka belum aktif bertanya�
walaupun� guru� sudah�
memancing� dan� memberikan�
waktu� kepada siswa� untuk�
bertanya tentang tentang materi menghitung� gaya�
batang� pada konstruksi rangka
sederhana menggunakan metode kesetimbangan titik buhul. Dalam kegiatan kelompok
tampak ada beberapa siswa yang tidak ikut dalam berdiskusi dengan anggota
kelompoknya. Pada siklus I ini kerjasama dan interaksi� antar�
anggota� kelompok� terlihat�
masih� kurang, banyak� siswa�
yang bertanya pada guru tentang tugas yang diberikan. Siswa enggan
mengeluarkan pendapat�� pada�� saat��
diskusi�� kelompok.�� Setelah tugas kelompok selesai dikerjakan,
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka untuk dibahas bersama-sama.
Dalam presentasi siswa terlihat kurang percaya diri dalam mempresentasikan
hasil diskusi dan belum terlihat interaksi tanya jawab antar kelompok. Maka
dari itu peneliti bersama observer merefleksikan hasil tindakan dengan cara
mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan pada siklus I dan melakukan
penyempurnaan untuk merumuskan tindakan-tindakan perbaikan pada siklus
berikutnya. Pada siklus I ini terdapat 7
aspek pada penilaian aktivitas belajar masih dibawah kriteria
keberhasilan.� Dengan demikian perlu dilakukan perbaikan
tindakan pada siklus II untuk memperbaiki aktivitas belajar siswa yang masih� berkategori�
cukup� dan� mencapai kriteria keberhasilan penelitian,
sehingga peneliti bersama observer memutuskan untuk melanjutkan penelitian
siklus II.
2.
Siklus II
Pada� siklus�
II� terjadi� peningkatan�
aktivitas� belajar� siswa�
sebesar 12,19% dan
rata-rata skor kelas sebesar 83,88%, sedangkan peningkatan hasil belajar siswa sebesar 13,86% dan rata-rata nilai kelas
sebesar 25,71% dari
siklus sebelumnya. Peningkatan tersebut terjadi karena peneliti berkolaborasi
dengan guru dan observer memperbaiki kekurangan tindakan siklus II pada
pelaksanaan pembelajaran pada materi pokok pembuatan light meter menggunakan model
pembelajaran Project Based
Learning (PjBL).
Peningkatan hasil belajar pada siklus II sudah memenuhi kriteria keberhasilan
karena jumlah siswa yang mempunyai nilai minimal KKM sudah ≥ 75% dan
rata-rata nilai kelas sudah mencapai KKM. Selain itu peningkatan aktivitas
belajar pada siklus II juga sudah memenuhi kriteria keberhasilan karena jumlah
siswa yang mempunyai persentase rata-rata aktivitas
belajar siswa sebesar 83,88% �≥�
75%� dan persentase
rata-rata aktivitas belajar siswa sudah� menunjukkan kategori sangat tinggi. Hal tersebut dikarenakan
guru selalu memotivasi dan melakukan perbaikan tindakan sehingga siswa
memperhatikan� dan� mencatat�
apa� yang disampaikan oleh� guru.�
Siswa juga aktif bertanya tentang materi pembuatan light meter. Dalam kegiatan kelompok tampak semua
siswa ikut dalam berdiskusi dengan anggota kelompoknya. Pada siklus ini
interaksi antar anggota kelompok sudah cukup baik dan beberapa siswa aktif
mengeluarkan pendapat pada saat diskusi�
kelompok.� Kerjasama antara anggota� kelompok�
sudah� terlihat� terbukti siswa saling membantu dalam diskusi
yang dilaksanakan. Di sini guru sangat berperan dalam membimbing siswa-siswa
yang mengalami kesulitan dan mengarahkan siswa untuk bekerja sama demi keberhasilan
semua anggota kelompok. Setelah tugas kelompok selesai dikerjakan,
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka untuk dibahas
bersama-sama. Di sini siswa� sudah mulai
percaya diri dalam mempresentasikan hasil diskusi dan terjadi interaksi tanya
jawab antar kelompok. Peneliti bersama guru dan observer merefleksikan hasil
tindakan dengan cara mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan pada siklus
II. Pada siklus II ini semua aspek pada penilaian aktivitas belajar sudah
berkategori baik. Dengan demikian tidak perlu dilakukan perbaikan tindakan pada
siklus selanjutnya, sehingga peneliti bersama guru dan observer memutuskan
untuk mengakhiri penelitian.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran Pembuatan dan perbaikan peralatan elektornika kelas XII E1 Paket Keahlian Teknik Elektronika Industri SMK Negeri 1 Katapang� dapat disimpulkan sebagai berikut:
a) Pelaksanaan pembelajaran pada
mata pelajaran Pembuatan Dan Perbaikan Peralatan Elektronika dengan menggunakan
model pembelajaran Project Based Learning
di kelas XII E1 Paket Keahlian Teknik Elektronika Industri dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini berdasarkan data pengamatan
dari semua aspek yang diamati pada siklus I dengan persentase aktivitas belajar
siswa sebesar 71,69% dan meningkat pada siklus II dengan persentase rata-rata
kelas sebesar 83,88%. Jumlah peningkatan aktivitas belajar siswa antara siklus
I dan siklus II sebesar 12,19 %.� ���������
b) Pelaksanaan pembelajaran pada
mata pelajaran Pembuatan Dan Perbaikan Peralatan Elektronika dengan menggunakan
model pembelajaran project based learning
di kelas XII E1 Paket Keahlian Teknik Elektronika Industri dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini berdasarkan bahwa rata-rata hasil
belajar siswa pada siklus I sebesar 74 dimana 14 siswa nilainya dinyatakan
sudah tuntas. Sedangkan pada siklus kedua, rata-rata hasil belajar siswa
sebesar 86 dengan 30 siswa nilainya dinyatakan telah tuntas.
c) Implikasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran project based learning terbukti efektif dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XII E1 Paket Keahlian Teknik Elektronika Industri.
BIBLIOGRAFI
Cholik, Cecep Abdul. (2017). Pemanfaatan Teknologi
Informasi Dan Komunikasi Untuk Meningkatkan Pendidikan Di Indonesia. Syntax
Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(6), 21�30.
Sugiyono, Prof Dr. (2009). Metode
Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R &D, Alfabeta. Bandung.
Suharsimi, Arikunto. (2006). Prosedur
penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Suwandi, Basrowi Dan, & Si, M. (2008).
Memahami Penelitian Kualitatif Jakarta: PT. Reneka Cipta.