Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�����
Vol. 3, No. 4, April 2021
PENINGKATAN KINERJA BIDANG KESEHATAN,
MOTIVASI DAN PELAYANAN PRIMA
Harries
Madiistriyatno dan Adi Setiawan
Sekolah Tinggi Managemen Immi
Jakarta,Indonesia
Email:
[email protected]
dan [email protected]
Abstract
The purpose of this
study is anything to know how big the appearance of the field of health,
pelitif and excellent service This research method of descriptive statistical
analysis in a double way double with the method of double pardigma two free variables
and one variable variable. each variable is a promise, the 33rd relationship,
one by one or good. analysis of which analysis between analysis variables with
Health Field Performance may be Y= 47.215+ 0.123X2 and double regression
related between variables and excellent service together with health field
performance again Y= 27.594+ 0.370 X1+ 0.127X2. From the results of this study,
there is an influence between the capabilities of the health sector in puskesmas
which is linked to the research hypothesis, namely there is an influence
between the health sector and the health sector, there is the influence of
excellent services with the field of health, and there is the influence of
excellent capabilities and services together with the field of health in the Tanjungsari
Health Center Bogor Regency.
Keywords: motivation; excellent;
servants
Abstrak
Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kinerja bidang kesehatan, motivasi dan pelayanan prima Penelitian ini menggunakan metode analisis statistic
deskriptif dengan menggunakan pendekatan ganda dengan mengedepankan pardigma
ganda dua variabel bebas dan satu variabel terikat. masing-masing variabel
adalah kinerja, hubungan diantara ketiganya, satu persatu maupun secara
persamaan. analisis yang digunakan adalah analisis tersebut didapat persamaan regresi antara variabel motivasi dengan Kinerja Bidang
Kesehatan adalah Y= 47,215+ 0,123X2 dan regresi ganda yang menyatakan hubungan
antara variabel motivasi dan pelayanan prima secara bersama-sama dengan kinerja
bidang kesehatan adalah Y= 27,594+ 0,370 X1+ 0,127X2. Dari hasil penelitian ini
menyatakan bahwa ada pengaruh antara motivasi dengan kinerja bidang kesehatan
di Puskesmas yang menjawab hipotesis penelitian yaitu ada pengaruh antara
motivasi dengan kinerja bidang kesehatan, ada pengaruh pelayanan prima dengan
kinerja bidang kesehatan, dan ada pengaruh motivasi dan pelayanan prima secara
bersama-sama dengan kinerja bidang kesehatan di Puskesmas Tanjungsari Kabupaten
Bogor.
Kata Kunci: motivasi; pelayan prima; kinerja��������������
Pendahuluan
Masalah
kesehatan masyarakat di negara-negara sedang berkembang pada prinsipnya
menyangkut dua aspek. Pertama adalah aspek
fisik, yaitu yang berhubungan dengan tingginya angka kelahiran dan kematian,
masalah penyakit menukar, rendahnya mutu sanitasi lingkungan, tingginya
penyakit kekurangan gizi dan sebagainya. Aspek yang kedua adalah aspek
non-fisik yaitu yang berkaitan dengan tanggapan masyarakat terhadap
sehat,sakit, serta hal-hal yang berhubungan dengan itu seperti masalah
ketidaktahuan (ignorancy) dan rendahnya pengetahuan, kesadaran, dan
sikap terhadap sehat-sakit, gizi/makanan, sanitasi, fasilitas dan sebagainya (Ryadi, 2016).
Aspek
non-fisik dibidang kesehatan masyarakat pada hakekatnya mengangkut perilaku
kesehatan. Terhadap pelayanan
pada bidang kesehatan didapatkan pusat layanan kesehatan
seperti rumah sakit, klinik, ataupun puskesmas (Hardiyanti, 2017).
Sebagai
sebuah organisasi yang kompleks dengan padat karya, padat teknologi, dan padat
profesi, maka untuk kebutuhan pelanggan diperhatikan semaksimal mungkin dengan
memberikan pelayan prima sehingga pelanggan mendapatkan kepuasan. Dalam
melaksanakan upaya-upaya dibidang kesehatan, puskesmas merupakan salah satu
institusi pelayan kesehatan yang bertanggung jawab memberikan layanan yang
bermutu tinggi bagi masyarakat dari kalangan menengah kebawah (Undang-undang nomor 23, 1992).
Puskesmas
dalam melaksanakan tugasnya harus menjalankan beberapa fungsi, menyelenggarakan
pelayan penunjang medis selain pelayanan medis dan non medis. Dari berbagai sumber disebutkan bahwa. Prinsip �II (2) utama perbaikan mutu dan kinerja
pelayanan kesehatan adalah kepedulian terhadap pelanggan. Pasien sebagai
pelanggan eksternal tidak hanya menginginkan kesembuhan dari sakit yang
diderita yang merupakan luaran (outcome) pelayan, tetapi juga merasakan
dan menilai bagaimana ia diperlakukan dalam proses pelayanan (Muninjaya,
2019).
�Pusat pelayanan
kesehatan masyarakat sebagai suatu unit organisasi yang
bergerak dibidang pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan dan
mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang
melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
untuk masyarakat disuatu wilayah kerja tertentu yang telah ditentukan secara
mandiri dalam menentukan kegiatan namun tidak mencangkup aspek pembiayaan� (Situmorang, 2013).
Upaya peningkatan
kinerja bidang kesehatan, berdasarkan pada (Undang-undang nomor 23, 1992). Oleh karenanya
profesionalisme pegawai kesehatan sangat dibutuhkan terutama sesuai dengan
standar dan pedoman pada tujuan pembangunan kesehatan yang pada hakekatnya
mewujudkan Indonesia Sehat 2010, antara lain memuat harapan agar penduduk
Indonesia memiliki untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, dan
merata. Puskesmas adalah sebagai ujung tombak pelayanan
kesehatan dasar dalam mewujudkan komitmen
peningkatan mutu layanan kesehatan (Lidya Aminatin, 2010).
Sebagai
sebuah organisasi, puskesmas mempunyai peran dan tanggungjawab. Adapun ruang
lingkup� peran puskesmas adalah yang
tercangkup pada penilaian kinerja puskesmas yang telah ditetapkan oleh Kementerian
Kesehatan. Meliputi pada layanan kesehatan yang tercangkup pada kebijakan
nasional, yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan dan jenis layanannya
disusun oleh� Dinas Kesehatan
kabupaten/kota, pelaksanaan manajemen yang terdiri dari proses penyusunan, perencanaan,
dan pelaksanaan lokakarya dan manajemen SDM (Fitriyanti, 2016). Mutu layanan puskesmas dinilai pada standar yang
ditetapkan sampai pada pengukuran pada tingkat kepuasan pengguna jasa layanan
kesehatan dipuskesmas (Butar-Butar & Simamora, 2016).
Kinerja
bidang kesehatan di puskesmas, sama artinya dengan memberikan layanan yang
bermutu. Hal ini dipengaruhi banyak faktor-faktor terutama pada 3(tiga)
perubahan besar, yang memberikan tantangan dan peluang. Perubahan itu adalah
(1) sumberdaya yang terbatas, (2) adanya kebijakan desentralisasi dan (3)
berkembangnya kesadaran akan pentingnya mutu dalam layanan kesehatan (Calundu, 2018).
Salah
satu faktor meningkatnya kinerja sebagai yang profesional, cepat, bersih,
ramah, dan pelayan yang memberi kepuasan dan kesembuhan bagi pasien, adalah
terlihat dari sumber daya fisik maupun sumber daya manusia. Sumber daya fisik
menuju kinerja yang baik adalah sarana dan prasarana yang memadai, meliputi
ruangan, alat kesehatan utama, alat diagnostik dan alat penunjang diagnostik
serta alat kesehatan untuk suatu tindakan medik. Disamping itu juga tidak kalah
pentingnya sumber daya manusia yang memenuhi syarat, baik kuantitas maupun
kualitas. Petugas yang mempunyai pengetahuan yang tinggi, keterampilan yang
andal dan tingkah laku yang baik (Etlidawati & Handayani, 2017).
Pada
aspek sumber daya manusia sangat erat kaitanya dengan tenaga kesehatan, baik
dilihat dari motivasi maupun pelayanan prima yang ada pada tiap-tiap personel pegawai
yang ada di Puskesmas. Kinerja suatu institusi pelayanan kesehatan akhir-akhir
ini banyak menjadi sorotan, terutama sejak timbulnya iklim yang lebih
demokratis dalam pemerintahan. Hal ini tentu saja terkait dengan masalah
ketenagaan dalam suati institusi pelayanan kesehatan yang bersifat substansif,
mengingat fungsi tenaga kesehatan sebagai pemberi jasa layanan kesehatan sangatlah
kompleks. Sehingga perlu ada usaha sadar dalam mencermati faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja tenaga paramedis disebuah layanan kesehatan (Etlidawati & Handayani, 2017).
Mutu
kinerja puskesmas sangat menentukan efisiensi terutama pada tingakt kinerja
yang sering digolongkan pada mutu layanan kesehatan. Pelayanan prima yang
bermutu rendah tidak dapat menyokong pada kinerja bidang kesehatan di Puskesmas
dalam usaha mendapatkan surplus keuangan malah bisa sebagai penyebab
kebangrutan. Walaupun kenyataannya Puskesmas diarahkan pada warga menengah
bawah dengan kemampuan ekonomi yang sangat bervariatif. Beberapa orang
menganggap SDM aset yang sangat mahal, namun beberapa orang tidak menggolongkan
SDM sebagai aset karena� dari segi
akunting SDM tidak mempunyai nilai jualnya. Pada kenyataan ya dipuskesmas SDM
yang terampil dan berdedikasi tinggi sangat dibutuhkan dan memang suatu hal
yang langka. Sehingga dam mencapai tingkatan itu perlu adanya motivasi dari
berbagai pihak secara internal maupun eksternal dalam meningkatkan layanan pada
bidang kesehatan dipuskesmas (Wahyu, 2015).
Motivasi
dikenal sebagai dorongan yang timbul dari hati seseorang untuk melakukan
sesuatu dalam mencapai tujuan. Dipengaruhi berbagai faktor yang dimulai pada
konsep dorongan kebutuhan. Motivasi seringkali merusak kegiatan seseorang. Timbulnya
kebutuhan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya menimbulkan dorongan
manusia untuk melakukan sesuatu. Sehingga faktor kompensasi seringkali menjadi
penyebab produktivitas kinerja pegawai dalam menjalankan tugasnya (Daud, 2012).
Kompensasi
yang diterima tenaga kesehatan sangat mempengaruhi� pada tingkat layanan kesehatan yang ada
dipuskesmas. Konsumen sebagai pengguna jasa telah mendapatkan perlindungan
secara hukum dengan munculnya (Undang-undang No.8, 1999) tentang perlindungan
konsumen telah menuntut perawat sebagai pemberi jasa untuk mampu memberikan
pelayanan bermutu sesuai standar yang ditentukan. Termasuk dari semua tenaga
paramedis yang ada dipuskesmas. Maka dari itu perlu adanya peningkatan kinerja
yang dibarengi oleh motivasi yang timbul dari dalam maupun luar tenaga medis.
Penelitian
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pada tingkat kinerja bidang kesehatan
dipuskesmas saat ini masih sangat kurang diminati. Terutama pada aspek motivasi
dan pelayanan prima yang ada pada diri tenaga kesehatan sebagai pemberi jasa
kesehatan. Oleh karena itu perlu kiranya diadakan penelitian tentang hal-hal
yang berkaitan dengan hal-hal diatas. Semakin tinggi kesadaran masyarakat akan
pentingnya kualitas layanan kesehatan dipuskesmas akan mendorong dan secara tidak
langsung menuntut perawat dan tenaga medis lainnya untuk mampu memberikan
pelayanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar yang telah
ditentukan(Daulay, 2020).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
seberapa besar kinerja bidang kesehatan, motivasi dan pelayanan prima.
Metode Penelitian
Data penelitian diperoleh langsung dari tenaga yang ada dan pasien yang datang berobat disaat waktu penelitian
di Puskesmas Tanjungsari Kabupaten Bogor, sehingga datanya bersifat primer yaitu dengan cara
memberikan instrument. Data penelitian
terdiri dari tiga jenis data yaitu : (1) data penelitian Motivasi terhadap Kinerja Bidang Kesehatan di Puskesmas Tanjungsari Kabupaten Bogor diperoleh dengan cara mengambil data dari sumber sekunder
yaitu melalui data ketenagaan yang ada pada puskesmas, dan (2) data penelitian
layanan prima terhadap
Kinerja Bidang Kesehatan di Puskesmas
Tanjungsari Kabupaten Bogor
dengan cara memberikan soal non tes atau koesioner,
dan (3) data penelitian kinerja
Bidang Kesehatan di Puskesmas
Tanjungsari Kabupaten Bogor
diperoleh dengan cara memberikan non tes atau kuesioner
kepada tenaga paramedis.
Sementara itu, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik qouta random sampling. Sehinga total dari jumlah responden adalah 60 responden pada November-Desember 2019.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
Penelitian mengenai pengaruh motivasi dan layanan prima terhadap kinerja karyawan ini akan di uji menggunakan uji regresi dan uji korelasi. Setelah itu dilanjutkan dengan uji hipotesis.
1. Pengaruh antara Motivasi (X1) dengan Kinerja Bidang Kesehatan (Y).
Analisis regresi linier sederhana
Y atas X1 menghasilkan persamaan garis linier Y = 34,226 + 0,366X1 artinya terdapat pengaruh positif antara Motivasi dengan Kinerja bidang Kesehatan. Kemudian dapat ditarik kesimpulan peningkatan suatu unit nilai pada motivasi menyebabkan peningkatan sebesar 0,2450 unit pada kinerja bidang kesehatan pada konstanta 34,226.
Analisis korelasi sederhana antara X1 dan Y menghasilkan koefisiensi korelasi (ry) sebesar 0,416 pengujian keberartian koefisiensi korelasi dengan menggunakan uji �t menghasilkan thitung = 3.487 dari daftar distribusi untuk db = 58 dan taraf signifikansi 0,05 diperoleh t tabel sebesar 1,67 tampak bahwa nilai t yang diperoleh dari analisis (thitung) lebih kecil daripada
t yang terdapat pada tabel
(ttabel) hal ini menunjukan bahwa t hitung signifikansi, dan oleh karenanya koefisiensi korelasi sebesar 0,416 pun signifikansi.
Koefisiensi determinasi adalah kuadrat dan koefisiensi korelasi antara X1 dan Y yaitu sebesar (0,416)2 = 0,832; ini menunjukan bahwa sekitar 8,32% variasi yang terjadi pada motivasi dapat dijelaskan oleh Variasi kinerja bidang kesehatan melalui persamaan regresi Y = 34,226 + 0,366 X1. Dengan
demikian hipotesis nol (H0) sebagaimana dinyatakan diatas ditolak, sebaliknya hipotesis alternatif diterima. Kesimpulannya ialah terdapat pengaruh positif antara motivasi dengan kinerja bidang kesehatan.
2. Pengaruh antara Pelayanan Prima (X2) dengan
Kinerja bidang Kesehatan (Y)
Analisis regresi linier sederhana
Y atas X2 menghasilkan persamaan garis regresi linier Y
47.215 + 0.123X2 persamaan garis regresi
tersebut cukup berarti dan linier. Dengan demikian dapat di tarik kesimpulan pengaruh peningkatan suatu unit nilai pada pelayanan prima menyebabkan peningkatan sebesar 0,0123 unit nilai pada kinerja bidang kesehatan pada konstanta 47.215.
Pengujian keberartian koefisiensi
korelasi dengan menggunakan uji �t menghasilkan thitung = 1,828 dari daftar distribusi untuk db = 58 dan taraf signifikansi 0,05 diperoleh ttabel sebesar 1,67 tampak bahwa nilai
t yang diperoleh dari analisis (thitung) lebih kecil daripada
t yang terdapat pada tabel
(ttabel) hal ini menunjukan bahwa thitung signifikansi.
3. Pengaruh antara Motivasi (X1) dan Pelayanan Prima
(X2) secara bersama-sama dengan Kinerja bidang Kesehatan
(Y)
Dari hasil perhitungan
analisis regresi jamak diperoleh persamaan garis Y = 27.591 + 0,370X1 + 0,127X2. Analisis korelasi jamak antara X1 dan X2 dengan Y menghasilkan koefisien korelasi (ry 12) sebesar 0,481.� Menghasilkan harga Ftuna cocok
adalah 3,703 sedangkan Ftabel sebesar 3,15; artinya signifikan, karena Fhitung < Ftabel, hal ini
menunjukan bahwa persamaan regresi Y = 27.591 +
0,370 X1 + 0,127X2 dapat dipertanggungjawabkan
untuk menarik kesimpulan mengenai pengaruh secara bersama-sama antara Motivasi dan Pelayanan Prima secara bersama-sama dengan Kinerja bidang Kesehatan tampak bahwa nilai
Fhitung < Ftabel. Hal ini menunjukan bahwa Fhitung signifikan.
Dengan demikian hipotesis nol (H0) yang dinyatakan diatas ditolak dan konsekuensinya hipotesis alternatif (H1) diterima. Kesimpulannya ialah terdapat pengaruh yang positif antara Motivasi dan Pelayanan Prima secara bersama-sama dengan Kinerja bidang Kesehatan.
B. Pembahasan
Dalam pembahasan penelitian
ini dilakukan dari dua segi,
yaitu hasil deskripsi tiap variabel dan hasil analisis korelasi antar variabel. Hasil analisis deskripsi tiap variabel menunjukan
bahwa:
Pertama, variabel motivasi diperoleh rentang skor antara 47 sampai dengan 58 dengan rata-rata observasi sebesar 52.5667. Kedua, variabel Pelayanan prima diperoleh rentang skor antara 38 sampai dengan 55 dengan rata-rata observasi sebesar 50.8833. Ketiga, variabel kinerja bidang kesehatan memperoleh rentang skor antara 50 sampai dengan 57 dengan rata-rata observasi
53.4667.
Berdasarkan hasil deskripsi setiap variabel penelitian menunjukan pengaruh antara Motivasi (X1) dan Pelayanan Prima (X2) secara bersama-sama dengan Kinerja bidang Kesehatan (Y) karena keberhasilan pelayanan kesehatan melalui puskesmas memberikan konstribusi yang cukup besar didalam mewujudkan
Indonesia Sehat 2010. Berbagai
masalah yang timbul dalam mewujudkan kondisi tersebut telah dicoba diatasi
dengan diluncurkannya kebijakan dasr puskesmas yang merupakan bagian dari reformasi
kesehatan (health reform).
Sesuai dengan health reform, fungsi
puskesmas yang tadinya lebih berorientasi kepada upaya kuratif
dan rehabilitatif, bergeser
kepada upaya preventif dan promotif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Fungsi puskesmas juga makin kompleks yakni sebagai pusat pemberdayaan
masyarakat serta pusat pelayanan kesehatan masyarakat strata pertama yaitu meliputi
pelayanan kesehatan perorangan (private good) dengan tujuan utama memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Penyebaran SDM kesehatan yang masih menjadi kendala,
sekalipun sejak tahun 192 telah diterapkan kebijakan penetapan tenaga dokter dan bidan dengan sistem PTT. Sampai dengan tahun
2006 tercatat rasio dokter terhadap puskesmas untuk kawasan Indonesia bagian barat jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan kawasan Indonesia timur yang berkisar antara 0,84 di Sumatera
Utara dan 0,12 di Papua. Rendahnya rasio tenaga kesehatan
terhadap puskesmas maupun terhadap jumlah penduduk disuatu daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis lokasi puskesmas.
Oleh karena itu diperlukan suatu strategi untuk meningkatkan minat tenaga kesehatan bekerja di puskesmas. Dan dengan adanya ratio yang kurang dari harapan,
solusi yang terbaik adalah dengan meningkatkan
kinerja para tenaga yang ada. Karena kinerja sangat berkaitan sekali dengan produktivitas
seseorang dalam menghasilkan sebuah kerja.
Kinerja merupakan prestasi kerja. Hal ini berarti aktivitas
dinyatakan berprestasi jika ada standar
yaitu berupa persyaratan-persyaratan yang merupakan
indikator yang mengukur suatu prestasi kerja, disini aktivitas
kerja pegawai dinilai dan diukur sesuai standar yang tercantum pada surat keputusan Menteri Kesehatan. Secara
perhitungan statistik hubungan antara motivasi dan pelayanan prima dengan peningkatan kinerja bidang kesehatan di Puskesmas Tanjungsari Kabupaten Bogor digambarkan pada persamaan regresi Y = 34.226 + 0,366, dengan
nilai konstribusi sebesar 0,416, artinya 41,6% kinerja bidang kesehatan dipengaruhi oleh faktor motivasi dan pelayanan prima.
Pada kenyataannya faktor motivasi bukanlah satu-satunya faktor yang memberikan konstribusi pada peningkatan kinerja bidang kesehatan, yang dalam penelitian ini ada faktor Motivasi
digambarkan oleh Abraham Maslow sebagai
sebuah kebutuhan akan dorongan untuk
mencapai tujuan. Sehingga motivasi kadang disebut sebuah proses atau penguatan seseorang untuk melakukan sesuatu. Faktor ini mempengaruhi pada setiap pegawai, tanpa adanya dorongan
ini seseorang tidak akan mempunyai
sinergi untuk melakukan sesuatu, walaupun itu sudah
menjadi sebuah profesi. Hasil perhitungan statistik yang menggambarkan hubungan antara motivasi tenaga paramedis dengan peningkatan kinerja bidang kesehatan di Puskesmas Tanjungsari Kabupaten Bogor adalah persamaan regresi Y = 47.215 +
0.123X2 dengan nilai konstribusi sebesar 0,233, artinya faktor motivasi memberikan 23,3% konstribusi pengaruh pada peningkatan kinerja bidang kesehatan di Puskesmas Tanjungsari Kabupaten Bogor.
Hasil korelasi antar variabel menunjukkan bahwa baik secara sendiri-sendiri
maupun bersama-sama motivasi tenaga dan pelayanan prima mempunyai hubungan positif dengan peningkatan kinerja bidang kesehatan di Puskesmas Tanjungsari Kabupaten Bogor. Hubungan tersebut memiliki arti bahwa pelayanan prima yang berpengaruh
pada produktivitas seorang pegawai dengan hasil gaungan dengan
faktor dengan motivasi akan menghasilkan
sebuah unit peningkatan kinerja dalam bidang
kesehatan di Puskesmas Tanjungsari Kabupaten Bogor. Artinya meningkatnya kinerja yang berorientasi pada pengurangan angka kematian bayi dan ibu melahirkan sebagai sebuah fungsi dari puskesmas
yang memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat bawah dipengaruhi oleh dua faktor secara bersamaan
yaitu motivasi dan pelayanan prima dengan hasil perhitungan statistik dengan persamaan regresi Y = 27,591 +
0.370X1 + 0.127X2 dengan nilai
konstribusi sebesar 0,481 atau 4,81%, sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang
tidak terteliti oleh peneliti pada kesempatan penelitian ini.
Kesimpulan
Berbagai kegiatan penelitian
yang telah dilakukan dapat diuraikan bahwa berdasarkan hasil analisis data dan hasil pengujian hipotesis ditemukan bahwa faktor motivasi
berpengaruh terhadap peningkatan kinerja bidang kesehatan dengan nilai korelasi
(ry 1 = 0,416). Hal tersebut
berarti seorang yang memiliki persepsi yang baik terhadap motivasi
dan memberikan pelayanan prima
yang tinggi, ia akan menunjukkan prestasi kerja yang baik pula dalam bentuk produktivitas kerja yang menghasilkan kinerja bidang kesehatan di Puskesmas Tanjungsari Kabupaten Bogor. Jadi
keberhasilan kinerja bidang kesehatan di Puskesmas dapat diantisipasi atas dasar persepsi terhadap kinerja yang diasumsikan berorientasi pada produktivitas. Hal ini dapat dilihat melalui
persamaan regresi Y =
34.226 + 0.366X1
Selain itu, hubungan antara pelayanan prima dengan kinerja bidang kesehatan di Puskesmas memiliki koefisien korelasi sebesar ry 2 = 0,233; hal tersebut menunjukkan
bahwa 23,3% variasi keberhasilan kinerja bidang kesehatan dapat dijelaskan hubungannya dengan pelayanan prima. Hubungan antara motivasi dan keberhasilan pelayanan prima ditunjukan pula koefisien arah regresi sederhana
b = 0,123 dan konstanta sebesar
a = 47.215. Bentuk hubungan
antar kedua variabel tersebut dapat dijelaskan melalui persamaan regresi sederhana Y = 47.215 +
0,123 X2 dengan demikian seorang yang memiliki motivasi dan memberikan pelayanan prima yang tinggi, ia mempunyai sumbangan
terhadap keberhasilan pada kinerja bidang kesehatan. Kinerja bidang kesehatan di Puskesmas dapat pula diprediksi atas dasar motivasi
tenaga yang ada di Puskesmas.
Apabila dilakukan pengendalian
dalam arti menghilangkan variabel motivasi dan pelayana prima, maka akan memiliki koefisien
korelasi sebesar ryl, 2 = 0,233. Hal ini ini menunjukkan bahwajika dilakukan pengendalian terhadap motivasi dan pelayanan prima
25,77%, variasi motivasi terhadap kinerja bidang kesehatan dapat dijelaskan hubungan melalui persepsi tentang motivasi dan kinerja bidang kesehatan.
Hubungan jamak antara motivasi dan pelayanan prima dengan kinerja bidang kesehatan adalah sebesar ryl,2 = 0,481.
Yang dapat dilihat pada persamaan regresi ganda Y = 27,591 + 0,370 X1 + 0,127 X2.
Dari perhitungan yang dilakukan, baik secara tunggal
maupun jamak, diperoleh gambaran bahwa dilakukan atau tidak keberhasilan
pengendalian koefisien, korelasi antara motivasi dan pelayanan prima memiliki koefisien korelasi cukup signifikan dengan kinerja bidang kesehatan.
Meskipun ada perbedaan kadar hubungan jika dilakukan pengendalian namun terdapat peningkatan kadarnya relatif kecil bila dibandingkan
dengan korelasi ganda atau jamak,
lebih terlihat lagi adanya peningkatan
kadar hubungan. Dengan demikian, melibatkan lebih banyak faktor dalam
mencapai keberhasilan kinerja bidang kesehatan di Puskesmas makin meningkatkan layanan tersebut.
Butar-Butar, Junita,
& Simamora, Roymond H. (2016). Hubungan Mutu Pelayanan Keperawatan dengan
Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap di RSUD Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah. Jurnal
Ners Indonesia, 6(1), 50�63.Google Scholar
Calundu, Rasidin.
(2018). Manajemen Kesehatan (Vol. 1). Sah Media. Google Scholar
Daud, Firdaus.
(2012). Pengaruh kecerdasan emosional (EQ) dan motivasi belajar terhadap hasil
belajar Biologi siswa SMA 3 Negeri Kota Palopo. Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran (JPP), 19(2), 243�255. Google Scholar
Daulay, Nurhasanah.
(2020). Analisis kualitas pelayanan jasa kesehatan pada puskesmas Desa
sihepEng Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal. IAIN Padangsidimpuan. Google Scholar
Etlidawati, Etlidawati,
& Handayani, Diyah Yulistika. (2017). Hubungan kualitas mutu pelayanan
kesehatan dengan kepuasan pasien peserta jaminan kesehatan nasional. Medisains,
15(3), 142�147. Google Scholar
Fitriyanti, Rifky
Umarella. (2016). Laporan tugas akhir asuhan kebidanan komprehensif pada NY.�
S� G3P2002 dengan faktor resiko usia lebih dari 35 tahun di wilayah kerja
puskesmas Klandasan Ilir Kota Balikpapan. Google Scholar
Hardiyanti, Dina.
(2017). Optimasi Pelayanan Kesehatan Dasar (Studi Pada Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) Kuripan Kecamatan Kuripan Kabupaten Probolinggo).
Universitas Brawijaya. Google Scholar
Lidya Aminatin,
Fitria. (2010). Tanggung jawab apoteker menurut Perundang-Undangan Di
Indonesia. Universitas Wijaya Putra. Google Scholar
Muninjaya, A. A.
Gde. (2019). Manajemen mutu pelayanan kesehatan. EGC. Google Scholar
Ryadi, Alexander
Lucas Slamet. (2016). Ilmu kesehatan masyarakat. Penerbit Andi. Google Scholar
Situmorang, Chazali.
(2013). Mutu pekerja sosial di era otonomi daerah. Cinta Indonesia. Google Scholar
Undang-undang No.8.
(1999). Perlindungan konsumen.
Undang-undang nomor
23. (1992). Kesehatan.
Wahyu, Mr. (2015). Analisis
kepuasan terhadap pelayanan pasien Di Puskesmas Kapuas Kabupaten Sanggau.
Um Pontianak. Google Scholar
Harries
Madiistriyatno dan Adi Setiawan (2021) |
First publication right : Journal Syntax Idea |
This article is licensed under: |