��������������������������������
Syntax Idea : p�ISSN: 2684-6853� e-ISSN : 2684-883X
�� Vol.
1, No. 2 Juni 2019
Diterapkannya Sistem Akuntansi dan
Sistem Pengendalian Intern Untuk Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan.
Fitrah Akbar Muhammad
Akuntansi, Universitas Pasundan
Bandung
Email: [email protected]
Abstrak
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya
pengaruh terhadap kualitas laporan keuangan dengan adanya sistem akuntansi dan
sistem pengendalian intern. Dilakukan dengan studi kasus pada entitas pelaporan
BPKAD pemerintah kota bandung. Populasi dari penelitian ini sebanyak 25 orang. Pengambilan
sampel menggunakan pendekatan purposive sampling. Jumlah sampel terdiri dari bagian
akuntansi 15 orang dan bagian keuangan 10 orang. Data dikumpulkan menggunnakan kuesioner,
studi kepustakaan dan studi internet. Data
dianalisis menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukan
bahwa: (1) secara simultan kualitas laporan keuangan dipengaruhi dengan adanya
sistem akuntansi dan sistem pengendalian intern, (2) adanya sistem akuntansi
memberikan pengaruh sebesar 36,5% terhadap kualitas laporan keuangan (3) adanya
sistem pengendalian intern memberikan pengaruh sebesar 32,8% terhadap kualitas laporan
keuangan.
Kata kunci: Kualitas
Laporan Keuangan, Sistem Akuntansi, Sistem Pengendalian.
Pendahuluan
Transparansi� dan�
akuntabilitas� yang� dimaksudkan�
ialah� adanya� akses�
yang� dimiliki� masyarakat�
untuk� mengetahui� informasi�
mengenai� pengelolaan keuangan
negara dan pemerintah selaku penyelenggara negara dapat mempertanggungjawabkan
pengelolaan keuangan negara. Di era reformasi, tuntutan akan trasparansi dan
akuntabilitas yang menjadi aspirasi masyarakat tidak tertuju hanya kepada
pemerintah pusat tetapi pemerintah daerah pun menjadi bagian dari tuntutan
tersebut.
Pengelolaan
keuangan daerah yang dapat diakses dan dipertanggung jawabkan menjadi� tuntutan masyarakat dapat diwujudkan
pemerintah daerah dengan menyajikan�
laporan keuangan. Tentunya hal tersebut dapat terjadi jika entitas
pemerintah daerah mampu membuat, mengoperasikan serta menjaga kualitas laporan
keuangan.
Perwujudan
adanya laporan keuangan pemerintah yang berkualitas pada pemerintah tingkatan pusat
atau daerah dibangunlah suatu sistem akuntansi yang baik, hal tersebut
tercermin dengan diterbitkannya PP No.71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintah dan. Namun berkualitasnya suatu laporan keuangan pemerintah tidak
hanya dapat terwujud hanya dengan sistem akuntansi yang baik dan benar tetapi
ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan pemerintah
tersebut.
Tahun
2012, BPK melakukan pemeriksaan keuangan terhadap 527 laporan keuangan entitas.
Di dalam pemeriksaan keuangan, temuan atas 6.904 kasus ketidakpatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan dan 5.036 kasus kelemahan Sistem Pengendalian
Internal (SPI) senilai Rp7,00 triliun. (http://nasional.news.viva.co.id pada tanggal 03 Desember 2012).
Permadi
(2013), Sari (2016) dan Putri (2015) menunjukkan bahwa kualitas aporan keuangan
dipengaruhi dengan adanya sistem akuntansi. Disisi lain Lestari (2016) dan
Pribadi (2015) menunjukkan kualitas laporan keuangan dipengaruhi dengan adanya
sistem pengendalian intern.
Laporan
keuangan dalam hal ini dapat dikatakan baik dan berkualitas apabila memperoleh
opini Wajar Tanpa Pengecualian dari Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK). Menurut
Setiyawati (2016) adanya lemahnya sistem pengendalian internal dan
ketidaksesuaian dengan peraturan perundang-undangan pada entitas pelaporan dan
entitas akuntansi mempengaruhi opini audit yang diperoleh dari dewan audit
republik indonesia.
Kota
bandung mempunyai potensi perekonomian yang besar dan menjadi salah satu pusat
perekonomian indonesia, sudah sepatutnya laporan keuangan memiliki kualitas
yang baik dengan adanya SAKD dan SPIP di pemerintah kota bandung. Namun
pemerintah kota bandung mengalami permasalahan dalam hal penyajian laporan
keuangan sehingga mempengaruhi kualitas dari laporan keuangan, dapat dilihat
dari contoh kasus ini.
Laporan
Hasil Pemeriksaan Tahun Anggaran 2015 dari kabupaten/kota se-Provinsi Jawa
Barat di serahkan oleh BPK RI Perwakilan Jawa Barat. Dari 12 kabupaten/kota
yang diperiksa, Kota Bandung hanya meraih opini Wajar Dengan Pengecualian. adanya
temuan-temuan yang harus diperbaiki. Beberapa temuan yang signifikan ditemukan
auditor BPK, menurut BPK pencatatan aset tanah masih menjadi salah satu masalah
yang sering ditemukan. Menurut Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, ada beberapa hal
yang harus dibenahi terkait pencatatan aset. (https://m.tempo.co� pada
tanggal 07 Juni 2016 oleh Putra Prima Perdana).
Tabel 1.1
Daftar Opini Untuk LKPD Pemerintah Kota
Bandung
No |
Tahun |
Opini |
1 |
2012 |
Wajar Dengan Pengecualian |
2 |
2013 |
Wajar Dengan Pengecualian |
3 |
2014 |
Wajar Dengan Pengecualian |
4 |
2015 |
Wajar Dengan Pengecualian |
5 |
2016 |
Wajar dengan Pengecualian |
Sumber : http://www.bpk.go.id
Dapat
dilihat dari fenomena diatas bahwasannya pemerintah kota bandung mengalami
kesulitan dalam pengelolaan aset tetap sehingga berdampak pada kualitas laporan
keuangan. Pengelolaan aset tetap menjadi masalah yang krusial bagi pemerintah
kota bandung, dikarenakan dengan adanya masalah tersebut mencerminkan SA dan
SPIP pemerintah kota bandung jauh dari yang diharapkan. Masih banyaknya tanah
yang belum memiliki sertifikat, tanah fasilitas sosial dan fasilitas umum yang
belum diserahkan kepada pemerintah serta aset yang tidak tercatat dengan akurat
ditambah lagi pengawasan intern yang tidak optimal menggambarkan lemahnya SPIP
yang terdapat dalam pemerintahan kota bandung. Selain itu lemahnya SPIP
memberikan efek domino terhadap proses akuntansi dimana pemerintah kota bandung
menyajikan akun aset lancar selain kas dan akun aset tetap tidak sesuai dengan
SAP.
Metode Penelitian
Pada penelitian
ini digunakan metode deskriptif dan verifikatif. Unit analisis yaitu
Entitas Pelaporan (BPKAD) Pemerintah Kota Bandung. Jenis data bersifat kuantitatif dengan
sumber data bersifat Primer. Populasi berjumlah
25 orang di BPKAD Pemerintah
Kota Bandung. Pengambilan
sampel menggunakan pendekatan purposive sampling. Jumlah sampel terdiri dari
bagian akuntansi 15 orang dan bagian keuangan 10 orang. Data dikumpulkan
menggunnakan kuesioner, studi kepustakaan dan studi internet. Data dianalisis
menggunakan regresi linier berganda.
Hasil dan Pembahasan
Analisis Deskriptif
Analisis SAKD Pada BPKAD Kota Bandung
Untuk memberikan
penilaian terhadap variabel SAKD (X1) yang diukur dengan pernyataan,
penulis melakukan kategorisasi dari skor terendah ke skor tertinggi. Atas
dasar hal tersebut maka dibentuk pedoman kategorisasi sebagai berikut:
Tabel 4.23
Pedoman Kategorisasi
Variabel X1
Nilai |
Kriteria |
11 � 19,8 |
Tidak Memadai |
19,9 � 28,6 |
Kurang
Memadai |
28,7 � 37,4 |
Cukup
Memadai |
37,5 � 46,2 |
Memadai |
46,3 � 55 |
Sangat Memadai |
Dari hasil skor
perhitungan dan penilaian kuesioner tentang variabel SAKD (X1)
diperoleh skor sebesar 50 apabila nilai tersebut dibandingkan dengan kriteria
penulis, maka nilai tersebut masuk kedalam kriteria �Sangat Memadai�, hal
tersebut dicerminkan dengan terpenuhinya aspek-aspek yang berkaitan dengan SAKD yang meliputi identifikasi prosedur,
pihak-pihak terkait, dokumen terkait dan jurnal standar. Walaupun
hasil rata-rata penelitian penulis menyatakan bahwa penerapan sistem akuntansi
keuangan pada BPKAD sangat memadai namun kenyataanya
masih terdapat kelemahan dari SAKD tersebut, dimana
kelemahan tersebut ialah masih adanya kekeliruan dalam prosedur akuntansi aset
tetap dan kebijakan akuntansi serta kurangnya penelaahan SAP sehingga terdapat
beberapa kekurangan dalam penyajian laporan keuangan.
Analisis SPIP Pada BPKAD Kota Bandung
Untuk memberikan
penilaian terhadap variabel SPIP (X2) yang diukur dengan pernyataan, penulis
melakukan kategorisasi dari skor terendah ke skor tertinggi. Atas
dasar hal tersebut maka dibentuk pedoman kategorisasi sebagai berikut:
Tabel 4.25
Pedoman
Kategorisasi Variabel X2
Nilai |
Kriteria |
14 � 25,2 |
Tidak Memadai |
25,3 � 36,4 |
Kurang Memadai |
36,5 � 47,6 |
Cukup Memadai |
47,7 � 58,8 |
Memadai |
58,9 � 70 |
Sangat
Memadai |
Dari hasil skor
perhitungan dan penilaian kuesioner tentang variabel SPIP (X2)
diperoleh skor sebesar 60,52 apabila nilai
tersebut dibandingkan dengan kriteria penulis, maka nilai tersebut masuk
kedalam kriteria �Sangat Memadai� sehingga dapat
disimpulkan bahwa penerapan SPIP pada BPKAD Kota Bandung sudah baik, hal
tersebut dicerminkan dengan terpenuhinya aspek-aspek yang berkaitan dengan SPIP yang
meliputi lingkungan pengendalian,
penilaian risiko, informasi dan komunikasi, dan pemantauan pengendalian intern. Walaupun
hasil rata-rata penelitian penulis menyatakan bahwa penerapan SPIP di BPKAD Kota
Bandung sangat memadai namun kenyataannya masih ada beberapa kelemahan dari
penerapan SPIP tersebut diantaranya masih kurangnya peran APIP dan kurang
efektifnya kegiatan pengendalian sehingga dalam penyajian laporan keuangan
masih ada kekurangan.
Analisis Kualitas Laporan Keuangan Pada BPKAD Kota Bandung
Untuk memberikan
penilaian terhadap �Variabel Kualitas Laporan Keuangan (Y)� yang diukur dengan
pernyataan penulis melakukan kategorisasi dari skor
terendah ke skor tertinggi. Atas
dasar hal tersebut maka dibentuk pedoman kategorisasi sebagai berikut:
Tabel 4.27
Pedoman
Kategorisasi Variabel Y
Nilai |
Kriteria |
11 � 19,8 |
Tidak Baik |
19,9 � 28,6 |
Kurang Baik |
28,7 � 37,4 |
Cukup Baik |
37,4 � 46,2 |
Baik |
46,3 � 55 |
Sangat Baik |
Dari hasil skor
perhitungan dan penilaian kuesioner tentang �Variabel Kualitas Laporan Keuangan (Y)� diperoleh
skor sebesar 52,08 apabila
nilai tersebut dibandingkan dengan kriteria penulis, maka nilai tersebut masuk
dalam kriteria �Sangat Baik� sehingga dapat
disimpulkan bahwa kualitas laporan keuangan BPKAD Kota Bandung
dikategorikan sangat baik, hal tersebut
dicerminkan dengan terpenuhinya aspek-aspek yang berkaitan dengan kualitas laporan keuangan. Walaupun
hasil rata-rata penelitian penulis menyatakan bahwa kualitas laporan keuangan sangat
baik namun kenyataannya masih ada kelemahan terhadap laporan keuangan yang
disajikan, kelemahan tersebut ialah kurang dapat diverifikasi sehingga
menyebabkan masih terdapat kekurangan dari laporan keuangan yang disajikan.
Analisis
Verifikatif
Analisis verifikatif dilakukan berdasarkan
data yang diolah menggunakan SPSS.V.23. sebagai berikut:
Tabel 4.30
Persamaan Regresi Linear Berganda
Coefficientsa |
||||||
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
t |
Sig. |
||
B |
Std. Error |
Beta |
||||
1 |
(Constant) |
1,155 |
3,337 |
|
,346 |
,732 |
SAKD |
,566 |
,140 |
,519 |
4,059 |
,001 |
|
SPIP |
,232 |
,062 |
,482 |
3,769 |
,001 |
|
a. Dependent Variable: Kualitas
Laporan Keuangan |
Dari tabel 4.30 diatas
yang diperoleh dari SPSS.V.23 diperoleh persamaan sebagai berikut.
Y = 1,155 + 0,566X1 + 0,232X2
Dari persamaan
regresi linear berganda diatas dapat di interpretasikan bahwa jika Penerapan SAKD
sangat tidak memadai dan Penerapan SPIP sangat tidak memadai maka Kualitas
Laporan Keuangan sangat tidak baik. Apabila Penerapan SAKD semakin meningkat
dan Penerapan SPIP Sangat semakin meningkan maka Kualitas Laporan Keuangan akan
semakin baik.
Pengujian Uji
t Variabel X1 Terhadap Y
Pengujian uji t untuk
mengetahui apakah variable sistem keuangan akuntansi daerah (X1)
memiliki pengaruh atau sebaliknya terhadap variabel kualitas laporan keuangan (Y)
menggunakan SPSS.V.23.
Berdasarkan� hasil pengolahan seperti yang terdapat pada
tabel 4.30 diatas dapat dilihat koefisien regresi
Variabel X1 sebesar 0,566. Karena koefisien regresi
variabel SAKD lebih besar
dari nol, maka
diputuskan untuk menolak Ho sehingga Ha diterima, artinya terdapat pengaruh variabel SAKD
terhadap
variabel kualitas laporan keuangan . variabel SAKD secara
parsial memberikan pengaruh sebesar 36,5% terhadap variabel kualitas laporan keuangan. Hasil
pengujian ini memberikan bukti empiris bahwa semakin baik penerapan variabel SAKD akan
meningkatkan variabel kualitas laporan keuangan.
Pengujian
Uji t Variabel X2 Terhadap Y
Pengujian uji t untuk mengetahui apakah
variable SPIP (X2) memiliki pengaruh atau sebaliknya terhadap variabel kualitas
laporan keuangan (Y) menggunakan SPSS.V.23.
Berdasarkan� hasil pengolahan seperti yang terdapat pada
tabel diatas dapat dilihat koefisien regresi
Variabel X1 sebesar 0,232.
Karena koefisien regresi
variabel SPIP lebih besar
dari nol, maka
diputuskan untuk menolak Ho sehingga Ha diterima, artinya terdapat pengaruh variabel SPIP terhadap
variabel kualitas laporan keuangan. variabel SPIP secara
parsial memberikan pengaruh sebesar 32,8% terhadap variabel kualitas laporan keuangan. Hasil pengujian
ini memberikan bukti empiris bahwa semakin baik variabel SPIP akan
meningkatkan variabel kualitas laporan keuangan.
Pengujian
Hipotesis Simultan (Uji F)
Berhubung data yang
digunakan pada penelitian ini merupakan data seluruh populasi, maka tidak
dilakukan uji signifikansi. Jadi untuk menjawab hipotesis penelitian, koefisien
regresi yang diperoleh langsung dibandingkan dengan nol. Apabila terdapat nilai
koefisien regresi tidak sama dengan nol maka Ho ditolak dan sebaliknya apabila
semua koefisien regresi sama dengan nol maka Ho diterima. Berdasarkan hasil pengolahan seperti pada tabel diatas dapat dilihat koefisien regresi dua varabel independen lebih besar dari nol. Karena koefisien regresi dari dua varabel independen lebih besar dari nol maka dapat
disimpulkan bahwa secara simultan penerapan variabel SAKD (X1) dan variabel SPIP (X2) berpengaruh
terhadap variabel kualitas laporan keuangan (Y).
Kesimpulan
1.
Penerapan SAKD di BPKAD Kota Bandung termasuk ke dalam kategori Sangat Memadai, hal tersebut dicerminkan dengan
terpenuhinya dimensi-dimensi yang berkaitan dengan SAKD yang meliputi identifikasi prosedur yang
memenuhi kriteria sangat memadai, pihak-pihak terkait yang memenuhi kriteria
sangat memadai, dokumen terkait yang memenuhi kriteria sangat memadai dan
jurnal standar yang memenuhi kriteria memadai.
2.
Penerapan SPIP termasuk
ke dalam kategori Sangat Memadai, hal
tersebut dicerminkan dengan terpenuhinya dimensi-dimensi yang berkaitan dengan SPIP yang
meliputi lingkungan pengendalian yang
memenuhi kriteria sangat memadai, penilaian risiko yang memenuhi kriteria
sangat memadai, informasi dan komunikasi yang memenuhi kriteria sangat
memadai� dan pemantauan pengendalian intern
yang memenuhi kriteria sangat memadai.
3.
Kualitas Laporan
Keuangan di BPKAD Kota
Bandung termasuk ke dalam kategori Sangat Baik, hal tersebut dicerminkan dengan
terpenuhinya dimensi-dimensi
seperi Relevan yang memenuhi kriteria sangat baik, Andal yang memenuhi kriteria
sangat memadai, Dapat Dibandingkan yang memenuhi kriteria sangat memadai serta
dimensi Dapat Dipahami yang memenuhi kriteria sangat memadai.
4.
Terdapat pengaruh positif dari Penerapan SAKD
Terhadap Kualitas Laporan Keuangan yaitu sebesar 36,5%.
5.
Terdapat pengaruh positif dari Penerapan SPIP
Terhadap Kualitas Laporan Keuangan yaitu sebesar 32,8%.
BIBLIOGRAFI
COSO. 2013. Internal
Control � Integrated Framework : Executive Summary. North
Carolina Kedua : Durham.
Earl R Wilson, et al. 2016. Accounting for
Governmental and NonProfit Entities. Fifteenth
Edition. New York : McGraw-Hill Companies.
Erlina, Rasdianto. 2013. Akuntansi
Keuangan Berbasis Akrual. Penerbit: Salemba Empat.
Lestari, Santy Dwi. 2015. Pengaruh Efektivitas Sistem Pengendalian
Internal Pemerintah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
Skripsi. Bandung : Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Widyatama
Muller, et
al. 2016. IPSAS Explained. Second
Edition. United Kingdom : John Wiley and Sons, Ltd.
Nazir, Moch. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun
2013 Tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada
Pemerintah Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008
Tentang SPIP
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Permadi. 2013. Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Terhadap Kualitas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Skripsi. Bandung : Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.
Pribadi, Arief. 2015. Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan dan Sistem
Pengendalian Internal Pemerintah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah. Skripsi. Bandung : Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Widyatama.
Putri. 2015. Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan dan SAKD Terhadap
Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Skripsi. Bandung : Program
Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.
Sari, Deti Mawar. 2016. Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Terhadap Akuntabilitas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Skripsi. Bandung : Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.
Setiyawati, Hari. 2016. Effect of Weaknesses of the Internal Control Systems And
Non-Compliance With Statutory Provisions on The Audit opinion of The Audit
Board of The Republic of Indonesia. Journal of Engineering Research and
Application ISSN : 2248-9622, Vol. 6, Issue 9, ( Part -5). Indonesia : Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Mercu Buana
Sugiyono. 2016. Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sunyoto, Danang.
2013. Metodologi Penelitian Akuntansi. Yogyakarta:
PT Refika Aditama.
Sumber Pencarian Internet:
http://bisnis.news.viva.co.id dipublikasi pada tanggal 12 Oktober 2010.
http://bisnis.news.viva.co.id dipublikasi pada tanggal 07 April 2015.
http://www.ksap.org dipublikasi pada tanggal 10 Desember 2012 oleh Komite
Standar Akuntansi Pemerintahan.
http://nasional.kompas.com dipublikasi pada tanggal 12 Oktober 2015.
http://nasional.news.viva.co.id dipublikasi pada tanggal 03 Desember 2012.�����������