Djone Georges Nicolas dan Tirza Manaroinsong
284 Syntax Idea, Vol. 3, No 2, Februari 2021
Pendahuluan
Kemajuan teknologi ini membuat banyak perusahaan menggunakan teknologi
berbasis komputer dan jaringan untuk membantu pekerjaanya karena bersifat efektif dan
efisien (Nurkarsa, 2019).
Pada era globalisasi abad 21 dimana perubahan menjadi tantangan tersendiri dan
tidak terbendung, dimana kualitas menjadi tuntutan utama, kepemimpinan menjadi
topik yang paling hampir sering dibahas dan bahkan diajarkan, baik melalui seminar-
seminar, konferensi-konferensi berskala internasional maupun nasional, mengingat
bahwa kepemimpinan merupakan titik sentral dalam model organisasi apapun, dan
kepemimpinan sangat menentukan arah berjalannya suatu organisasi dan hasil yang
akan dicapainya. Namun, arah kepemimpinan mulai kehilangan maknanya, sebab
kepemimpinan mulai digunakan sebagai “prestige” sang pemimpin dan sarana untuk
meraih keuntungan pribadi, sehingga kepemimpinan bukan lagi dipandang sebagai
kepercayaan dan amanah. Itu merupakan sesuatu yang memprihatinkan atau dengan
kata lain sebuah krisis. Krisis di artikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) sebagai keadaan yang suram dan genting, menghawatirkan maupun
membahayakan (Catur Hari Wibowo, 2015).
Kepemimpinan dipandang sangat penting karena dua hal: pertama, adanya
kenyataan bahwa penggantian pemimpin seringkali mengubah kinerja suatu unit,
instansi atau organisasi; kedua, hasil penelitian yang menunjukkan bahwa salah satu
faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan organisasi adalah kepemimpinan,
mencakup proses kepemimpinan pada setiap jenjang organisasi, kompetensi dan
tindakan pemimpin yang bersangkutan (Udik Budi Wibowo, 2011).
Kepemimpinan merupakan hal yang sangat dasar dan prinsipil dalam semua
organisasi termasuk di dalam gereja. Bicara kepemimpinan tentunya juga berbicara
tentang siapa yang memimpin dan juga bagaimana dia memimpin, sebab sehat atau
sakit maupun sukses dan gagal sebuah organisasi ditentukan oleh pemimpinnya.
Memimpin bagi John Stott diartikan sebagai berjalan di depan, menunjuk jalan serta
memberi inspirasi kepada orang lain supaya mereka mengikutinya (Razak, Mokhtar, &
Sulaiman, 2018).
Kepemimpinan dalam organisasi memiliki peran yang sangat besar dalam
membangun hubungan antar individu dan pembentuk nilai organisasi yang dijadikan
sebagai pondasi dasar bagi pencapaian tujuan organisasi. Pengaruh
kepemimpinan terhadap efektivitas organisasi dapat dilihat sebagai efek
kepemimpinan langsung dan tidak langsung (Baharun, 2018).
Di dalam gereja sebagai organisasi, gembala sidang merupakan pemimpinnya.
Gembala merupakan faktor yang sentral dan menentukan proses pertumbuhan gereja
yang dipimpinya agar tetap sehat. Gembala yang kepemimpinan-nya berkualitas, akan
menghasilkan pelayanan yang bermutu dan produktif sehingga dapat memenuhi
kebutuhan jemaat sebagai domba-domba yang telah dipercayakan Allah untuk
dipelihara. (Dewi, 2019) menyatakan bahwa kepemimpinan gembala tidaklah sebatas
sebuah jabatan sebagai status, tetapi kepemimpinan gembala adalah keteladanan melalui
karakternya, sebab keteladanan dan kepemimpinan tidak terpisahkan. Sependapat, bagi