Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�����

Vol. 3, No. 3, Maret 2021

 

KERJASAMA GURU DAN ORANG TUA DALAM MEMBENTUKKARAKTER DISIPLIN SISWA SMAN 1 LEMBAH GUMANTI

 

Elfina, Firman dan Rusdinal

Universitas Negeri Padang Sumatera Barat, Indonesia

Email: [email protected], [email protected] dan [email protected]

 

Abstract

The purpose of this study is to describe how schools should shape the characteristics of social care in students of SMAN 1 Lembah Gumanti. This research is motivated by a lack of understanding of the importance of subjects in students and parents, so a cooperative relationship between parents and teachers is needed to shape student subjects. Types of research used with data collection techniques in descriptive and qualitative form such as observations, interviews, and library studies. This study describes and shows the fact that teachers have worked hard to work with parents, among others: fostering good relationships between parents and teachers, providing direction and learning about character education, including parents in this character education program, then also giving birth to a mutual agreement between teachers and parents about the limitations of the use of gadgets and social media for students. Coordinate teacher visits to students' homes to further monitor the policies that have been made. With the active role of both parties between teachers and parents is expected to realize the program of character building of the students

 

Keywords: character education; discipline; teachers; parents

 

Abstrak:

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana seharusnya sekolah membentuk karakteristik peduli sosial pada siswa SMAN 1 Lembah Gumanti. Penelitian ini dilatar belakangi oleh kurangnya pemahaman tentang pentingnya mata pelajaran dalam diri siswa dan orang tua, sehingga diperlukan hubungan kerjasama antara orang tua dan guru untuk membentuk mata pelajaran siswa. Jenis penelitian yang digunakan dengan teknik pengumpulan data dalam bentuk deskriptif dan kualitatif seperti observasi, wawancara, dan studi pustaka. Penelitian ini mendeskripsikan serta menunjukkan fakta bahwasanya guru telah bekerja keras untuk bekerjasama dengan orang tua, antara lain: membina hubungan yang baik antara orang tua dan guru, memberikan arahan dan pembelajaran mengenai pendidikan karakter, mengikutsertakan orang tua murid dalam program pendidikan karakter ini, kemudian juga melahirkan kesepakatan bersama antara guru dengan orang tua mengenai batasan penggunaan gawai serta media sosial bagi anak murid. Mengkordinasikan adanya kunjungan guru ke rumah para murid untuk semakin memantau kebijakan yang sudah dibuat. Dengan peran aktif kedua belah pihak antara guru dan orang tua diharapkan mampu mewujudkan program pembentukan karakter para siswa.

 

Kata kunci: pendidikan karakter; disiplin; guru; orang tua

 

Coresponden Author

Email: [email protected]

Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi

Pendahuluan

Pendidikan sebagai sebuah kegiatan dan proses aktivitas yang disengaja merupakan gejala masyarakat ketika sudah mulai disadari pentingnya upaya untuk membentuk, mengarahkan, dan mengatur manusia sebagaimana dicita-citakan masyarakat (Heri, 2012).

Pentingnya pendidikan melalui pendidikan orang akan mendapatkan ilmu. Orang yang memiliki ilmu akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia, dengan pendidikan manusia akan berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya yang menempati alam semesta ini. Oleh sebab itu tanpa proses pendidikan, manusia tidak akan menjadi manusia. Sebagaimana disebutkan di atas, tanpa upaya manusia, pendidikan tidak akan terjadi dengan sendirinya. Oleh karena itu, manusia harus dididik dan bisa menjadi makhluk yang terdidik (Sepriyanti, 2006).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar yang dilakukan dan terencana untuk mencapai tujuan pendidikan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dan agar dapat membentuk karakter yang baik bagi generasi penerus bangsa. Adanya dorongan akan pembentukan karakter bagi setiap manusia sebagai cikal bakal yang baik untuk menjalankan kehidupan sosial dalam masyarakat (Haryati, 2017).

Arti dari sebuah kata karakter sebagaimana yang diungkapkan oleh (Hidayatullah & Rohmadi, 2010) bahwa karakter merupakan ciri khas yang dimiliki oleh setiap individu, sedangkan menurut (Heri, 2012) karakter merupakan keadaan asli yang ada dalam diri individu seseorang yang membedakan dirinya dengan orang lain. Hal terpenting dan sangat berpengaruh pada generasi muda adalah pendidikan karakter. Peran orang tua, pendidikan, serta institusi agama punya peran dan tanggung jawab mengenai pembentukan karakter (Kirschenbaum, 1995).

Menurut (Khan, 2010) pendidikan karakter adalah upaya dan cara berpikir serta berperilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara serta membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan.

Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh (Kebudayaan, 2013) pendidikan karakter diartikan sebagai pendidikan yang membina dan mencirikan bangsa di kalangan peserta didik, sehingga memiliki nilai dan karakter sebagai karakternya sendiri, dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya, sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang beragama dan nasionalis, dan berbuah dan kreativitas. Berdasarkan penjelaan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan usaha sadar untuk merubah dan mengembangkan perilaku seseorang kearah yang lebih baik agar mampu berbaur dengan masyarakat dan lingkungannya.

Mengingat banyaknya kejadian yang mengindikasikan krisis moral pada anak, remaja, dan lanjut usia, maka pendidikan karakter perlu diperkuat saat ini. Oleh karena itu, mulai dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat perlu dilakukan penguatan pendidikan karakter sejak dini. Disiplin merupakan salah satu ciri nilai yang harus dikembangkan.

Nilai-nilai karakter subjek ini sangat penting bagi manusia, maka akan muncul nilai-nilai karakter baik lainnya. Berdasarkan hal tersebut, pentingnya penguatan nilai disiplin, kini banyak terdapat perilaku abnormal yang melanggar norma disiplin. Contoh lain dari perilaku tidak disiplin adalah membuang sampah sembarangan, parkir di lokasi yang telah ditentukan, ketidakpatuhan terhadap izin mendirikan bangunan, dan lain sebagainya. Akibat perilaku ilegal tersebut menunjukkan tidak adanya kesadaran masyarakat untuk melanggar perilaku disipliner yang ditetapkan oleh pemerintah (Luthfi, 2018).

Perilaku tidak disiplin sering juga ditemui di lngkungan sekolah. Salah satu contoh yang menunjukkan kurangnya kedisiplinan siswa yaitu di SMAN 1 Lembah Gumanti banyaknya siswa yang membolos. Datang ke sekolah tidak tepat waktu, tidak mengenakan seragam lengkap yang diatur dalam kode etik sekolah, membuang sampah sembarangan, dan tidak mengumpulkan pekerjaan rumah tepat waktu. Oleh karena itu, perhatian orang tua dan masyarakat sekitar sekolah juga sangat dibutuhkan (Wengki Andika Putra, 2018)

Menurut (Agus Wibowo, 2012) menjelaskan bahwa untuk membentuk karakter peserta didik perlu dilaksanakan tiga rencana, yaitu: (1) budaya sekolah yang berkualitas yang meliputi kualitas input, kualitas akademik dan kualitas non akademik; (2) Budaya pesantren, fokusnya pada pembinaan budi pekerti, keterbukaan, kepedulian, persatuan dan kerjasama; (3) Budaya disiplin, yang menitikberatkan pada pembinaan budi pekerti, khususnya keyakinan beragama.

Pendidikan karakter merupakan bagian penting dari pengembangan kepribadian. Nilai karakter disiplin mendorong tumbuhnya nilai-nilai karakter baik lainnya, seperti rasa tanggung jawab, kejujuran, kerjasama, dll. (Curvin, R. L., & Mindler, 1999) meyakini bahwa disiplin memiliki tiga aspek, yaitu (1) disiplin untuk mencegah masalah; (2) disiplin menyelesaikan masalah, agar masalah tidak bertambah parah; (3) disiplin mengatasi siswa yang tidak terkendali. Diperoleh berdasarkan berbagai penjelasan dari pertanyaan di atas, penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji upaya guru dalam menjalin kerjasama dengan orang tua siswa di SMAN 1 Lembah Gumanti sekolah untuk membentuk karakter kedisiplinan siswa.

Penelitian yang relevan dengan penelitian penulis diantaranya: (Wuryandani, Maftuh, & Budimansyah, 2014), �Pendidikan Karakter Disiplin Di Sekolah Dasar� Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa dalam melaksanakan pendidikan karakter disiplin di SD Muhammadiyah Sapen dilakukan melalui sembilan kebijakan, yaitu (1) membuat program pendidikan karakter; (2) menetapkan aturan sekolah dan aturan kelas; (3) melakukan sholat Dhuha dan Sholat Dhuhur berjamaah; (4) membuat pos afektif di setiap kelas; (5) memantau perilaku kedisiplinan siswa di rumah melalui buku catatan kegiatan harian; (6) memberikan pesan-pesan afektif di berbagai sudut sekolah; (7) melibatkan orang tua; (8) melibatkan komite sekolah; dan (9) menciptakan iklim kelas yang kondusif.

Menurut (ST, 2015), �Peranan Guru IPS Dalam Membentuk Karakter Peserta Didik� hasil dari penelitian menyatakan peran guru IPS sebagai pendidik diwujudkan dengan mengarahkan bakat dan kemampuan peserta didik, bertanggung jawab dan mewujudkan kewibawaan. Guru IPS sebagai pengajar diwujudkan dengan merencanakan serta melaksanakan pembelajaran. Guru IPS sebagai teladan diwujudkan dalam keteladanan penampilan, pergaulan, dan kepedulian terhadap lingkungan. Guru IPS sebagai pelatih diwujudkan dengan membangun kesadaran peserta didik, melakukan karakter yang diajarkan bersama guru dan peserta didik.

 

Metode Penelitian

Sesuai dengan fokus penelitian yang penulis ambil yaitu tentang kerjasama antara guru dan orang tua dalam membentuk karakter disiplin siswa di SMAN 1 Lembah Gumanti. Maka Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif, karena penelitian ini dilakukan pada objek yang alamiah dan data yang dihasilkan adalah data deskriptif, dengan menggunakan metode deskriptif kualitaif.

Penelitian ini, Penulis melakukan teknik pengumpulan data berdasarkan pendapat dari (Arikunto, 2006) pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, studi dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data menggunakan pendapat dari (Sasmito & Nawangsari, 2019) yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan dengan menggunakan uji keabsahan data berupa Triangulasi.

 

Hasil dan Pembahasan

1.    Upaya Guru

a.       Mengadakan pertemuan antara orang tua dan guru

Pertemuan ini diadakan sebagai bentuk komunikasi antara orang tua dan pendidik sekolah untuk membahas perkembangan anak di sekolah dan menyusun rencana guru di sekolah. Pertemuantersebut di langsungkan setiap hari sabtu minggu ke-4 dalam sekali 3 bulan. pertemuan tersebut juga dibentuk panitia pertemuan yang beranggotakan orang tua siswa sendiri.

b.      Mensosialisasikan pendidikan karakter

Sosialisasi ini dilakukan untuk mengembangkan pendidikan kepribadian yang dirancang oleh guru, seperti keinginan bersama untuk mengadakan pertemuan dan rencana untuk meningkatkan pengetahuan.

c.       Libatkan orang tua dalam program pendidikan karakter

Kontribusi orang tua dalam membentuk karakter siswa bisa dilakukan dengan mengawasi anak belajar di rumah dengan meningkatkan jam belajar, mematikan TV disaat belajar, mengawasi anak di dalam bermain dan bergaul. Selain itu juga mengontrol kegiatan dan perkembangan siswa di rumah.

2.      Faktor Pendukung

a.    Keterlibatan orang tua

Partisipasi orang tua dalam meningkatkan upaya guru antara lain: mengawasi kegiatan siswa di rumah, meluangkan waktu mengikuti pertemuan yang diadakan oleh sekolah dan guru, serta menepati janji dan rencana yang dibentuk bersama guru dalam pertemuan tersebut.

b.    ketersediaan sarana dan prasarana sekolah

Daftar nilai wajib disediakan oleh seorang pendidik. Guru menyampaikan hasil nilai ulangan siswa setiap semester. Menurut pendapat (Purwanto, 2013), komunikasi harus dijaga terutama dalam hal diperlukan untuk meningkatkan pendidikan anak.

3.      Faktor Penghambat

Faktor-faktor ini termasuk pemahaman orang tua yang tidak memadai tentang pendidikan karakter, terjadinya miskomunikasi antara orang tua dan guru, dan kurangnya waktu bagi beberapa orang tua untuk menghadiri pertemuan.

Hal ini sesuai dengan pandangan (Lickona, 2013) menyatakan bahwa tentunya sebagian wali murid masih cuek atau kurang mendukung upaya sekolah untuk memberikan pendidikan berharga. Dalam hal pengembangan pembelajaran dan pengembangan karakter, banyak orang tua yang lebih memperhatikan pekerjaan daripada perkembangan anaknya.

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa berbagai upaya telah dilakukan guru untuk mendorong kerja sama antara orang tua dalam membentuk kepribadian peserta didik, antara lain membentuk Paguyuban orang tua-guru untuk menggalakkan pendidikan karakter dan melibatkan orang tua dalam pendidikan karakter tersebut. Perjanjian disipliner dengan orang tua untuk membatasi penggunaan gawai dan media sosial pada siswa, memanfaatkan sarana dan prasarana yang telah disediakan oleh sekolah, menyediakan pusat dukungan wali murid dan siswa, dan melakukan kunjungan ke rumah orang tua.

Selain itu, banyak faktor yang mebantu upaya guru, antara lain peran serta orang tua dalam mendukung upaya guru untuk mendorong kerja sama, dan sekolah dapat memanfaatkan guru untuk meningkatkan sarana dan prasarana kerjasama dengan orang tua. Faktor yang menghambat upaya guru antara lain pemahaman orang tua yang tidak memadai tentang pendidikan siswa dan perkembangan mata pelajaran, komunikasi yang kurang antara orang tua dan guru, dan kurangnya waktu bagi beberapa orang tua untuk menghadiri pertemuan.

 

BIBLIOGRAFI

Agus Wibowo. (2012). Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

 

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian: Surat Pendekatan Praktis, Jakarta: Rineka Cipta, 1991. Assisi, Abbas. Biografi Dakwah Hasan Al-Banna. Bandung: Harakatuna Publishing.

 

Curvin, R. L., & Mindler, A. N. (1999). Discipline With Dignity. USA: Association For Supervision And Curriculum Development.

 

Haryati, Sri. (2017). Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013. Lihat Http://Lib. Untidar. Ac. Id/Wp-Content/Uploads/2017/01/Pendidikan-Karakter-Dalam-Kurikulum. Pdf.

 

Heri, Gunawan. (2012). Pendidikan karakter konsep dan implementasi. Bandung: Alfabeta, 7�31.

 

Hidayatullah, M. Furqon, & Rohmadi, Muhammad. (2010). Pendidikan karakter: membangun peradaban bangsa. Yuma Pustaka.

 

Kebudayaan, Kementerian Pendidikan Dan. (2013). Konsep Pendekatan Scientific. Jakarta: Kemesdikbud.

 

Khan, Yahya. (2010). Pendidikan karakter berbasis potensi diri. Yogyakarta: Pelangi Publishing.

 

Kirschenbaum, Howard. (1995). 100 Ways To Enhance Values and Morality in Schools and Youth Settings. ERIC.

 

Lickona, Thomas. (2013). Character Matters: How to Help Our Children Develop Good Judgment, Integrity, and Other Essentia lVirtues (Terjemahan). Jakarta: PT Bumi Aksara.

 

Luthfi, Khabib. (2018). Masyarakat Indonesia dan Tanggung Jawab Moralitas. Guepedia.

 

Purwanto, Ngalim. (2013). Teori Kepemimpinan dan Aplikasinya. Rineka Cipta. Jakarta.

 

Sasmito, Cahyo, & Nawangsari, Ertien Rining. (2019). Implementasi Program Keluarga Harapan Dalam Upaya Mengentaskan Kemiskinan di Kota Batu. JPSI (Journal of Public Sector Innovations), 3(2), 68�74.

 

Sepriyanti, Nana. (2006). Artikel Nana Sepriyanti. Padang: IAIN IB Press.

 

St, Dian Handayani. (2015). Peranan Guru Ips Dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik Di Smp It Ar Raihan Bandar Lampung. Universitas Lampung.

 

Wengki Andika Putra, Putra. (2018). Hubungan Disiplin Belajar terhadap Hasil Belajar Sejarah Pada Siswa Kelas X SMA N 1 Pantai Cermin, Kabupaten Solok. STKIP PGRI Sumatera Barat.

 

Wuryandani, Wuri, Maftuh, Bunyamin, & Budimansyah, Dasim. (2014). Pendidikan Karakter Disiplin di Sekolah Dasar. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 33(2).