Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�����
Vol. 3, No. 2, Februari 2021
INOVASI PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS BLENDED COOPERATIVE E LEARNING DI MASA
PANDEMI
Nur Irsyadiah dan Ahmad Rifa�i
Universitas Islam Jakarta dan Kantor
Kementerian Agama Kota Administrasi Jakarta Pusat, Indonesia
Email: [email protected] dan [email protected]
Abstract
The purpose of this research is to find pai
learning strategies and ways by using blanded e cooperative
e learning methods. The research method used is qualitative research method by
observing directly the implementation ofdefensejaran jaurak far in muhammadiyah
college branch senen jakarta
pusat. The results showed that blanded cooperative e learning method is the
ideal solution in dealing with pandemic covid
19. Because this method can bridge the gap between students who have
technological means and who do not have them. The combination of cooperative learning and blended
learning approaches not only equips students with the ability to understand the
material, but more than that can improve communication skills and interpersonal
skills, problem solving, critical
analysis and other skills needed by students. With the ease of technology, the
limitations of classroom meetings can be solved by blended learning.
Keywords: blended
learning; islamic religious education learning
Abstrak
Tujuan penelitian
ini adalah untuk menemukan strategi dan cara pembelajaran PAI dengan menggunakan metode blanded e cooperative
e learning. Adapun metode penelitian
yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan mengamati langsung pelaksanaan pembelajaran jaurak jauh di perguruan muhammadiyah cabang senen jakarta
pusat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode blanded
cooperative e learning adalah solusi
ideal dalam menghadapi pandemi covid 19. Sebab metode ini
dapat menjembatani kesenjangan antara peserta didik yang memiliki sarana teknologi dan yang tidak memilikinya. Perpaduan antara pendekatan pembelajaran cooperative learning dan blended learning tidak saja hanya membekali siswa kemampuan memahami materi, namun lebih dari
itu dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan keterampilan
interpersonal, pemecahan masalah,
analisis kritis dan keterampilan lain yang dibutuhkan
oleh siswa. Dengan kemudahan teknologi, keterbatasan pertemuan di kelas dapat dipecahkan
dengan blended learning.
Kata kunci: blended learning; pendidikan agama islam; inovasi pembelajaran
Pendahuluan
Setiap negara di belahan
dunia sekarang sedang menaruh perhatian penuh untuk mengatasi corona virus disease 2019 (Covid-19). Ini semua dikarenakan covid-19 yang telah menjadi
pandemi bagi masyarakat di seluruh dunia dan sudah banyak menelan korban jiwa
manusia (Bakri, 2020).
Coronavirus adalah sekumpulan virus dari subfamili Orthocronavirinae dalam
keluarga Coronaviridae dan ordo Nidovirales. Kelompok virus ini yang
dapat menyebabkan penyakit pada burung dan mamalia, termasuk manusia. Pada
manusia, coronavirus menyebabkan infeksi saluran pernapasan yang umumnya
ringan, seperti pilek, meskipun beberapa bentuk penyakit seperti; SARS, MERS,
dan COVID-19 sifatnya lebih mematikan (Yunus & Rezki,
2020).
Pemerintah pun mempunyai kendala yang sangat besar dalam mengatasi
kendala ini karena menyangkut dengan persoalan ekonomi, sosial kesehatan, pendidikan, keamanan dan lain-lain dalam mengatasi covid-19 (Juliani, 2020). Maka di sini diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah dan warga masyarakat dalam rangka memutuskan
mata rantai penyebaran covid-19 dalam skala besar dan luas sehingga virus ini tidak berdaya
menyebar ke warga masyarakat lainnya, dengan menerapkan sistem ketaatan dan disiplin bagi warga itu
sendiri.
Karena adanya virus ini, aktivitas
masyarakat di berbagai Negara jadi terganggu sehingga membuat masyarakat di
dunia harus tetap diam dirumah untuk memutus mata tantai virus corona agar
tidak semakin menyebar. Lalu perekonomian di berbagai dunia juga semakin
menurun karena adanya virus ini. Asian Development Bank (ADB)
memprediksi pertumbuhan ekonomi nasional hanya sebesar 2,5% pada tahun 2020
atau terpangkas setengahnya setelah pada tahun 2019 tumbuh 5,0%. Hal ini
disebabkan oleh pandemi virus corona yang menjangkiti berbagai wilayah nusantara (Siahaan, 2020).
Pemerintah telah melakukan
upaya peningkatan kualitas dan kuantitas yang mengusung nama pendidikan. Salah
satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah biasanya bersifat konstitusional
untuk mendapatkan lulusan dari sekolah yang kompetitif dan siap bersaing secara
global (Pujilestari,
2020).
Dilema ini juga berimbas ke dalam
dunia pendidikan walaupun sudah ada sebuah
regulasi baru yang di keluarkan oleh pemerintah, dengan pembatasan kegiatan di setiap satuan pendidikan. Dengan sistem proses belajar mengajar di satuan pendidikan wajib mematuhi dan menaati oleh setiap warga dari satuan
pendidikan di seluruh
Indonesia khususnya, tetapi
ini bukan berarti guru dan siswa hanya bebas belajar
(Yaumi, 2017).
Era reformasi ditandai dengan tergulingnya rezim pemerintahan Soeharto, dibarengi dengan krisis moneter,
ekonomi, dan politik telah mendorong arus pem baruan
dalam semua aspek kehidupan. Pembaruan dan reformasi telah menggerakkan perubahan dalam semua aspek kehidupan,
bahkan berdampak pada euforia kebebasan yang nyaris kebablasan (Setiani, Nivanty,
Lutfiah, & Rahmawati, 2020).
Guru dan siswa tetap harus
melaksanakan pembelajaran
di rumah masing-masing dengan
metode daring (dalam jaringan), metode luring (jaringan luar) atau dengan media lainnya yang bisa mengakses model pembelajaran sesuai dengan aturan
protokol di satuan pendidikan masing-masing (Suhendro, 2020).
Kebijakan pembelajaran melalui metode daring merupakan sebuah manfaat yang sangat besar bagi siswa
di era teknologi digital, sehingga
dapat memberi hak-hak otonomi bagi siswa agar proses belajar tetap berjalan,
meskipun dalam kondisi yang sangat prihatin dalam menghadapi darurat pandemi covid-19. Namun demikian, masih banyak kendala yang dihadapi guru dan siswa yang muncul dalam pembelajaran
metode daring yang tidak bisa dihindari (Sanjaya, 2020).
Sebagaimana contoh, yang akan terjadi di satuan pendidikan atau daerah 3T (daerah tertinggal, terdepan, dan terluar) yang terkendala dengan koneksi jaringan internet yang tidak ada, tentu
ini tidak bisa dilaksanakan dengan sistem daring ataupun media teknologi lainnya. Karena kemajuan informasi dan komunikasi, karena keterbatasan pemerataan teknologi sehingga bagi mereka
belum bisa dan sulit melaksanakan pembelajaran daring ataupun dengan media lainya.
Alasan lain yang muncul adalah masih banyaknya
satuan pendidikan yang belum familiar dengan perkembangan informasi dan komunikasi sehingga beberapa platform pembelajaran
daring yang dapat digunakan
dalam pembelajaran daring.
Pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah-sekolah terus mengalami perkembangan sesuai dengan kondisi dan kemampuan siswa masing-masing.
Akan tetapi berdasarkan pengamatan riil di lapangan metode yang digunakan masih bersifat monoton dan bersifat teacher centre. Akibatnya
adalah siswa sering merasa bosan
dan kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran tersebut (Syaparuddin,
Meldianus, & Elihami, 2020).
Guru
Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti merupakan komponen paling menentukan
dalam sistem pendidikan dan pembelajaran secara keseluruhan pada satuan
pendidikan. Hal ini karena guru PAI dan Budi Pekerti sangat menentukan
keberhasilan peserta didik terutama dalam kaitannya dengan pembentukan
kepribadian dan akhlak mulia serta pencapaian tujuan pembelajaran (Wahidin,
2018).
Untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, aktif, kreatif dan inovatif dibutuhkan keterampilan dan keahlian para
guru dalam mengembangkan pembelajaran. Guru tidak hanya mengajarkan apa yang ada dalam
buku semata namun juga mampu mengimplementasikan pengalaman
dan pengetahuannya dalam pembelajaran tersebut (Saefudin, 2008).
Pandemi covid-19 telah memberikan gambaran atas kelangsungan dunia pendidikan di masa depan melalui bantuan teknologi. Namun, teknologi tetap tidak dapat menggantikan
peran guru, dosen, dan interaksi belajar antara pelajar dan pengajar sebab edukasi bukan hanya
sekedar memperoleh pengetahuan tetapi juga tentang nilai, kerja sama, serta
kompetensi. Situasi pandemi ini menjadi
tantangan tersendiri bagi kreativitas setiap individu dalam menggunakan teknologi untuk mengembangkan dunia Pendidikan (Simarmata et al.,
2020).
Tugas guru adalah membimbing, mendampingi dan mengarahkan peserta didik dalam belajar.
Maka diperlukan guru yang berjiwa inovatif dan kreatif sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang berkualitas. Adapun penerapan
yang dilakukan selain dengan e-learning
yaitu dengan blended learning. Blended learning adalah sebuah kemudahan pembelaiaran yang menggabungkan berbagai pembelajaran. memperkenalkan berbagai pilihan media dialog antara fasilitator dengan individu yang mendapat pengajaran. Menurut (Harding, Kaczynski,
& Wood, 2012) blended learning juga sebagai sebuah kombinasi pengajaran langsung (face-to-face�s)
dan pengajaran online, tapi
lebih daripada ltu sebagai elemen
dan interaksi social.
Secara terperinci blended learning merupakan
pendekatan pembelajaran
yang mengintegrasikan pembelajaran
tradisonal tatap muka dan pembelajaran jarak jauh yang menggunakan sumber belajar online dan beragam pilihan komunikasi yang dapat digunakan oleh pendidik dan peserta didik (Rusdiana, Sulhan,
Arifin, & Kamaludin, 2020).
Dalam tulisan ini, akan dipaparkan dengan jelas tentang
inovasi pembelajaran pendidikan agama islam berbasis blended
learning yaitu perpaduan
pembelajaran tatap muka dengan menggunakan
cooperative learning dan keterbatasan dalam pembelajaran tatap muka tersebut digunakan
penggunakan pembelajaran e-learning berikut
pengembangannya sehingga menjadi suatu tipe
pembelajaran baru yang lebih efektif, efisien dan menarik bagi siswa. Pendekatan
untuk mengkombinasikan kegiatan tatap muka di kelas dengan
kegiatan berkelompok selama proses pembelajaran pendidikan agama islam dan penilaian berpasangan dapat disebut sebagai
pendekatan blended
cooperative e-learning (BCeL). Menurut (Nawangsari, 2010) BCeL dapat digunakan
sebagai suatu alternatif jenis pembelajaran yang tidak hanya efektif, efisien, dan menarik sebagai sarana untuk menunjang learning community bagi
siswa, karena dalam BCeL selain terdapat
interaksi guru dan interaksi
muatan juga terdapat interaksi sosial yang mementingkan siswa dapat mempersepsikan diri mereka sebagai
sebuah komunitas yang saling bergantung secara positif (positive interdependent).
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini
digunakan metode penelitian dan pengembangan yang merupakan bagian dalam merode
kualitatif. Yang dimaksud dengan penelitian dan pengembangan atau research and development (R&D)
adalah rangkaian proses atau langkah-langkah dalam rangka mengembangkan suatu
produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada agar dapat dipertanggung
jawabkan (Handoko, 2017). Dalam penelitian ini penulis akan mengembangkan perangkat
lunak dalam pembelajaran yaitu metode pembelajaran pendidikan agama islam melalui blended cooperative learning. Adapun langkah-langkahnya
adalah:
1. Pengumplan informasi
awal
2. Perencanaan
3. Pengembangan produk
awal
4. Uji coba awal
5. Revisi produk
6. Uji coba lapangan
7. Revisi produk
Tempat Penelitian Penelitian ini
bertempat di perguruan muhammadiyah cabang senen jakarta, Jl. Kali baru
barat No.52 D bungur senen jakarta pusat.
Hasil dan Pembahasan
1. Blended Cooperative e Learning
Pembelajaran pendidikan agama islam
yang cocok dan akan dikembangkan di perguruan muhammadiyah cabang senen jakarta adalah metode blended cooperative e-learning atau disingkat BCeL. Kerangka teori BCeL ini dibangun berdasarkan
pandangan dari beberapa teori yang mengkerangkai cooperative
learning. Dalam BCeL dipadukan
tiga jenis interaksi yang meliputi interaksi sosial, inetraksi muatan, dan interaksi guru. Penjelasan adalah berikut:
1.
Tipe interaksi pertama adalah dengan guru yang menjadi fasilitasor active
learning dan interaksi
tatap muka yang terjadi pada suatu setting sosial. Akan tetapi gurulah yang merancang dan mengelola urut-urutan pembelajaran dan menyeleksi media
yang tepat sebelum berinteraksi dengan siswa. Selanjutnya guru menggunakan e-learning
untuk meakukan pembelajaran jarak jauh dan pengumpulan tugas serta komunikasi
secara online. Siswa dapat berdiskusi dengan siswa lain dan dengan siswa dapat
berdiskusi dengan siswa lainnya dengan
guru pada waktu yang bersamaan
sehingga akan terjadi komunikasi interpersonal dan feedback. Pembelajaran dilakukan melalui portal sekolah, google classroom dan Whatsapp.
2.
Interaksi kedua adalah dengan muatan interaksi
ini menjembatani interaksi kognitif dengan konsep konsep
dan keterampilan yang termuat
dalam modul pembelajaran. Modul tersebut disertai dengan petunjuk penggunaan dan mind
mapping setap topik sehingga tujuan pembelajaran tergambar dengan jelas. Selain modul juga
digunakan lembar kerja siswa yang diambil secara berkala oleh siswa yang tidak
memiliki perangkat telepon pintar atau akses internet, setelah dikerjakan di
rumah sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, lalu dikumpulkan setiap pekan
ke sekolah.
3.
Terakhir, interaksi sosial dimaksudkan senbagai kemampuan pembelajar (siswa) untuk mempersepsikan
diri mereka sebagai sebuah komunitas yang saling bergantung secara positif (positive
interdependent, cooperation). Interaksi yang demikian itu dapat
terjadi di keseluruhan
proses pembelajaran karena mereka engerjakan tgas-tugasyang menuntut kerjasama. Sebagaimana diketahui dimensi interaksi (diskursus social).
Makna ini kemudian dibagai diantara anggota-anggota kelompok yang ikut membangun pengetahuan bersama melalui tanggapan antar mereka sendiri. Ini sudah merupakan
pencapaian level kognitif
yang tinggi (Aviv, 2000).
Selama ini metode yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan agama islam di perguruan muhammadiyah cabang senen jakarta adalah metode langsung dengan berorientasi pada ceramah ataupun power point. Metode ini berdasarkan survey yang disebar ke peserta didik
dirasakan membosankan dan kurang inovatif. Oleh karena itu perlu
inovasi pembelajaran yang aktif interaktif serta menyenangkan dalam pembelajaran pendidikan agama islam dan inovasi itu adalah
blended cooperative e learning. Dari hasil uji coba produk di dapati bahwa keaktifan serta pemahaman siswa terhadap pembelajaran pendidikan agama islam menjadi meningkat.
Sebelum uji coba metode blended cooperative
e-learning nilai rata-rata pelajaran
pendidikan agama islam adalah 75, setelah uji coba metode blended cooperative e learning nilai
rata-rata mereka menjadi
78. Disamping itu interaksi dan kerjasama mereka menjadi lebih solid dan padu.
Kesimpulan
Perpaduan antara pendekatan
pembelajaran cooperative learning dan
blended learning tidak saja hanya membekali
siswa kemampuan memahami materi, namun lebih dari itu dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi dan keterampilan interpersonal, pemecahan masalah, analisis
kritis dan keterampilan lain yang dibutuhkan oleh siswa. Dengan kemudahan
teknologi, keterbatasan pertemuan di kelas dapat dipecahkan dengan blended learning. Blended learning tidaklah sesederhana
sebagai sebuah sebuah kombinasi pengajaran langsung (direct learning) dan pengajaran online tapi lebih daripada itu
sebagai elemen dari interaksi sosial, ketika para siswa diperlukan untuk lebih
sering bekerjasama secara online, mereka saling berbagi permasalahan secara
umum pada tingkatan yang beragam, mereka kemudian menciptakan komunitas
�penyelesaian masalah�mereka sendiri. Dengan blended cooperative e-learning pembelajaran pendidikan agama islam yang dulu monoton dan searah akan menjadi menarik
dan interaktif, semua terlibat dalam pembelajaran yang menyenangkan.
BIBLIOGRAFI
Aviv. (2000, November). Decision
support system for the management of an agile supply chain. Google Patents.
Bakri, Wahyuddin. (2020). Bunga Rampai Pandemi.
Handoko, Prio. (2017). Sistem Kendali Perangkat Elektronika Monolitik
Berbasis Arduino Uno R3. Prosiding Semnastek.
Harding, Ansie, Kaczynski, Dan, & Wood, Leigh. (2012). Evaluation of
blended learning: analysis of qualitative data. Proceedings of The Australian
Conference on Science and Mathematics Education (Formerly UniServe Science
Conference), 11.
Juliani, Henny. (2020). Analisis Yuridis Kebijakan Keuangan Negara Dalam
Penanganan Pandemi Covid-19 Melalui Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020. Administrative Law & Governance
Journal, 3(2), 329�348.
Nawangsari, Dyah. (2010). Urgensi Inovasi dalam Sistem Pendidikan. Jurnal
Falasifa, 1(1).
Pujilestari, Yulita. (2020). Dampak Positif Pembelajaran Online Dalam
Sistem Pendidikan Indonesia Pasca Pandemi Covid-19. �ADALAH, 4(1).
Rusdiana, Ahmad, Sulhan, Moh, Arifin, Isep Zaenal, & Kamaludin, Undang
Ahmad. (2020). Penerapan model POE2WE berbasis blended learning google
classroom pada pembelajaran masa WFH pandemic Covid-19.
Saefudin, Asep. (2008). Perkembangan Teknologi Komunikasi: Perspektif
Komunikasi Peradaban. Mediator: Jurnal Komunikasi, 9(2), 383�392.
Sanjaya, Ridwan. (2020). 21 Refleksi Pembelajaran Daring di Masa
Darurat. SCU Knowledge Media.
Setiani, Dina Dwi, Nivanty, Hanien, Lutfiah, Wardah, & Rahmawati,
Lilik. (2020). Fintech syariah: manfaat dan problematika penerapan pada UMKM. Jurnal
Masharif Al-Syariah: Jurnal Ekonomi Dan Perbankan Syariah, 5(1).
Siahaan, Matdio. (2020). Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Dunia
Pendidikan. Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Dunia Pendidikan, 20(2).
Simarmata, Janner, Chaerul, Muhammad, Mukti, Retno Cahya, Purba, Deddy
Wahyudin, Tamrin, Andi Febriana, Jamaludin, Jamaludin, Suhelayanti,
Suhelayanti, Watrianthos, Ronal, Sahabuddin, Andi Arfan, & Meganingratna,
Andi. (2020). Teknologi Informasi: Aplikasi dan Penerapannya. Yayasan
Kita Menulis.
Suhendro, Eko. (2020). Strategi Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini di
Masa Pandemi Covid-19. Golden Age: Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia
Dini, 5(3), 133�140.
Syaparuddin, Syaparuddin, Meldianus, Meldianus, & Elihami, Elihami.
(2020). Strategi pembelajaran aktif dalam meningkatkan motivasi belajar pkn
peserta didik. Mahaguru: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 1(1),
30�41.
Wahidin, Unang. (2018). Implementasi Literasi Media dalam Proses
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Edukasi Islami: Jurnal
Pendidikan Islam, 7(02), 229�244.
Yaumi, Muhammad. (2017). Prinsip-prinsip desain pembelajaran:
Disesuaikan dengan kurikulum 2013 edisi Kedua. Kencana.
Yunus, Nur Rohim, & Rezki, Annissa. (2020). Kebijakan Pemberlakuan
Lock Down Sebagai Antisipasi Penyebaran Corona Virus Covid-19. Salam: Jurnal
Sosial Dan Budaya Syar-I, 7(3), 227�238.