39
Syntax Idea: pISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X
Vol. 3, No. 1, Januari 2021
PELAYANAN MATERNAL PADA PERIODE INTRANATAL DI RUMAH
SAKIT TIPE B TAHUN 2019
Darmayanti
Akademi keperawatan RS. Dustira Cimahi Jawa Barat,Indonesia
Abstract
The purpose of the study was to obtain an overview of how the intranatal service
process is carried out and explore the views of health workers on individual
problems and barriers to the services provided. The research design uses mixed
methods with sequential explanatory models. The research mapma stage uses
quantitative methods to find out the picture of maternity nursing care services at
Dustira Cimahi Hospital using observation sheets and questionnaires that are
analyzed univariately. The sample numbered 16 people, using stratified random
sampling proportionalization techniques. The second phase using qualitative
method using interview technique to health officer numbered 4 participants to
strengthen quantitative data and analyzed descriptive qualitatively using data
analysis stages miles and huberman model. Data collection was carried out from
June-July 2019. The results of the study obtained data that nursing care services
(Askep) Maternitas in spontaneous intranatal services obtained data, an average of
92.73% with a range between 90.91% - 95.45%, while in SC patients the average
service that has been given is only 86.2% of all service processes with a range
between 80% - 96%. While the average quality of service based on the element of
satisfaction of patients in spontaneous intranatal is 70.7% and in intranatal SC
71.8%. It can be concluded that the service process in the intranal period in one of
the hospitals. Type B Cimahi city is not optimal, or there are still some that have
not been implemented in accordance with the standards and have not reached the
target of 100% service standards while patient satisfaction shows that the quality of
intranatal services in hospitals. Dustira is in the good category. The advice in this
study is to implement maternity nursing care services that are integrated with
midwifery services.
Keywords: intrantal maternity nursing careservices; standard of hospital services;
patient and officer perspectives
Abstrak
Tujuan penelitian adalah memperoleh gambaran tentang bagaimana proses
pelayanan intranatal dikerjakan dan mengeksplorasi pandangan petugas kesehatan
mengenai masalah dan hambatan secara individual terhadap pelayanan yang
diberikan. Rancangan penelitian menggunakan metode kombinasi (mixed methods)
dengan model sequential explanatory. Tahap petama penelitian menggunakan
metode kuantitatif untuk mengetahui gambaran pelayanan asuhan keperawatan
maternitas di RS Dustira Cimahi menggunakan lembar observasi dan kuesioner
yang dianalisis secara univariat. Jumlah sampel 16 orang, menggunakan teknik
Darmayanti
40 Syntax Idea, Vol. 3, No 1, Januari 2021
proporsionate stratified random sampling. Tahap kedua dengan metode kualitatif
menggunakan teknik wawancara ke petugas kesehatan berjumlah 4 partisipan untuk
memperkuat data kuantitatif dan dianalisis secara deskriptif kualitatif menggunakan
tahapan analisis data model Miles dan Huberman. Pengambilan data dilaksanakan
dari bualan Juni-Juli 2019. Hasil peneltian didapatkan data bahwa pelayanan
Asuhan Keperawatan (Askep) Maternitas pada pelayanan intranatal spontan
didapatkan data, rata-rata 92,73% dengan rentang antara 90,91%-95,45%,
sedangkan pada pasien SC rata-rata pelayanan yang telah diberikan hanya 86,2%
dari semua proses pelayanan dengan rentang antara 80% 96%. Sedangkan rata-
rata kualitas pelayanan berdasarkan unsur kepuasaan pasien pada intranatal spontan
yaitu 70,7% dan pada intranatal SC 71.8%. Dapat disimpulkan bahwa proses
pelayanan pada periode intranal di salah satu RS. Tipe B Kota Cimahi ini belum
optimal, atau masih ada beberapa yang belum dilaksanakan sesuai dengan standar
dan belum mencapai target standar pelayanan sebesar 100% sedangkan kepuasan
pasien menunjukan bahwa kualitas pelayanan intranatal di RS. Dustira berada pada
kategori baik. Saran pada penelitian ini adalah menerapkan pelayanan asuhan
keperawatan maternitas yang diintegrasikan dengan pelayanan kebidanan.
Kata kunci: pelayanan asuhan keperawatan maternitas intrantal; standar pelayanan
rumah sakit; prespektif pasien dan petugas
Pendahuluan
Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) khususnya di negara berkembang termasuk
Indonesia, menjadi salah satu masalah kesehatan di dunia. AKI di Indonesia masih
tinggi yaitu pada tahun 2015 sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup. Berbagai upaya
dilakukan pemerintah Indonesia salah satu diantaranya melalui pelayanan maternal
untuk mencapai target program Sustainable Development Goals (SDGS) yaitu pada
tahun 2030, mengurangi angka kematian ibu hingga di bawah 70 per 100.000. (UNPDF,
2016-2020). Kondisi saat ini Indonesia belum mencapai target pencampaian AKI seperti
yang diharapkan. Kematian ibu di periode maternal salah satunya periode intranatal atau
saat persalinan banyak terjadi di Rumah Sakit (RS), namun pada kenyataanya pelayanan
yang diberikan RS belum optimal. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Simbolon,
(2013) yang berjudul Determinan Kinerja Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di Rumah
Sakit Pemerintah Indonesia. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa kinerja pelayanan
dalam bidang KIA sebagian besar (66,3%) dari 685 RS pemerintah di Indonesia, masih
kurang optimal. Pelayanan yang diberikan oleh RS dalam upaya menurunkan AKI
yaitu melalui penyelenggaraan Pelayanan Keperawatan Ibu dan Anak, salah satunya
pelayanan keperawatan maternitas (Kemenkes, 2015).
Pelayanan keperawatan maternitas di RS memiliki peran yang sangat strategis
dalam upaya menurunkan AKI, karena RS merupakan institusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, meliputi
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative (UU No. 44, 2009). RS juga merupakan
fasilitas kesehatan rujukan dari fasilitas kesehatan tingkat I, untuk pasien maternal
dengan komplikasi obstetric yang dialami oleh sekitar 20% dari seluruh ibu hamil,
tetapi kasus komplikasi obstetrik yang ditangani secara baik kurang dari 10%. RS
Pelayanan Maternal Pada Periode Intranatal Di Rumah Sakit Tipe B tahun 2019
Syntax Idea, Vol. 3, No 1, Januari 2021 41
memiliki andil besar dalam AKI karena sebanyak 53% pasien mengalami pengambilan
keputusan klinik yang tidak tepat, sebanyak 47% terlambat dilakukan eksekusi/operasi,
dan 47 % mengalami ketidakakuratan di dalam monitoring (Moog, Learning, &
Student-Centered, 2017).
Pelayanan keperawatan maternitas di RS ditujukan untuk meminimalkan
komplikasi dan menurunkan risiko bagi ibu dan bayi termasuk dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan yang bertujuan membantu meningkatkan kesejahteraan ibu dan
janin, bayi baru lahir dan membantu perkembangan keutuhan keluarga. Praktik
pelayanan keperawatan maternitas meliputi pelayanan asuhan keperawatan yang
meliputi masa antenatal, intranatal, postnatal, bayi baru lahir dan kesehatan reproduksi
perempuan dengan memperhatikan aspek bio psiko sosio spiritual (Kemenkes, 2015).
Perencanaan strategis masih diperlukan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan
dan kebidanan pada bidang maternal. Pernyataan ini didukung oleh penelitaian tentang
Efektifitas dan Kepuasan Pasien pada Pelayanan Keperawatan Maternitas di RSHS
bandung, yang menyimpulkan bahwa ada beberapa kekhawatiran berkaitan dengan
efektifitas perawatan persalinan dengan tingkat kepuasan pasien 58% puas dan 42%
tidak puas (Rahayuwati, Ermiati, & Trisyani, 2016).
Pelayanan asuhan keperawatan maternitas pada periode intrantal, merupakan salah
satu faktor determinan dari kesakitan dan kematian maternal akibat komplikasi
persalinan.
Penelitian (Simarmata, Armagustini, & Bisara, 2012) didapatkan hasil
bahwa proporsi kejadian komplikasi persalinan yang mengancam keselamatan ibu dan
janin di Indonesia antara kurun waktu tahun 2005-2010 sebanyak 47,8 %. Pelayanan
persalinan yang optimal merupakan salah satu cara menekan angka kesakitan dan
kematian pada ibu dan bayi (Sari, 2014). Pelayanan persalinan yang optimal menurut
pedoman Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi diselenggarakan secara bersih dan aman,
namun masih terbatas informasi tentang pelaksanaan pelayanan bersalin di RS baik
persalinan normal ataupun dengan tindakan.
Pelayanan asuhan keperawatan pada area intranatal di RS sebagai bagian dari
pelayanan bidang maternal diselenggarakan secara sistematis dan berjenjang mulai dari
pelayanan kesehatan dasar sampai pelayanan rujukan dan terintegrasi dengan pelayanan
kebidanan. Pelayanan maternal dilaksanakan secara langsung di bawah kementerian
kesehatan dan swasta sesuai dengan peraturan kementerian kesehatan yang
diklasifikasikan menjadi RS tipe A, B, C, dan D. Target pelayanan yang diberikan
disesuaikan dengan tipe RS dalam upaya pencapaian indikator mutu pelayanan di RS
diantaranya adalah jumlah kunjungan pasien ke RS dan tingkat kepuasaanya. Suatu
dikatakan bermutu dalam dimensi tertentu apabila indikator pelayanan mencapai atau
melampaui standar yang telah ditetapkan, sehingga diperlukan suatu strategi dalam
pencapainnya. Pelayanan Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan
memiliki peran dalam menjaga kualitas pelayanan yang bermutu. Evaluasi mengenai
langkah-langkah atau strategi dalam pencapaian indikator mutu masih terbatas, sehingga
program yang telah disusun belum dapat menganalisis bagaimana tingkat
keberhasilannya.
Darmayanti
42 Syntax Idea, Vol. 3, No 1, Januari 2021
Pelaksanaan pelayanan intranatal di RS sebagai tempat rujukan, yaitu dengan
memberikan pelayanan pada persalinan spontan dan penatalaksanaan persalinan buatan.
Sifat perujukan dalam pelayanan kesehatan maternal dibedakan menjadi rujukan
kegawatdaruratan dan rujukan berencana, dengan alasan tenaga dan perlengkapan
fasilitas kesehatan dasar tidak mampu menangani komplikasi. Salah satu RS tipe B di
kota Cimahi ini telah menyelenggarakan pelayanan bidang maternal yang secara
operasional dilaksanakan oleh poliklinik kebidanan, Ruang Perawatan Nifas, Ruang
Perawatan kasus obsteri dan gynekolog, ruang bersalin dan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Komprehensif (PONEK) dibawah Instalasi Gawat Darurat. Data yang
berhubungan dengan perslinan pada RS tersebut pada 3 tahun terakhir mencapai 5105
persalinan dan 3250 atau sekitar 64% merupakan persalinan sectio caesaria (SC). Data
tersebut menunjukan bahwa angka persalinan buatan lebih banyak daripada persalinan
spontan, dengan kata lain data pasien intranatal yang memerlukan penanganan khusus
akibat adanya indikasi SC atau adanya komplikasi lebih banyak daripada pasien
intranatal tanpa komplikasi.
Indikator mutu pelayanan maternal di RS Tipe B dilaksanakan berdasarkan
Standar Pelayanan Minimal RS diantaranya : 1) Kejadian kematian ibu dalam
persalinan karena perdarahan 1% , preeklamsia 30%, dan sepsis < 0.2%, 2) pemberi
pelayanan persalinan adalah Dokter Sp.OG dan Dokter Umum yang telah terlatih
(APN), serta oleh Bidan, 3) Pemberi pelayanan persalinan dengan penyulit dilaksanakan
oleh tim PONEK terlatih, 4) Pemberi pelayanan persalinan dengan tindakan operasi
oleh Dokter Sp.OG, Sp. A dan Sp.An, 5) Pertolongan persalinan SC dengan standar
20%, dan 6) pencapaian kepuasan pelanggan 80%. Suatu pelayanan dikatakan
bermutu dalam dimensi tertentu apabila indikator pelayanan mencapai atau melampaui
standar yang telah ditetapkan, sehingga diperlukan suatu strategi dalam pencapainnya.
Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan memiliki peran
dalam menjaga kualitas pelayanan yang bermutu. Amanat Permenkes No 10 tahun 2015
tentang Standar Pelayanan Keperawatan Di RS Khusus, menyebutkan bahwa pelayanan
maternal perlu didukung kompetensi memadai dari perawat pelaksana, perawat
pengelola dan kebijakan yang berlaku. Pelaksanaan pelayanan maternal melalui
penerpanan asuhan keperawatan terdiri dari serangakaian kegiatan yaitu pengkajian,
penegakan diagnose keperawatan, penentuan intervensi, pelaksanaan tindakan
(implementasi) dan evaluasi. Secara umum pelayanan asuhan keperawatan maternitas,
merupakan bagian dari standar layanan kesehatan. Standar adalah suatu pernyataan
diskriptif yang menguraikan penampilan kerja yang dapat diukur melalui kualitas
struktur, proses dan hasil (Gillies, Lo, & Wesolowski, 1989) Evaluasi mengenai
langkah-langkah atau strategi dalam pencapaian indikator mutu dalam pelayanan
maternal masih terbatas, sehingga program yang telah disusun belum dapat
menganalisis bagaimana tingkat keberhasilannya.
Penelitian ini menggunakan penelitian mixmethode, yang bertujuan untuk
memperoleh gambaran tentang bagaimana proses pelayanan intranatal dikerjakan dan
mengeksplorasi pandangan petugas kesehatan mengenai masalah dan hambatan secara
Pelayanan Maternal Pada Periode Intranatal Di Rumah Sakit Tipe B tahun 2019
Syntax Idea, Vol. 3, No 1, Januari 2021 43
individual terhadap pelayanan yang diberikan. Selain itu, penelitian ini akan
memberikan gambaran kepuasan pasien sebagai salah satu penilaian terhadap kualitas
pelayanan intranatal. Sedangkan manfaat yang hendak dicapai dalam penelitin ini
adalah manfaat dalam pengembangan proses analisis sebagai bahan masukan tentang
kondisi real pelayanan asuhan keperawatan maternitas periode intranatal dan sebagai
bahan kajian pustaka dan kerangka acuan serta memberikan informasi untuk
pengembangan program dalam meningkatkan kualitas pelayanan.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan metode kombinasi (mixed methods) dengan model
sequential explanatory yang bertujuan untuk membandingkan perspektif-perspektif
berbeda yang diambil dari data kuantitatif dan kualitatif serta mendapatkan pemahaman
tentang penerapan standar pelayanan asuhan keperawatan meternitas terhadap kepuasan
pasien. untuk mendapatkan gambaran dua hal yang berbeda dilakukan dengan
melakukan pengumpulan data secara kuantitatif dan kualitatif. Tahap pertama penelitian
menggunakan metode kuantitatif pengumpulan data dimaksudkan untuk mengetahui
bagaimana gambaran pelayanan asuhan keperawatan maternitas pada periode intranatal.
Tahap kedua dengan metode kualitatif, pengumpulan data dimaksudkan untuk
memperkuat data kuantitatif tentang pelayanan antenatal yang telah diperoleh pada
tahap awal. Data kualitatif didapatkan dari petugas, kepala ruangan, dan manajemen
bidang keperawatan berdasarkan data hasil penelitian kuantitatif. Pengumpulan data
kualitatif dilaksanakan melalui wawancara semi terstruktur untuk memperkuat
penelitian kuantitaif dengan menyusun pertanyaan berdasarkan hasil kuantitaif. Pada
penelitian ini, penelitian kuantitatif, data dikuatkan secara kualitatif dan dari kedua data
tersebut ditemukan gambaran secara menyeluruh tentang pelayanan intranatal di salah
satu RS tipe B di Kota Cimahi.
Pelayanan intranatal di RS ini secara operasional dilaksanakan oleh ruang bersalin
dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 7 (tujuh) buah, dan ditunjang dengan alat
pertolongan persalinan yang memadai. Selain itu, pelayanan intranatal didukung adanya
ruang bedah untuk pertolongan persalinan secara sectio caesarea (SC) serta telah
memiliki unit perinatologi. Ruang bersalin RS. Dustira memiliki SDM sebanyak 14
orang dengan kualifikasi pendidikan terendah adalah Diploma III (D3) kebidanan dan
telah memiliki STR bidan.
Pengumpulan data pada penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai
dengan agustus 2019. Sumber data terbagi menjadi dua yaitu sumber data kuantitatif
(populasi dan sampel), serta sumber data kualitatif (partisipan). Populasi dalam
penelitian ini adalah pasien yang menerima pelayanan maternal di ruang bersalin
periode intranatal. Sampel dalam penelitian ini yaitu sebagian pasien yang menjalani
persalinan, yang diambil secara proporsionate stratified random sampling, jumlah
sampel pada penelitian ini adala 14 orang. Sedangkan, Partisipan yang digunakan dalam
metode kualitatif pada penelitian ini yaitu petugas kesehatan, kepala ruangan dan
manajemen bidang keperawatan di fasilitas pelayanan intranatal RS tersebut yang
Darmayanti
44 Syntax Idea, Vol. 3, No 1, Januari 2021
dipilih secara purposive sampling yaitu mencari partisipan dengan pertimbangan
tertentu diantaranya 1) Perawat atau bidan yang merupakan pegawai tetap di pelayanan
Intranatal, 2) Kepala Poliklinik dan manajemen bidang keperawatan, 3) Masa kerja
diatas 5 tahun dan berstatus sebagai PNS/Organik/Karyawan Tetap. 3) Pendidikan
minimal D3 Kebidanan/ Perawatan. Jumlah pertisipan dalam penelitian kualitatif ini
sebanyak 4 orang yang terdiri dari 2 petugas kesehatan, 1 kepala ruangan dan 1 kepala
manajemen keperawatan.
Penelitian ini menggunakan dua instrument yaitu instrument kuantitaif dan
kualitatif instrument kuantitatif berupa lembar observasi standar pelayanan asuhan
keperawatan maternitas dan kuisioner kepuasan pasien terahadap pelayanan. Lembar
observasi standar pelayanan asuhan keperawatan maternitas telah dilakukan uji content
oleh expert judgement, sedangakan kuisioner kepuasan pelayanan merupakan kuisioner
baku yang telah ditentukan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi tentang pedoman umun indeks kepuasan masyarakat. Instrumen
pada pengumpulan data kualitatif menggunakan panduan wawancara yang disusun
berdasarkan data kuantitaif untuk mengetahui gambaran proses pelayanan asuhan
keperawatan antenatal. Selain itu, peneliti menggunakan alat perekam untuk merekam
semua informasi yang disampaikan oleh informan dan lembar observasi
Pengumpulan data diawali dengan pengambilan data kuantitatif, setelah subjek
penelitian menandatangani lembar informed consent, selanjutnya peneliti melakukan
observasi mengenai standar pelayanan asuhan keperawatan maternal yang diterima oleh
pasien. Pelaksanaan observasi dilakukan dengan memantau kegiatan petugas
berdasarkan standar pelayanan yang diberikan kepada responden. Tahap selanjutnya
peneliti memberikan kuesioner dan diberikan penjelasan mengenai cara pengisian
kuesionernya, sehingga subjek mengerti dan tidak bingung dalam pengisian kuesioner.
Setelah semua proses data kuantitatif selesai dilakukan, dan telah memenuhi jumlah
sampel, data kuantitatif diolah dan dianalisis. Setelah itu berdasarkan hasil analisis
tersebut peneliti menyusun panduan wawancara, kemudian peneliti memulai tahapan
kualitatif dengan melakukan wawancara kepada informan. Partisipan yang diwawancara
yaitu bidang manajemen keperawatan untuk mengeksplorasi terkait dengan kebijakan
dan standar pelayanan yang berlaku di RS tempat penelitian. Wawancara berikutnya
kepada penanggung jawab ruang bersalin beserta 2 orang bidan pelaksana, wawancara
dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang bagaimana proses pemberian pelayanan
pada periode intranatal spontan dan SC.
Hasil dan Pembahasan
a. Hasil Penelitian
1) Proses pelayanan asuhan keperawatan maternitas pada periode intranatal
Hasil penelitian tentang pelayanan Asuhan Keperawatan (Askep)
Maternitas pada pelayanan intranatal spontan menunjukkan bahwa dari 5
pasien proses pelayanan yang diberikan, rata-rata 92,73% dengan rentang
Pelayanan Maternal Pada Periode Intranatal Di Rumah Sakit Tipe B tahun 2019
Syntax Idea, Vol. 3, No 1, Januari 2021 45
antara 90,91% 95,45%. Pelaksanaan proses pelayanan pada masing-masing
item observasi dilaporkan sebagai berikut :
Tabel 1
Gambaran proses pelayanan asuhan keperawatan maternitas
pada intranatal spontan
Standar
Pelayanan
No
Item Observasi
Jumlah
%
Asuhan
Intranatal
1
a. Perawat atau bidan melakukan pengisian
format pengkajian dan format pemantauan
kemajuan persalinan (partograf), format
diagnosis, format perencanaan, format
implementasi dan format evaluasi.
5
100
2
b. Perawat atau bidan melakukan pemantau
kesejahteraan janin dan ibu secara berkala
5
100
3
c. Perawat atau bidan menentukan rencana
asuhan intranatal pada setiap kala persalinan
(Kala 1, 2, 3 dan 4)
5
100
4
d. Perawat atau bidan melakukan pertolongan
persalinan sesuai kewenangan klinis.
5
100
5
e. Perawat atau bidan memfasilitasi pelaksanaan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sesuai kriteria.
5
100
6
f. Perawat atau bidan melakukan perawatan
bayi baru lahir sesuai dengan standar
prosedur.
5
100
g. Perawat atau bidan melakukan pemantau 2
jam persalinan meliputi ;
7
1) TTV ibu
5
100
8
2) Jumlah Perdarahan
5
100
9
3) Kontraksi uterus
4
80
10
4) Pengosongan kandung kemih
3
60
11
h. Perawat atau bidan melakukan dokumentasi
asuhan intranatal.
5
100
Manajemen
Nyeri
Persalinan
15
a. Perawat atau bidan melakukan pengkajian
nyeri.
4
80
16
b. Perawat atau bidan sesuai kompetensinya
melaksanaan manajemen nyeri dengan terapi
non farmakologi: berbagai teknik sesuai
dengan kesepakatan/kemampuan pasien;
tehnik pernapasan, distraksi, aromatherapy,
penggunaan herbal, hidrotherapi,
hypnobirthing, self massage, TENS,
akupuntur, sesuai dengan SPO
4
80
17
c. Perawat atau bidan berkolaborasi pemberian
terapi medik untuk mengurangi nyeri.
5
100
18
d. Perawat atau bidan melakukan evaluasi
tingkat kepuasan pasien terhadap penurunan
nyeri.
5
100
19
e. Perawat atau bidan mendokumentasi
pelaksanaan manajemen nyeri persalinan.
5
100
Peningkatan
Hubungan Ibu
Dan Bayi
(Bonding
Attachment)
20
a. Perawat atau bidan melaksanakan bonding
attachment yang berlaku sesuai dengan
kebijakan
5
100
21
b. Perawat atau bidan merawat ibu dan bayi
dirawat secara berdampingan.
5
100
22
c. Perawat atau bidan melaksankaan edukasi
2
40
Darmayanti
46 Syntax Idea, Vol. 3, No 1, Januari 2021
manajemen laktasi.
23
d. Perawat atau bidan mengevaluasi respon
pasien setiap selesai melakukan tindakan
keperawatan.
5
100
24
e. Perawat atau bidan menyusun dokumentasi
evaluasi dalam bentuk SOAP
5
100
Informed
Consent
25
Perawat atau bidan melaksanakan informed consent
tindakan keperawatan secara tertulis sesuai kebutuhan
5
100
Jumlah
102
2040
Rata-rata
4,636
92,7
Persentase
Berdasarkan tabel 1. Gambaran Proses Pelayanan Asuhan Keperawatan
Maternitas Pada Intranatal Spontan di dapatkan data bahwa nilai terendah pada
tindakan peningkatan hubungan ibu dan bayi (bounding attachment) yaitu pada
pelaksanaan edukasi manajemen laktasi sebesar 40%. Pelaksanaan standar
tersebut masih rendah karena setelah 2 jam postpartum ibu dipindahkan ke
ruang nifas, sehingga intervensi dilanjutkan di ruang nifas. Alasan lain adalah
intervensi pada 2 jam postpartum lebih difokuskan pada observasi TTV, tanda
perdarahan, dan kontraksi uterus. Hal ini diungkapkan oleh beberapa informan
salah satu sebagai berikut “........ kalo sudah lahiran biasanya bayi dirawat dulu
di perina, sambil si ibu kita bersihkan dulu ya..kalo sudah beres ibu kita
observasi lagi TTVnya, perdarahannya, kontraksi uterusnya sampai 2 jam PP
kalo udah bagus pindah ke nifas nanti dirawat lanjut lagi disana oleh bidan di
ruang nifas...kayaknya kayak gitu aja ya...”.
Selain itu, berdasarkan hasil penelitian didapatkan pula proses pelayanan
yang belum mencapai 100% diantaranya adalah untuk asuhan intranatal pada
point pemantau 2 jam persalinan hanya 60 % dari perawat atau bidan yang
melakukan pengosongan kandung kemih. Hal ini sejalan dengan pernyataan
beberapa informan diantaranya adalah “mmm…untuk pemantauan kan 2 jam
PP memang kita lakukan seperti TTVnya, perdarahannya, kontraksi uterusnya
yang lain ya lanjut di Ruang Nifas aja...”, pengosongan kandung kemih….ya
ditanya saja pasiennya sudah pipis atau belum, tapi…..biasanya itu di Ruang
Nifas saja sih ya”. Selanjutnya, untuk proses pelayanan yang belum sampai
100% adalah manajemen persalinan yaitu hanya mencapai 80%. Hal ini sejalan
dengan pernyataan beberapa informan diantaranya: “Nyeri persalinan itu pasti
dialami ibu yang melahirkan, jerit jerit udah biasa ya….kita sarankan tarik
nafas aja”, nyeri nya pasien beda beda ya….ya kita suruh suaminya
mendampingi, suruh atur nafasnya saja”
Proses pelayanan asuhan keperawatan maternitas intranatal SC,
berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 9 pasien diketahui, rata-rata
pelayanan yang telah diberikan hanya 86,2% dari semua proses pelayanan
dengan rentang antara 80% 96%. Pelaksanaan roses pelayanan pada masing-
masing item observasi dilaporkan sebagai berikut :
Pelayanan Maternal Pada Periode Intranatal Di Rumah Sakit Tipe B tahun 2019
Syntax Idea, Vol. 3, No 1, Januari 2021 47
Tabel 2.
Gambaran proses pelayanan asuhan keperawatan maternitas
pada intranatal SC
Standar
Pelayanan
No
Item Observasi
Jmlh
%
Asuhan
Intranatal
1
a. Perawat atau bidan melakukan pengisian format pengkajian
dan format pemantauan kemajuan persalinan (partograf),
format diagnosis, format perencanaan, format implementasi
dan format evaluasi.
9
100
2
b. Perawat atau bidan melakukan pemantau kesejahteraan janin
dan ibu secara berkala
9
100
3
c. Perawat atau bidan menentukan rencana asuhan intranatal
pada setiap kala persalinan (Kala 1, 2, 3 dan 4)
9
100
4
d. Perawat atau bidan melakukan pertolongan persalinan sesuai
kewenangan klinis.
9
100
5
e. Perawat atau bidan memfasilitasi pelaksanaan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) sesuai kriteria.
4
44,4
6
f. Perawat atau bidan melakukan perawatan bayi baru lahir
sesuai dengan standar prosedur.
9
100
g. Perawat atau bidan melakukan pemantau 2jam persalinan
meliputi ;
7
1) TTV ibu
9
100
8
2) Jumlah Perdarahan
9
100
9
3) Kontraksi uterus
9
100
10
4) Pengosongan kandung kemih
5
55,6
11
h. Perawat atau bidan melakukan dokumentasi asuhan
intranatal.
9
100
Asuhan
Persalinan
Dengan Sc
12
a. Perawat atau bidan memberikan penjelsan terkait tentang
prosedur perawatan pada pasien SC
8
88,9
13
b. Perawat atau bidan melakukan persiapan secara fisik bagi
pasien pre operasi SC
9
100
14
c. Perawat atau bidan melakukan persiapan secara psikologis
bagi pasien pre operasi SC
2
22,2
Manajemen
Nyeri
Persalinan
15
a. Perawat atau bidan melakukan pengkajian nyeri.
9
100
16
b. Perawat atau bidan sesuai kompetensinya melaksanaan
manajemen nyeri dengan terapi non farmakologi: berbagai
teknik sesuai dengan kesepakatan/kemampuan pasien; tehnik
pernapasan, distraksi, aromatherapy, penggunaan herbal,
hidrotherapi, hypnobirthing, self massage, TENS, akupuntur,
sesuai dengan SPO
1
11,1
17
c. Perawat atau bidan berkolaborasi pemberian terapi medik
untuk mengurangi nyeri.
9
100
18
d. Perawat atau bidan melakukan evaluasi tingkat kepuasan
pasien terhadap penurunan nyeri.
9
100
19
e. Perawat atau bidan mendokumentasi pelaksanaan manajemen
nyeri persalinan.
9
100
Peningkatan
Hubungan Ibu
Dan Bayi
(Bonding
Attachmen)
20
a. Perawat atau bidan melaksanakan bonding attachment yang
berlaku sesuai dengan kebijakan
9
100
21
b. Perawat atau bidan merawat ibu dan bayi dirawat secara
berdampingan.
9
100
22
c. Perawat atau bidan melaksankaan edukasi manajemen
laktasi.
3
33,3
23
a. Perawat atau bidan mengevaluasi respon pasien setiap
selesai melakukan tindakan keperawatan.
9
100
24
b. Perawat atau bidan menyusun dokumentasi evaluasi dalam
9
100
Darmayanti
48 Syntax Idea, Vol. 3, No 1, Januari 2021
bentuk SOAP
Informed
Consent
25
Perawat atau bidan melaksanakan informed consent tindakan
keperawatan secara tertulis sesuai kebutuhan
9
100
Jumlah
194
86,2
Rata-rata
7,76
Persentase
Berdasarkan pada tabel 2 , diperoleh gambaran proses pelayanan pada
pasien intranatal dengan SC didapatkan hasil bahwa masih terdapat beberapa
tindakan keperawatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan di bawah rata-
rata, dengan persentasi terendah (11,1%) pada manajemen nyeri persalinan.
Hal ini, diperkuat oleh pernyataan bidan bahwa pasien bersalin dengan SC
lebih banyak karena kegawatan saat persalinan dan segera diberikan tindakan.
Hal ini sejalan dengan ungkapan salah satu partisipan yang sebagai berikut
Rata-rata pasien SC kan yang harus segera atau ada indikasi, di kita
biasanya ga lama...langsung kirim OK”, ooo kalo nyeri ya.....kalo yang
normal mah fisiologis paling disuruh tarik nafas dalam aja....tapi kalo yang sc
kan biasanya cito jadi ga sempet banyak intervensi”.
Gambaran lain yang diperoleh berdasarkan hasil analisis diatas item yang
masih di bawah rata-rata adalah tentang persiapan secara psikologis pada
pasien SC hanya 22, 2%. Hasil ini sesuai dengan pernyataan perawat yang
mengungkapkan bahwa proses pelayanan pada pasien SC diantaranya adalah
Ooo kalo SC informed consent ke pasiennya sebelum melakukan tindakan apa
tindakan yang akan dikerjakan kemudian setelah itu kan kita ada kayak
pemasangan kateter, kemudian persiapan sebelum pre opnya kita lakukan,
seperti pencukuran masih kita lakukan”, “ya kita lakukan persiapan pertama
informed consent, lanjut misal pemasangan kateter, pencukuran dan lain lain
ya udah kalo cito biasanya kita bawa ke OK”, Kalo yang SC ya biasanya kita
kasih tau, lakukan persiapan , informed consent, Kalo engga cyto, kasih tau
ibunya jangan tegang...nanti ibu akan di anastesi ekh,,,di bius dari belakang
nanti ibu akan merasakan mati rasa, ibu jangan tegang, nanti ibu terlentang
nanti mendengar suara bayi dan proses selesai paling gitu aja.
Hasil lain dari penelitian berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa
hanya 40 % pada pasien SC yang di fasilitasi Inisiasi Menyusui Dini (IMD),
hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh partisipan yaitu “IMD ya...kalo
yang normal APGARnya bagus ya kita lakukan kalo yg di SC yang kondisinya
bagus ya dilakukan juga sepertinya..kan di OK ya....pokonya gimana
kondisi...”
2) Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Intranatal
Data lain yang didapat dari penelitian ini adalah hasil analisa outcome
kualitas pelayanan asuhan keperawatan maternitas ada pelayanan intranatal.
hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 5 pasien diketahui rata-rata kepuasan
pasien terhadap pelayanan intranatal spontan mencapai 70,1% dengan rentang
antara 60,00% 80,00%. Pada pelayanan intranatal SC menunjukkan bahwa
Pelayanan Maternal Pada Periode Intranatal Di Rumah Sakit Tipe B tahun 2019
Syntax Idea, Vol. 3, No 1, Januari 2021 49
dari 9 pasien diketahui rata-rata kepuasan pasien terhadap pelayanan intranatal
SC mencapai 71,8% dengan rentang antara 66,7%- 77,8%.
Tabel 3
Gambaran kepuasan pasien pada pelayanan asuhan keperawatan maternitas pada
periode intranatal
Jenis Pelayanan
n
Mean
Std.
Deviasi
Minimum -
Maksimum
Pelayanan Intranatal Spontan
5
70,71
10,15
60,71 85,71
Pelayanan Intranatal SC
9
71,83
5,91
58,93 80,36
Berikut peneliti uraikan pelayanan yang diberikan berkaitan dengan
kepuasan pasien pada masing-masing item standar.
Tabel 3
Gambaran kualitas pelayanan berdasarkan unsur pelayanan pada intranatal
No.
Item Pelayanan
Intranatal
Spontan
SC
%
%
1
Kemudahan prosedur pelayanan di unit ini.
3,0
75,0
2,8
69,4
2
Kesesuaian persyaratan pelayanan dengan jenis
pelayanannya
3,0
75,0
3,0
75,0
3
Kejelasan dan kepastian petugas yang melayani.
3,0
75,0
2,8
69,4
4
Kedisiplinan petugas dalam memberikan pelayanan
2,6
65,0
2,7
66,7
5
Tanggung jawab petugas dalam memberikan pelayanan
2,8
70,0
2,9
72,2
6
Kemampuan petugas dalam memberikan pelayanan.
3,0
75,0
3,0
75,0
7
Kecepatan pelayanan di unit ini
2,8
70,0
2,8
69,4
8
Keadilan untuk mendapatkan pelayanan di unit ini.
2,6
65,0
2,8
69,4
9
Kesopanan dan keramahan petugas dalam memberikan
pelayanan
2,4
60,0
2,8
69,4
10
Kewajaran biaya untuk mendapatkan pelayanan
2,6
65,0
3,1
77,8
11
Kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya
yang telah ditetapkan
2,8
70,0
2,9
72,2
12
Ketepatan pelaksanaan terhadap jadwal waktu pelayanan
2,6
65,0
2,8
69,4
13
Kenyamanan di lingkungan unit pelayanan
3,2
80,0
3,0
75,0
14
Keamanan pelayanan di unit ini
3,2
80,0
3,0
75,0
Rata-rata
2,8
70,7
2,9
71,8
Std Deviasi
0,25
6,157
0,13
3,243
Minimum
2,4
60,0
2,7
66,7
Maksimum
3,2
80,0
3,1
77,8
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan gambaran bahwa rata-rata
kualitas pelayanan berdasarkan unsur kepuasaan pasien pada intranatal spontan
yaitu 70,7% dan pada intranatal SC 71.8%. Hasil penelitian tersebut
menunjukan bahwa kualitas pelayanan intranatal di RS. Dustira berada pada
kategori baik, karena rata-rata nilai diatas 62,51 menggunakan interpretasi nilai
Nilai Rata-Rata dan Indeks Kepuasaan Masyarakat berdasarkan Kepmenpan
Nomor Kep/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks
Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah.
Darmayanti
50 Syntax Idea, Vol. 3, No 1, Januari 2021
b. Pembahasan
1) Proses pelayanan asuhan keperawatan maternitas pada periode intranatal
Proses pelayanan di intranatal pada RS Tipe B ini mencapai standar yang
tinggi, artinya hampir seluruh indikator dilaksanakan, namun masih ada tindakan
yang dibawah rata-rata diantaranya :
a) Pengosongan kandung kemih
Pada asuhan intranatal, dalam 24 jam pertama pasca persalinan sangat
penting bagi tenaga kesehatan untuk memberikan Keperawatan yang tepat
dengan mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan sistem
perkemihan salah satu diantaranya adalah pemantauan pengosongan
kandung kemih. Hal ini disebabkan karena kandung kemih dalam
puerperium akan berkurang sensitifitasnya sedangkan kapasitasnya
bertambah, sehingga kandung kemih penuh dan setelah BAK masih
tertinggal urine residual (normal + 15 cc). Sisa urine dan trauma pada
kandung kemih waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi
(Novianti, 2015). Selain itu, penelitian yang dilakukan Lestari tahun 2015
diambil dari Sarwono tahun 2009 mengatakan bahwa pada masa nifas
terjadi perubahan fisiologis yang menyebabkan rasa tidak nyaman pada
masa nifas yang seringkali dijumpai salah satunya adalah perubahan
sistem perkemihan termasuk infeksi saluran kemih, retensi urine atau
inkontinensia. Masalah lain yang dapat muncul akibat distensi pada
kandung kemih pada ibu post partum adalah akan menyebabkan
terhambatnya kontraksi uterus sehingga mengakibatkan perdarahan.
Perdarahan merupakan salah satu indikator penyebab tingginya Angka
Kematian Ibu, pernyataan ini didukung oleh data yang menyebutkan
bahwa 75% yang menyebabkan hampir 75% dari semua kematian ibu
adalah perdarahan hebat setelah melahirkan, infeksi, tekanan darah
tinggi selama kehamilan (pre-eklampsia dan eklampsia), komplikasi dari
persalinan, dan aborsi yang tidak aman (Bray et al., 2018).
Pengosongan kandung kemih bukan hanya harus dilakukan pada ibu post
partum spontan tetapi pada ibu dengan kelhiran SC. Efek samping pada
persalinan sectio caesaria menggunakan anestesi spinal berhubungan
dengan sistem kerja anestesi, yang menyebabkan terhambatnya hantaran
impuls dalam jaringan yang dapat tereksitasi. (Baumert et al., 2009) Pasca
SC pasien yang pulih dari anestesi dan analgetik kemungkinan tidak
mampu merasakan bahwa kandung kemihnya penuh dan tidak mampu
memulai berkemih. Hal ini menyebabkan gangguan kebutuhan eliminasi
urine sehingga terjadi retensi urine yaitu penumpukan urine dalam
kandung kemih. Penyebab retensi urine antara lain operasi pada abdomen
bawah, pelvis vesika urinaria, trauma sumsum tulang belakang, tekanan
uretra yang tinggi karena otot detrusor yang lemah, sphincter yang kuat
dan sumbatan (Hidayati, 2018).
Pelayanan Maternal Pada Periode Intranatal Di Rumah Sakit Tipe B tahun 2019
Syntax Idea, Vol. 3, No 1, Januari 2021 51
Pengosongan kandung kemih pada asuhan intranatal merupakan
intervensi yang harus dilaksanakan sedini mungkin dalam upaya mencegah
komplikasi pada ibu post partum dimulai dari 2 jam pertama saat di ruang
bersalin dan berlanjut saat di ruang nifas. Intervensi non farmakologis
yang dapat dilaksanakan dalam upaya pengosongan kandung kemih
menurut beberapa penelitian diantaranya adalah 1) Bladder training
(Navisah & Astuti, 2017), (Saputra, 2019), (Wulaningsih, 2017), 2) Kegel
exercise (Hidayati, 2018), (Agustin, 2017).
b) Tindakan peningkatan hubungan ibu dan bayi (bounding attachment) dan
inisiasi menyusui dini
Ikatan kasih sayang antara ibu dan anak atau bounding attachment
mulai terbentuk sejak dalam kandungan, dan akan semakin erat setelah
anak lahir. Proses kasih sayang merupakan sesuatu yang linier, dimulai
saat ibu hamil, semakin menguat pada awal periode pasca partum, dan
begitu terbentuk akan menjadi konstan dan konsisten. Hal ini sangat
penting bagi kesehatan fisik dan mental sepanjang rentang kehidupan
(Pikhart et al., 2004). Kegagalan proses bounding attachment dapat
menyebabkan berkurangnya stimulus yang positif yang berasal dari ibu
sehingga dapat mempengaruhi proses perkembangan otak bayi. Pernyataan
ini sejalan dengan Penelitian Klaus dan Kennel, mengatakan bahwa para
ibu yang diberikan waktu lebih banyak untuk mengadakan kontak dengan
anaknya, akan mempunyai kedekatan yang lebih intensif, sehingga
menumbuhkan saling kepercayaan antara ibu dan bayi.
Keberhasilan pelaksanaan bounding attachment didukung oleh
beberapa faktor yaitu : kesehatan emosional orangtua; tingkat kemampuan,
komunikasi, dan kerampilan untuk merawat anak; Dukungan sosial seperti
keluarga, teman, dan pasangan; kedekatan orang tua dan anak; kesesuaian
orang tua dan anak (keadaan anak, jenis kelamin) (Kurniawan, Sofyani, &
Rahmawati, 2018), (Shariat & Abedinia, 2017), (Murziqin et al., 2018).
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan salah satu cara dalam
menfasilitasi bounding attachment (Bobak, Lowdermilk, Jensen, & Perry,
2005). Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil (Nurhidayati, 2018) yang
berjudul Keberhasilan Bounding Attachment Melalui Proses Inisiasi
Menyusui Dini. Hasil penelitian menyebutkan bahwa dari 20 responden
yang dilakukan inisiasi menyusu dini terdapat 18 responden yang
bounding attachment positif, atau dengan kata lain ada hubungan inisiasi
menyusui dini dengan keberhasilan bounding attachment p value (0,002<
0,05). Berdasarkan hal tersebut untuk mengoptimalisasi proses bounding
attachment dapat dilaksanakan dengan memaksimalkan IMD di Ruang
bersalin.
Darmayanti
52 Syntax Idea, Vol. 3, No 1, Januari 2021
c) Manajemen nyeri
Pada kedua proses pemberian pelayanan asuhan keperawatan
intranatal yaitu manajemen nyeri persalinan. Nyeri persalinan merupakan
pengalaman ibu hamil pada fase kelahiran bersifat subjektif yang berbeda-
beda antar individu, tergantung pada bagaimana definisi yang diungkapkan
tentang nyeri yang dirasakan (Sri Puji Rahayu Ningsih, 2018). Nyeri
persalinan terjadi karena kontraksi uterus, hal ini kemudian akan memicu
respons stress tubuh, seperti konsumsi oksigen yang meningkat,
hiperventilasi, peningkatan tekanan darah, dan mengganggu pengosongan
lambung.
Adanya perbedaan respon nyeri pada persalinan juga dipengaruhi
oleh pengalaman masa lalu, kecemasan, dan ketegangan emosi (Tay et al.,
2007), (Pikhart et al., 2004). Berdasarkan pengalaman, setiap individu
akan mengembangkan berbagai mekanisme untuk mengatasinya. Pada saat
menjalani proses persalinan ibu akan mengalami ketegangan emosi akibat
kecemasan dan ketakutan terhadap proses persalinan sehingga hal ini akan
memperberat persepsi nyeri, begitu pun sebaliknya nyeri menginduksi
ketakutan yang menyebabkan kecemasan dan dapat berakhir dengan
kepanikan. Hal ini selanjutnya dapat mempengaruhi keputusan ibu untuk
menentukan tipe persalinan, pada pasien primigravida, rasa nyeri dapat
mendesak ibu untuk memilih tindakan operatif. Pada studi oleh (Bardeesy
et al., 2002) dilaporkan bahwa sebanyak 37,2 % ibu memilih tindakan
sectio caesaria karena ketakutan akan rasa nyeri saat persalinan.
Metode yang dapat dilaksanakan oleh seorang perawat atau bidan
dalam mengurangi nyeri adalah metode terapi non-farmakologi, selain
menurunkan rasa nyeri, terapi non-farmakologi diduga juga dapat
mendorong komponen psikoemosional dan spiritual sehingga dapat
meningkatkan kesiapan pasien dalam bersalin. Beberapa metode terapi
non-farmakologi yang dapat digunakan, seperti masase dan sentuhan,
pergerakan dan posisi, teknik bernapas dengan relaksasi, aplikasi panas /
dingin, dan terapi musik. Berbagai pemilihan tentang tekhnik untuk
mengurangi nyeri pada proses persalinan harus diberikan pada ibu,
mengingat nyeri merupakan perasaan subjektifitas dari individu, sehingga
tidak akan menimbulkan gangguan atau komplikasi.
d) Persiapan psikologis pada pasien SC
Persiapan psikologis pada pasien SC merupakan salah satu prioritas
keperawatan yang bertujuan untuk menurunkan kecemasan sehingga dapat
mengurangi resiko post operasi (Smeltzer & Bare, 2002). Kecemasan
terjadi karena adanya perubahan sosial yang sangat cepat, seseorang tanpa
persiapan yang cukup harus menjalani situasi baru sehingga pasien tidak
mampu untuk beradaptasi dengan kondisi yang dihadapinya atau karena
situasi ini merupakan pengalaman pertamanya (Videbeck, 2008)
Pelayanan Maternal Pada Periode Intranatal Di Rumah Sakit Tipe B tahun 2019
Syntax Idea, Vol. 3, No 1, Januari 2021 53
Kecemasan pre operasi yang tidak terkontrol akan menjadi gangguan
dalam tubuh sehingga mempengaruhi stimulasi sistem syaraf simpatis
yang berefek meningkatkan frekuensi darah, curah jantung dan tahanan
perifer selanjutnya akan berakiba pada peningkatan tekanan dara, yang
bisa menyebabkan perdarahan baik saat pembedahan atau pun pasca SC
(Kozier et al., 2011). Kecemasan pre operasi juga membuat pernapasan
meningkat dan vasokonstriksi pada pembuluh darah lambung (Maryunani,
2014). Individu yang mengalami kecemasan akan mengalami keluhan-
keluhan seperti cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri,
mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut,
gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan, gangguan
konsentrasi dan daya ingat (Johan, Suan, Hawari, & Ching, 2011).
Berdasarkan hal tersebut diatas, selain persiapan secara fisik pada
pasien pre operasi, penting untuk melakukan persiapan secara psikologis.
Beberapa penelitian tentang intervensi untuk menurunkan kecemasan
diantaranya 1) Pendidikan Kesehatan (Sahara & Hutasoit, 2018), (Wahyuni,
2017) Terapi musik (Keumalahayati & Supriyanti, 2018), (Maiseptyasari,
2019).
2) Kepuasan pasien
Berdasarkan hasil penelitian bahwa kepuasan pasien di RS ini belum
mencapai target kepuasan pelanggan, namun berdasarkan pada kualitas
pelayanan rata-rata berada pada ketegori baik berdasarkan Indeks Kepuasan
Masyarakat. Mutu sebuah pelayanan kesehatan termasuk pelayanan asuhan
keperawatan maternitas periode intranatal sangat bergantung pada sudut
pandang, latar belakang, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, pengalaman,
lingkungan, dan kepentingan setiap orang yang terlibat dalam pelayanan. Hal
tersebut memungkinkan perbedaan pandangan dan penilaian dari setiap unsur
yang terlibat dalam pelayanan salah satunya pasien sebagai penerima pelayanan.
Pandangan pasien terhadap pelayanan kesehatan, dikatakan bermutu apabila
pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan kesehatannya, mampu
menyembuhkan keluhannya serta mencegah berkembangnya atau meluasnya
penyakit. Pasien juga memiliki harapan dan pandangan bahwa kualitas
pelayanan yang baik apabila diselenggarakan dengan cara yang sopan dan
santun, tepat, waktu, tanggap dan. Prsepektif pasien merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi kualitas suatu pelayanan dan pada akhirnya pasien yang
merasa puas akan mematuhi proses pengobatan dan akan melakukan kunjungan
ulang sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Kepuasan pasien merupakan suatu perasaan pasien pada tingkat tertentu
yang disebabkan dari kinerja pemberi pelayanan dan apa yang diharapkan pasien
terhadap pelayanan (Pohan, 2013). Penelitian Andriani, 2016 yang berjudul
Hubungan Mutu Pelayanan Kesehatan Dengan Kepuasan Pasien Di Ruang Poli
Umum Puskesmas Bukit Tinggi, menyebutkan hasil bahwa terdapat hubungan
Darmayanti
54 Syntax Idea, Vol. 3, No 1, Januari 2021
antara kualitas mutu pelayanan kesehatan dengan kepuasan pasien. Dalam
penelitian tersebut di jelaskan pula bahwa kepuasan pasien berhubungan dengan
pemahaman penerima pelayanan terhadap produk jasa yang diberikan terhadap
apa yang diharapkan. Sehingga kepuasan pasien tidak hanya mengacu pada
standar dan proses pemberian pelayanan saja tetapi dipengaruhi pula oleh
pemahaman pasien terhadap pelayanan itu sendiri. Setiap unsur dalam pelayanan
berhubungan satu dengan yang lain, pernyataan ini mengandung makna bahwa
setiap pemberi pelayanan berusaha untuk memenuhi kebutuhan para penerima
pelayanan, sedangkan penerima pelayanan akan berusaha untuk memenuhi
harapan dari pelayanan yang diterimanya. Hal tersebut diatas sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Suryati, Widjanarko, & Istiarti, 2017) yang
berjudul Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kepuasan Pasien BPJS
terhadap Pelayanan Rawat Jalan di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum
Semarang, yang menyebutkan bahwa selain faktor pemberi pelayanan bahwa
karakteristik pasien (umur dan pendidikan) juga juga berhubungan dengan
kepuasan pasien.
Kesimpulan
Hasil peneltian didapatkan data bahwa pelayanan Asuhan Keperawatan (Askep)
Maternitas pada pelayanan intranatal spontan didapatkan data, rata-rata 92,73% dengan
rentang antara 90,91% 95,45%, sedangkan pada pasien SC rata-rata pelayanan yang
telah diberikan hanya 86,2% dari semua proses pelayanan dengan rentang antara 80%
96%. Hal ini menujukan bahwa proses pelayanan pada periode intranal di salah satu RS.
Tipe B Kota Cimahi ini belum optimal, atau masih ada beberapa yang belum
dilaksanakan sesuai dengan standar pada pelayanan intranatal, diantaranya adalah
pelaksanaan edukasi manajemen laktasi sebesar, pengosongan kandung kemih,
bounding attachment, manajemen nyeri persalinan, persiapan psikologis pada pasien
SC, dan inisiasi menyusui dini. Pelaksanaan standar yang belum optimal berdasarkan
persepsi perawat lebih dikarenakan kondisi pasien yang harus segera dilakukan tindakan
dan beberapa tindakan yang dilanjutkan diruang nifas. Berdasarkan hasil penelitian pada
outcome pelayanan asuhan keperawatan maternitas periode intranatal didapatkan data
bahwa kepuasan pasien di RS ini rata-rata kualitas pelayanan berdasarkan unsur
kepuasaan pasien pada intranatal spontan yaitu 70,7% dan pada intranatal SC 71.8%.
Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa kualitas pelayanan intranatal di RS.
Dustira berada pada kategori baik, karena rata-rata nilai diatas 62,51.
Pelayanan Maternal Pada Periode Intranatal Di Rumah Sakit Tipe B tahun 2019
Syntax Idea, Vol. 3, No 1, Januari 2021 55
BIBLIOGRAFI
Agustin, Rohma Yuni. (2017). Gambaran Kemampuan Fungsi Eliminasi Urine Pada Ibu
Postpartum Sectio Caesarea (Studi Pada Ibu Yang Melakukan Kegel Exercise).
University of Muhammadiyah Malang.
Bardeesy, Nabeel, Sinha, Manisha, Hezel, Aram F., Signoretti, Sabina, Hathaway,
Nathaniel A., Sharpless, Norman E., Loda, Massimo, Carrasco, Daniel R., &
DePinho, Ronald A. (2002). Loss of the Lkb1 tumour suppressor provokes
intestinal polyposis but resistance to transformation. Nature, 419(6903), 162167.
Baumert, Jürgen, Blum, Werner, Brunner, Martin, Dubberke, Thamar, Jordan,
Alexander, Klusmann, Uta, Krauss, Stefan, Kunter, Mareike, Löwen, Katrin, &
Neubrand, Michael. (2009). Professionswissen von Lehrkräften, kognitiv
aktivierender Mathematikunterricht und die Entwicklung von mathematischer
Kompetenz (COACTIV): Dokumentation der Erhebungsinstrumente. Max-Planck-
Institut für Bildungsforschung.
Bobak, Irene M., Lowdermilk, Deltra Leonard, Jensen, Margaret D., & Perry, S. E.
(2005). Buku ajar keperawatan maternitas. Jakarta: EGC.
Bray, Freddie, Ferlay, Jacques, Soerjomataram, Isabelle, Siegel, Rebecca L., Torre,
Lindsey A., & Jemal, Ahmedin. (2018). Global cancer statistics 2018: Globocan
estimates of incidence and mortality worldwide for 36 cancers in 185 countries.
CA: A Cancer Journal for Clinicians, 68(6), 394424.
Gillies, Stephen D., Lo, Kin Ming, & Wesolowski, John. (1989). High-level expression
of chimeric antibodies using adapted cDNA variable region cassettes. Journal of
Immunological Methods, 125(12), 191202.
Hidayati, Anis. (2018). Pengaruh pemberian kegel exercise terhadap tingkat
inkontinensia urine pada ibu Post Partum (Study Di Ruang Gayatri RSUD Dr
Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto Tahun 2018). STIKES Insan Cendekia
Medika Jombang.
Johan, Mohd Rafie, Suan, Mohd Shahadan Mohd, Hawari, Nor Liza, & Ching, Hee Ay.
(2011). Annealing effects on the properties of copper oxide thin films prepared by
chemical deposition. Int. J. Electrochem. Sci, 6(12), 60946104.
Kemenkes, R. I. (2015). Profil kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta: Kemenkes RI.
Keumalahayati, Keumalahayati, & Supriyanti, Supriyanti. (2018). Pengaruh Terapi
Musik Klasik Beethoven untuk Mengurangi Kecemasan pada Ibu Bersalin Pre
Operasi Sectio Caesar. JKEP, 3(2), 96107.
Kozier, Barbara, Erb, Glenora Lea, Berman, Audrey, Snyder, Shirlee, Levett-Jones,
Tracy, Dwyer, Trudy, Hales, Majella, Harvey, Nichole, Luxford, Yoni, &
Moxham, Lorna. (2011). Kozier & Erbs Fundamentals of Nursing Australian
Edition. Pearson Higher Education AU.
Darmayanti
56 Syntax Idea, Vol. 3, No 1, Januari 2021
Kurniawan, Tedy, Sofyani, Hafiez, & Rahmawati, Evi. (2018). Pengungkapan
Sustainability Report dan nilai perusahan: Studi Empiris di Indonesia dan
Singapura. Kompartemen: Jurnal Ilmiah Akuntansi, 16(1).
Maiseptyasari, Ruri. (2019). Pengaruh terapi musik terhadap tingkat kecemasan Pasien
Pre Operasi Sectio Caesaria di RSUD Curup. Jurnal Ilmiah Kesehatan Ar-Rum
Salatiga, 3(2).
Maryunani, N. (2014). Asuhan keperawatan perioperatifpre operasi (menjelang
pembedahan). Jakarta: Trans Info Media.
Moog, R., Learning, P. O. G. I., & Student-Centered, A. (2017, February). Science
Education Keynote. In 11th Annual TN STEM Education Research Conference
February 2-3, 2017 DoubleTree Hotel Murfreesboro, TN (p. 6).
Murziqin, Ramzi, ZA, Tabrani, el-Vanthuny, Syahril, Qamariah, Hijjatul, Sung, Wang
Yean, Huda, Miftachul, Mendoza, Peter Jon Loyola, Wekke, Ismail Suardi, Idris,
Saifullah, & Furqani, Hafas. (2018).
Navisah, Fitrotun, & Astuti, Rahayu. (2017). Perbedaan efektivitas mobilisasi dini dan
bladder training terhadap waktu eliminasi bak pertama pada Ibu Post Sectio
Caesarea Di RSUD DR. H. Soewondo Kendal. Jurnal Ilmu Keperawatan dan
Kebidanan, 9(2).
Novianti, Dewi. (2015). Kemampuan daya hambat ekstrak buah mengkudu (Morinda
citrifolia) terhadap bakteri shigella dysenteriae. Sainmatika: Jurnal Ilmiah
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, 12(1).
Nurhidayati, Novita. (2018). Keberhasilan bounding attachment melalui proses inisiasi
menyusui dini. Jurnal Kebidanan, 10(02), 153161.
Pikhart, Hynek, Bobak, Martin, Pajak, Andrzej, Malyutina, Sofia, Kubinova, Ruzena,
Topor, Roman, Sebakova, Helena, Nikitin, Yuri, & Marmot, Michael. (2004).
Psychosocial factors at work and depression in three countries of Central and
Eastern Europe. Social Science & Medicine, 58(8), 14751482.
Pohan, Imbola S. (2013). Jaminan mutu layanan kesehatan. Jakarta: EGC.
Rahayuwati, Laili, Ermiati, E., & Trisyani, Mira. (2016). process evaluation: standard,
effectiveness, efficiency and sustainability of maternity nursing care. Jurnal
Keperawatan Padjadjaran, 4(2).
Sahara, Maya, & Hutasoit, Lastriniwati. (2018). Pengaruh edukasi persiapan pre operasi
terhadap tingkat kecemasan pasien Pre Operasi Di Ruang Bedah RSU UKI Tahun
2017. Jurnal Antara Keperawatan, 1(1).
Saputra, Rahmat Andi. (2019). Analisis asuhan keperawatan penerapan bladder training
untuk mencegah retensi urine pada pasien post sectio caesarea di ruang Flamboyan
Pelayanan Maternal Pada Periode Intranatal Di Rumah Sakit Tipe B tahun 2019
Syntax Idea, Vol. 3, No 1, Januari 2021 57
Rsud Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Stikes Muhammadiyah Gombong.
Sari, Devi Melyana. (2014). Evaluasi kinerja penyelenggaraan pelatihan Emergency
Nursing 2 BAPELKES Batam dalam pemenuhan kompetensi aparatur kesehatan.
Jurnal Administrasi Publik Dan Birokrasi, 1(2), 72186.
Shariat, Mamak, & Abedinia, Nasrin. (2017). The effect of psychological intervention
on mother-infant bonding and breastfeeding. Iranian Journal of Neonatology IJN,
8(1), 715.
Simarmata, Oster Suriani, Armagustini, Yetti, & Bisara, Dina. (2012). Determinan
kejadian komplikasi persalinan di Indonesia (analisis data sekunder survei
demografi dan kesehatan Indonesia tahun 2007). Indonesian Journal of Health
Ecology, 11(1), 79711.
Smeltzer, Suzanne C., & Bare, Brenda G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal
bedah. Jakarta: Egc, 1223, 21.
Sri Puji Rahayu Ningsih, Goa517040. (2018). Pemberian kompres hangat terhadap
penurunan nyeri persalinan pada asuhan keperawatan Ny. V dengan persalinan
normal kala I Dipuskesmas Keling I Jepara. Universitas Muhammadiyah
Semarang.
Suryati, Suryati, Widjanarko, Bagoes, & Istiarti, V. G. Tinoek. (2017). Faktor-faktor
yang berhubungan dengan kepuasan pasien BPJS terhadap Pelayanan rawat jalan
di rumah sakit Panti Wilasa Citarum Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-
Journal), 5(5), 11021112.
Tay, Tat Wei, Andriana, Bibin Bintang, Ishii, Maki, Tsunekawa, Naoki, Kanai,
Yoshiakira, & Kurohmaru, Masamichi. (2007). Disappearance of vimentin in
Sertoli cells: a mono (2-ethylhexyl) phthalate effect. International Journal of
Toxicology, 26(4), 289296.
Videbeck, Sheila L. (2008). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: Egc, 45, 20102011.
Wahyuni, Sri. (2017). Efektivitas pemberian pendidikan kesehatan dan terapi murottal
al-qur’an terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi bph di RS PKU
Muhammadiyah Gombong. Stikes Muhammadiyah Gombong.
Wulaningsih, Indah. (2017). Pengaruh Bladder Training terhadap kemampuan ibu
postpartum sectio caesarea dalam berkemih di Rsud Kajen Kabupaten Pekalongan.
Jurnal Smart Keperawatan, 4(1).