Syntax Idea : p�ISSN: 2684-6853e-ISSN : 2684-883X�����

Vol. 2, No. 8, Agustus 2020

 


PENGARUH PEMBERIAN IKAN GABUS TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA SECTIO CAESAREA PADA IBU POSPARTUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIASEM SUBANG TAHUN 2020

 

Ade Nurhikmah, Retno Widowati dan Dewi Kurniati

Universitas Nasional

Email: [email protected], [email protected] dan [email protected]

 

Abstrak

Infeksi pada masa nifas bisa terjadi karena kurangnya gizi pada ibu nifas yang tidak terpenuhi sehingga dapat menghambat proses penyembuhan luka sectio caesarea (SC). Permasalahan ibu nifas dengan luka SC karena kurangnya protein yang bisa menghambat proses penyembuhan luka SC, di wilayah Kerja Puskesmas Ciasem terutama ibu melahirkan sangat percaya bahwa pasca tindakan SC, luka bekas melahirkan tersebut akan cepat mengering dengan banyaknya mengkonsumsi ikan gabus terutama yang direbus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ikan gabus terhadap kecepatanluka SC pada ibu postpartum di wilayah kerja Puskesmas Ciasem Subang Tahun 2020. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasy Experiment designyang bersifat Post test With Control Group. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 32 ibu melahirkan dengan SC, yang terdiri dari 16 kelompok perlakuan dan 16 kelompok kontrol, Pemberian ikan gabus rebus pada kelompok perlakuan�� minimal 1 kali sehari dalam waktu 7 hari dengan berat ikan gabus lebih kurang 250 gr, pengukuran tingkat kecepatan kesembuhan luka SC menggunakan skala REEDA dengan statistik uji U-Mann Whitney.Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan (p<0,05) pemberian ikan gabus rebus terhadap penyembuhan luka sectio caesarea antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Ciasem Tahun 2020. Hasil uji statistik di dapatkan skor percepatan luka SC kelompok perlakuan hari ke 7 rata-rata adalah 2,25; sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata adalah 3,69; maka dapat disimpulkan terdapatperbedaan lama proses percepatan luka pada kelompok yang diberi perlakuan ikan gabus dengankelompok kontrol. Penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadap penyembuhan luka pada kelompok yang diberi perlakuan ikan gabus dan tidak, sehingga dapat digunakan sebagai masukan untuk menambah wawasan terhadap penyembuhan luka operasi sectio caesarea pada ibu nifas dandapat dilestarikan sebagai kearifan lokal yang bermanfaat bagitenaga kesehatan terutama dalamrencana asuhan kebidanan pada ibu nifasdalam hal penyembuhan luka operasiSC dengan pemberian ikan gabus.

 

Kata kunci: Ibu Postpartum; Sectio Caesarea; Ikan Gabus

 

 

 

Pendahuluan

Proses persalinan merupakan suatu proses kompleks untuk menyelamatkan ibu maupun bayinya dengan menggunakan berbagai macam metode seperti persalinan pervaginam, persalinan dengan menggunakan alat dan persalinan operatif yaitu melalui Sectio Caesarea (SC). Metode-metode tersebut dikakukan dengan indikasi-indikasi khusus dengan satu tujuan yaitu menyelamatkan ibu maupun bayinya. Sectio Caesarean adalah suatu tindakan untuk kelahiran janin lewat insisi menembus dinding abdomen dan uterus (Kamus Dorland, 2011). Indikasi sectio caesarea disebabkan oleh 2 faktor yaitu faktor Ibu dan Janin. Faktor ibu antara lain disproporsi kepala panggul/ CPD/FPD, disfungsi uterus, dan distosia, jaringan lunak plasenta previa. Sedangkan faktor janin antara lain Janin besar, gawat janin, dan letak lintang (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2010).

Menurut World Health Organization (WHO), rata-rata SC 5-15% per 1000 kelahiran didunia, angka kejadian dirumah sakit pemerintah rata-rata 11%, sementara dirumah sakit swasta bisa lebih dari 30%. Jumlah pasien dengan tindakan operasi mencapai angka peningkatan yang signifikan. Tahun 2011 terdapat 140 juta pasien di seluruh rumah sakit di dunia, dan tahun 2012 diperkirakan meningkat menjadi 148 juta jiwa (Gibson, 2010).

Di Indonesia persalinan metode SC bukan merupakan hal yang baru lagi. Hal ini terbukti dengan meningkatnya angka SC dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, dari 5% menjadi 20% pada tahun 2010 (Depkes, 2012), Sedangkan menurut data Tahun 2012 di Indonesia, tindakan operasi mencapai 1,2 juta jiwa dan diperkirakan 32 % diantaranya merupakan tindakan operasi Sectio Caesarea (SC) (Kemenkes, 2013). Terutama di rumah sakit pemerintah adalah sekitar 20-25 % dari total jumlah persalinan, sedangkan di rumah sakit swasta jumlahnya lebih tinggi yaitu sekitar 30-80 % dari total jumlah persalinan. Sedangakan untuk Provinsi Jawa Barat dari data Tahun 2017 jumlah persalinan yang dilakukan secara operasi sesar mencapai 13.2%, (Kemenkes R.I., 2017). Sedangkan pada data 2013 di Kabupaten Subang angka persalinan melalui oprasi sesar sebanyak 21.3% (Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2013). Dan menurut data pada tahun 2019 di Puskesmas Ciasem berdasarkan data pasien postpartum sebanyak 11% yang melakukan persalinan secara SC (Profil Puskesmas Ciasem, 2020).

Berdasarkan tingginya angka persalinan SC di Indonesia saat ini, proses persalinan secara SC diduga lebih banyak bukan karena indikasi medis. Para ahli kesehatan berkampanye secara intensif untuk menekan jumlah kelahiran caesar yang bukan indikasi medis ini atau non Emergency Cesarean Section. Karena, dampak kesehatan pasca SC ini cukup berat seperti infeksi, perdarahan, luka pada organ, komplikasi dari obat bius dan bahkan kematian (Per-angin, Isnaniah, & Rizani, 2014).

Pada proses operasi digunakan anestesiagar klien tidak merasakan nyeri pada saat dilakukan tindakan pembedahan (Syuhada & Pranatha, 2017). Meskipun demikian, dilihat dari dampak kesehatan yng ditimbulkan seperti infeksi. Bahaya infeksi setelah operasi persalinan masih tetap mengancam sehingga perawatan setelah operasi memerlukan perhatian untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian. Infeksi luka operasi (ILO) merupakan salah satu masalah utama dalam praktek pembedahan. Infeksi menghambat proses penyembuhan luka sehingga menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas bertambah besar. Penyembuhan luka adalah proses penggantian dan perbaikan fungsi jaringan yang rusak (Nurani, Keintjem, & Losu, 2015).

Pada tahun 2002, menurut Bick angka kejadian infeksi luka operasi meningkat 4% -29 %, dan pada tahun 2007 menemukan bahwa kematian ibu pasca operasi SC elektif dari tahun 2000-2002 tercatat sebanyak 7 %. Perbaikan status gizi pada pasien yang memerlukan tindakan bedah sangat penting untuk mempercepat penyembuhan luka operasi. Kesembuhan luka operasi sangat dipengaruhi oleh suplai oksigen dan nutrisi ke dalam jaringan (Puspitasari & Sumarsih, 2011).

Dilihat dari banyaknya kasus persalinan secara SC, maka semakin banyak juga pasien yang perlu diperhatikan bagaimana proses penyembuhan luka operasinya. Apakah proses penyembuhan lukanya baik atau mengalami infeksi. Meskipun pada masa lalu sectio caesarea (SC) masih menjadi hal yang menakutkan namun dengan berkembangnya kecanggihan bidang ilmu kedokteran kebidanan pandangan tersebut mulai bergeser. Kini persalinan melalui operasi sectio caesarea kerap menjadi alternatif pilihan persalinan. Walaupun demikian tidak sedikit masyarakat memiliki keluhan tentang percepatan penyembuhan luka operasinya, sebagian orang paham akan konsumsi tinggi protein dalam kandungan nutrisi pada makanannya.

Penggunaan hewan atau tumbuhan sebagai bahan alternatif dalam pengobatan belum mengalami perkembangan yang berarti, padahal bila ditinjau dari segi sumber daya alam khususnya perairan di indonesia sangat potensial untuk dikembangkan menjadi sumber bahan baku dalam untuk pengobatan. Pemanfaatan hewan-hewan laut maupun hewan-hewan sungai sebagai bahan pengobatan saat ini masih dalam tahap pengembangan, khususnya penggunaan ikan sebagai bahan baku untuk pengobatan. Dan untuk mempercepat penyembuhan luka pasca SC salah satunya dilakukan dengan konsumsi ikan yang mempunyai nilai gizi yang sangat tinggi salah satunya ikan gabus. Nilai gizi ikan gabus cukup tinggi selain mengandung asam mineral dan vitamin A juga terkandung lemak yang rendah bila dibandingkan dengan ikan yang lain akan tetapi ikan gabus mengandung protein sebesar 25,2 %, yang lebih tinggi dari protein ikan bandeng (20,0%), ikan emas (16,0%), maupun ikan kakap (20,0%). Albumin merupakan jenis protein terbanyak dalam plasma yang mencapai 6,22% dan bersinergi dengan mineral Zn yang dibutuhkan untuk perkembangan sel maupun pembentukan jaringan sel baru seperti akibat luka dan penyembuhan luka akibat operasi. Selain itu, kadar lemak dalam ikan gabus relatif rendah bila dibandingkan dengan kadar lemak jenis ikan lain, hal ini memungkinkan umur simpan ikan gabus lebih lama karena kemungkinan mengalami ketengikan lebih lama (Mustafa, Widodo, & Kristianto, 2012).

Ikan gabus merupakan alternatif sebagai sumber protein albumin. Albumin merupakan jenis protein terbanyak di dalam plasma yang mencapai kadar 60% yang bermanfaat untuk pembentukan jaringan sel baru. Di dalam ilmu kedokteran, albumin ini dimanfaatkan untuk mempercepat pemulihan jaringan sel tubuh yang rusak misalnya karena operasi atau pembedahan. Pada masa krisis saat ini, serum albumin impor yang digunakan sering membebani biaya pasien. Untuk satu kali pembedahan, penggunaan serum ini bisa mencapai tiga kali 100 mL Perkembangan ilmu pengetahuan dan adanya beberapa penelitian yang mengungkap fakta bahwa dalam ikan gabus mempunyai kandungan nutrisi yang baik untuk kesehatan. Kandungan tersebut terdiri dari protein yang tinggi terutama albumin dan asam amino esensial, lemak khususnya lemak esensial, mineral khususnya zink/seng dan beberapa vitamin yang baik untuk kesehatan (Asfar, Tawali, Abdullah, & Mahendradatta, 2014).

Secara alami ikan gabus digunakan sebagai sumber albumin untuk meningkatkan proses penyembuhan infeksi. Ikan gabus digunakan karena kemampuannya dalam meningkatkan kadar albumin pada pasien yang mengalami kondisi hipoalbuminemia (kadar albumin dalam plasma rendah, dibawah 3,5 g/dl). Kemampuan albumin dalam mengatur tekanan osmotik di dalam darah sebagai sarana pengangkut atau transportasi, bermanfaat dalam pembentukan jaringan baru dan mempercepat penyembuhan luka (Nugraheni & Kurniarum, 2016).

Adapun dari hasil penelitian Suprayitno 2003, ternyata di dalam ikan gabus atau dikenal secara lokal sebagai ikan haruan ini, mengandung albumin cukup tinggi dibandingkan dengan jenis ikan konsumsi lainnya, seperti ikan lele, nila, mas, gurami, dan sebagainya. Pemberian terapi albumin dengan ekstrak air ikan gabus secara oral dapat membantu proses penyembuhan luka pascaoperasi lebih cepat. Selain itu, luka dapat sembuh tiga hari lebih cepat daripada menggunakan tiga botol serum albumin yang harganya sangat mahal. Oleh karena itu, alternatif pemberian ikan gabus sangat tepat (Suprayitno, 2003).

Infeksi pada masa nifas bisa terjadi karena kurangnya gizi pada ibu nifas yang tidak terpenuhi sehingga dapat menghambat proses penyembuhan luka sectio caesarea.Di wilayah puskesmas Ciasem terutama ibu melahirkan sangat percaya bahwa pasca tindakan melahirkan sectio caesarea akan cepat mengering luka bekas tersebut dengan banyaknya mengkonsumsi ikan gabus terutama yang di rebus. Namun hal tersebut belum pernah di uji secara ilmiah maupun klinis tentang kebenaran ikan gabus rebus menjadi faktor cepat mengeringnya luka pasca tindakan SC. Peneliti ingin mengkaitkan proses penyembuhan luka dengan pemberian ikan gabus untuk dikonsumsi. Karena ikan gabus memiliki kandungan protein albumin yang tinggi, protein albumin memiliki berbagai manfaat seperti untuk penyembuhan luka, baik luka bakar maupun luka SC.

Melihat gambaran di atas maka penulis ingin mengetahui pengaruh ikan gabus terhadap penyembuhan luka SC. Oleh karena itu, penulis mengambil penelitian dengan judul �Pengaruh Pemberian Ikan Gabus Terhadap Penyembuhan Luka Sectio Caesarea pada Ibu Postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Ciasem Subang Tahun 2020�.

 

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode Quasy Experimental Designyang bersifat Post test With Control Group. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu post sectio caesarea hari 3-10 setelah persalinan SCyang melakukan kontrol di Puskemas Ciasem Subang periode April�Mei 2020 berjumlah 32 orang sampel yang terlibat dalam penelitian ini adalah yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah informed consent, timbangan, lembar observasi, dan satu unit laptop beserta perangkat lunak sistem terkomputerisasi. Informed consent diberikan kepada responden sebelum dilakukan penelitian. Pengamatan luka jahitan dilakukan pada hari ke 3, 7 dan 10 setelah sectio caesarea dengan melihat proses penyembuhan luka yang dicatat pada lembar observasi. Uji normalitas data menggunkan Shapiro-wilk namun data tidak berdistribusi normal sehingga analisis data menggunakan uji U-Mann Whitney. Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Ciasem Subang dengan lama penelitian 1 bulan terhitung dari bulan April-Mei 2020.

 

Hasil dan Pembahasan

A.  Hasil

1.    Analisis Univariat

Tabel 1

Rata-Rata Penyembuhan Luka Sectio CaesareaHari ke-3, Hari ke-7, Hari ke-10 pada Ibu Post Partum di wilayah Kerja Puskesmas Ciasem Subang

Variabel

Kelompok

Mean

SD

Min-Max

Skor Penyembuhan Luka Sectio Caesarea pada Hari Ke-3

Perlakuan

4,19

0,403

4-5

Kontrol

4,75

0,447

4-5

Skor Penyembuhan Luka Sectio Caesarea pada hari ke-7

Perlakuan

2,25

0,447

2-3

Kontrol

3,69

0,479

3-4

Skor Penyembuhan Luka Sectio Caesarea pada Hari Ke-10

Perlakuan

1,0

0,400

0-2

 

Kontrol

2,63

0,500

2,3

 

Skor penyembuhan luka sectio caesarea kelompok perlakuan hari ke-3 rata-rata adalah 4,19, sedangkan pada kelompok kontrol hari ke-3 rata-rata adalah 4,75. Skor penyembuhan luka sectio caesarea kelompok perlakuan hari ke-7 rata-rata adalah 2,25, sedangkan pada kelompok kontrol hari ke-7 rata-rata adalah 3,69. Skor penyembuhan luka sectio caesarea kelompok perlakuan hari ke-10 rata-rata adalah 1,0, sedangkan pada kelompok kontrol hari ke-7 rata-rata adalah 2,63.

 

 

 

 

 

2.    Analisis Bivariat

Tabel 2

Hasil Analisis Perbedaan Penyembuhan Luka Sectio Caesarea pada Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan yang di Diberikan Ikan Gabus di Wilayah Kerja Puskesmas Ciasem.

Variabel

N

Mean

SD

SE

P-value

Penyembuhan Luka Sebelum

 

 

 

 

0,006

Kontrol

16

4,75

0,447

0,112

Perlakuan

16

4,19

0,403

0,101

Penyembuhan Luka Sesudah

 

 

 

 

0,000

Kontrol

16

3,69

0,479

0,120

Perlakuan

16

2,25

0,447

0,112

Keterangan: SD= Standar Deviasi

 

Rata-rata penyembuhan luka pada kelompok kontrol sebelum diberikan ikan gabus adalah 4,75 dengan standar deviasi 0,447 dan standar error 0,112, Sedangkan pada kelompok perlakuan rata-rata penyembuhan luka sebelum diberikan ikan gabus sebesar 4,19 dengan standar deviasi 0,403 dan standar error 0,101, dengan jumlah sampel adalah 16 ibu dari masing-masing perlakuan dan kontrol.

Hasil uji U-Mann Whitney pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan diperoleh p value sebesar 0,006, nilai tersebut lebih besar dari nilai alpha (0,005) artinya bahwa tidak ada perbedaan pada pengukuran awal antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Rata-rata penyembuhan luka pada kelompok kontrol setelah diberikan ikan gabus adalah 3,69 dengan standar deviasi 0,479 dan standar error 0,120. Sedangkan pada kelompok perlakuan rata-rata penyembuhan luka setelah diberikan ikan gabus sebesar 2,25 dengan standar deviasi 0,447, dan standar error 0,112 dengan jumlah sampel adalah 16 ibu dari masing-masing perlakuan dan kontrol.

Hasil uji U-Mann Whitney diperoleh nilai signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan seteleh diberikan ikan gabus rebus yaitu 0,000pada nilai signifikansi < α=0,005, artinya bahwa ada perbedaan antara penyembuhan luka kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol, kecenderungan penyembuhan luka lebih baik pada kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol.

 

 

 

 

 

 

Tabel 3

Hasil Analisis Pre dan Post Test Penyembuhan Luka Sectio Caesarea pada Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan Sebelum dan Sesudah Diberikan Ikan Gabus di Wilayah Kerja Puskesmas Ciasem

Variabel

N

Mean

Selisih Nilai Mean

SD

SE

p-value

Kelompok Kontrol

 

 

 

 

 

 

Pre

16

4,75

2,12

0,447

0,112

0,000

Post

16

2,63

0,500

0,125

Kelompok Perlakuan

 

 

 

 

 

 

Pre

16

4,19

3,19

0,403

0,101

0,000

Post

16

1,00

0,632

0,158

Keterangan: SD= Standar Deviasi; SE= Standar Error

 

Rata-rata penyembuhan luka awal pada kelompok kontrol yaitu 4,75 dan penyembuhan luka akhir yaitu 2,63., dengan selisih nilai rata-rata sebesar 2,12.

Hasil Uji U-Mann Whitneydiperoleh nilai p-value=0,000, nilai tersebut lebih kecil dari nilai alpha (p<0,005) artinya bahwa ada perbedaan pada penyembuhan luka Sectio Caesarea sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Ciasem.

Sedangkan rata-rata tingkat penyembuhan luka pada kelompok perlakuan sebelum diberikan ikan gabus rebus adalah 4,19 dan setelah diberikan ikan gabus rebus sebesar 1,00 dengan selisih rata-rata 3,19.

Hasil uji U-Mann Whitney diperoleh nilai p value=0,000 nilai tersebut lebih kecil dari nilai alpha (p<0,005) artinya bahwa ada pengaruh pemberian ikan gabus rebus terhadap penyembuhan luka Sectio Caesarea pada ibu postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Ciasem.

B.  Pembahasan

1.    Analisis Univariat

Berdasarkan hasil analisis univariat skor penyembuhan luka sectio caesarea kelompok perlakuan hari ke-3 rata-rata adalah 4,19., sedangkan pada kelompok kontrol hari ke-3 rata-rata adalah 4,75. Skor penyembuhan luka sectio caesarea kelompok perlakuan hari ke-7 rata-rata adalah 2,25., sedangkan pada kelompok kontrol hari ke-7 rata-rata adalah 3,69. Skor penyembuhan luka sectio caesarea kelompok perlakuan hari ke-10 rata-rata adalah 1,0., sedangkan pada kelompok kontrol hari ke-10 rata-rata adalah 2,63.

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian ikan gabus efektif dapat menyembuhkan luka sectio caesarea pada ibu post partum. Hal ini terbukti dari hasil analisis data yang menunjukan bahwa nilai mean perbedaan antara penyembuhan luka sectio casarea hari ke-3 adalah 0,56, hari ke-7 adalah 1,44 dan hari ke-10 adalah 1,63.

Pemberian ikan gabus pada kelompok perlakuan dimaksudkan untuk mempercepat penyembuhan luka post SC. Sebab ikan gabus merupakan salah satu jenis ikan yang kandungan utamanya adalah protein atau albuminnya yang cukup tinggi. Sedangkan salah satu faktor proses percepatan penyembuhan luka jahitan post SC yaitu membutuhkan protein tinggi yang terdapat pada ikan gabus. Kandungan protein ikan gabus juga lebih tinggi daripada bahan pangan yang selama ini dikenal sebagai sumber protein seperti telur, daging ayam, maupun daging sapi. Karena kandungan inilah, ikan gabus memiliki manfaat atau kegunaan yang sangat tinggi untuk mempercepat penyembuhan luka jahitan post SC. Konsumsi ikan gabus salah satunya dilatarbelakangi oleh umur responden. Umur yang cukup matang menyebabkan responden pada kelompok perlakuan yang mendapatkan ikan gabus mampu menyadari pentingnya mengkonsumsi ikan gabus sebagai alternatif pengobatan yang mempercepat penyembuhan luka jahitan yang dialaminya. Hal ini mempengaruhi pula ketaatannya dalam mengkonsumsi ikan gabus selama penelitian. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Prof. DR. Dr. Nurpudji A. Taslim dari Universitas Hasanuddin, Makasar yang menunjukkan kadar albumin pasien di RS Wahidin Sudiro Husodo Makasar, Sul-Sel, meningkat tajam setelah beberapa kali mengkonsumsi ikan gabus. Penelitian serupa juga pernah dilakukan pada bagian bedah RS Umum Dr. Saiful Anwar Malang. Hasil uji coba tersebut menunjukkan albumin dari kadar yang rendah (1,8 g/dl) menjadi normal. Penelitian yang dilakukan di Universitas Hasanudin juga menunjukkan pemberian ekstrak ikan gabus selama 10-14 hari dapat meningkatkan kadar albumin darah 0,6-0,8 g/dl. Albumin merupakan protein yang paling banyak terkandung dalam plasma ikan gabus, sekitar 60 % dari total plasma, atau 3,5 sampai 5,5 g/dl (Nugraheni & Kurniarum, 2016).

  1. Analisis Bivariat

Berdasarkan Tabel 2 dapat digambarkan tinggi luka penyembuhan luka pretest pada kelompok kontrol didapatkan skor rata-rata 4,75 dengan standar deviasi 0,447 dan standar error 0,112. Pada kelompok perlakuan rata-rata 4,19 dengan standar deviasi 0,403 dan standar error 0,101. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji U Mann Whitney diperoleh nilai p= 0,006, maka dapat disimpulkan tidak ada pengaruh yang signifikan pada penyembuhan luka pretest pada kelompokk kontrol dan perlakuan karena berada ditingkat yang sama-sama belum diberikan perlakuan.

Berdasarkan Tabel 2 dapat digambarkan penyembuhan luka sectio caesarea pada kelompok perlakuan sebelum diberikan ikan gabus rebus hari ke-3 dengan rata-rata skor 4,19, proses penyembuhan luka sectio caesarea kurang baik karena masih adanya darah keluarpada daerah luka dan adanya pembengkakan.

Luka Post sectio caesarea merupakan luka yang membekas dan di sebabkan oleh bedah caesar ketika wanita tidak dapat melahirkan secara normal. Proses ini ditempuh karena adanya suatu hambatan untuk proses persalinan normal diantaranya seperti lemahnya tenaga sang ibu untuk melahirkan, detak jantung bayi lemah, ukuran bayi terlalu besar dan lainnya (Puspitasari & Sumarsih, 2011).

Berdasarkan Tabel 3 dapat digambarkan penyembuhan luka post test pada kelompok kontrol didapatkan skor rata-rata 2,63 dan pada kelompok perlakuan setelah diberikan ikan gabus rebus sebesar 1,00. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,000. Maka dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan pada penyembuhan luka sectio caesarea pada kelompok kontrol dan intervensi.

Berdasarkan Tabel 4 kelompok perlakuan hari ke-10 proses penyembuhan luka sectio caesarea baik dikarenakan kulit luka mengkerut dan epitel saling menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka. Sedangkan kelompok kontrol tanpa pemberian ikan gabus rebus, proses penyembuhan luka sectio caesarea kurang baik karena ditemukan masih ada sedikit darah yang keluar dari luka dan adanya kemerahan.

Penyembuhan luka yang ideal adalah kembali normalnya struktur, fungsi, dan anatomi kulit. Batas waktu penyembuhan luka ditentukan oleh tipe luka dan lingkungan instrinsik maupun ekstrinsik. Jahitan biasanya diangkat pada saat sudah terlihat adanya tensile strength yang mendekatkan tepi luka. Pengangkatan jahitan ini tergantung usia, status nutrisi, dan lokasi luka. Kolagen ini muncul pada hari ke-5 sampai dengan ke-7 post operasi. Bila lebih dari tujuh hari berarti terjadi perlambatan sintesiskolagen yang berarti penyembuhan luka lambat (Brunicardi & Schwartz, 2005).

Proses penyembuhan luka banyak dipengaruhi oleh nutrisi, daya tahan tubuh dan pemberian suplemen. Nutrisi yang dibutuhkan untuk penyembuhan luka yaitu mengkonsumsi makanan yang serat akan protein. Protein didapatkan pada makanan, daging dan ikan. Semua jenis ikan adalah sumber protein yang sangat baik. Ikan gabus diketahui sebagai ikan dengan kandungan gizi dan protein yang lebih banyak dari ikan jenis lain seperti ikan bandeng (Waryana & Kes, 2010). Selain ikan bandeng, keunggulan ikan gabus mempunyai protein yang tinggi, kadar protein per 100 gram ikan gabus setara dengan ikan bandeng.

Ikan gabus merupakansalahsatujenisikan yang banyak digunakan oleh masyarakat untuk penyembuhan luka terutama luka pasca operasi, luka bakar dan setelah persalinan karena kandungan utama dalam ikan gabus adalah albumin yang cukup tinggi yang merupakan protein terbanyak dalam plasma sekitar 60%�� dari�� total plasma dengan nilai normal 3,3-5,5 g/dl. (Ardianto, 2015). Salah satu kandungan yang ada di ikan gabus adalah albumin, yang merupakan protein globular yang sering diaplikasikan secara klinis untuk perbaikan gizi dan penyembuhan luka paska operasi. Albumin berfungsi mengatur tekanan osmotik di dalam darah, menjaga keberadaan air dalam plasma darah sehingga dapat mempertahankan volume darah dalam tubuh dan sebagai sarana pengangkut dan transportasi. Albumin juga bermanfaat dalam pembentukan jaringan tubuh, misalnya luka sesudah operasi, luka bakar dan saat sakit (Suprayitno, 2003).

Pada tubuh manusia, albumin di produksi di hati (hepar) dalam bentuk proalbumin. Kemudian sekresi oleh sel golgi dalam jumlah sekitar 60% cairan berupa serum darah, dengan konsentrasi antara 30-50 gram/liter dengan kurun waktu sekitar 20 hari yang dibutuhkan. Hal ini berfungsi untuk membentuk jaringan baru dan pemulihan jaringan yang rusak karena bakteri dalam tubuh. Dalam ilmu kedokteran, selain digunakan untuk pemulihan jaringan sel tubuh yang terbelah atau telah mengalami kerusakan, albumin juga berperan dalam mengikat obat-obatan serta logam berat yang tidak mudah larut ke dalam darah. Sumber protein inilah yang juga berperan penting dalam proses penyembuhan luka (luka pascaoperasi, luka bakar, luka kecelakaan, dan luka pasca melahirkan) (Ardianto, 2015).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indah (Indah, 2015) dengan judul Hubungan Antara Konsumsi Ikan Gabus (Ophiocephalus Striatus) Dengan Kesembuhan Luka Jahitan Post Sectio Caesaria Di Bps Ny. Aida Hasnani Nuhu, Amd. Keb Desa Beru Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa hasil analisis data didapatkan nilai p = 0,006 α = 0,05 (p < 0,05) yang berarti terdapat terdapat hubungan antara konsumsi ikan gabus dengan kesembuhan luka jahitan post sectio caesarea.

Hasil penelitian ini pun sama dengan penelitian yang dilakukan oleh (Nugraheni & Kurniarum, 2016) hanya saja penelitian ini tentang Perbedaan Efektivitas Ekstrak Ikan Gabus Dan Daun Binahong Terhadap Lama Penyembuhan Luka Operasi Sectio Caesarea Pada Ibu Nifas. niilai P value 0,013 (p < 0,05) yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara Ada perbedaan efektivitas ekstrak ikan gabus dan daun binahong terhadap lama penyembuhan luka operasi sectio caesarea pada ibu nifas di BPM wilayah Kecamatan Tulung. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan lebih cepat ikan gabus sebanyak 39,500 dibandingkan dengan daun binahong.

Kesamaan hasil penelitian dengan penelitian sebelumnya memberikan gambaran bahwa pengaruh pemberian ikan gabus dapat mempercepat penyembuhan luka section caesarea pada Ibu postpartum. Hal ini dikarenakan ikan gabus merupakan salah satu jenis ikan yang banyak digunakan oleh masyarakat untuk penyembuhan luka terutama luka pasca operasi, luka bakar dan setelah persalinan karena kandungan utama dalam ikan gabus adalah albumin yang cukup tinggi yang merupakan protein terbanyak dalam plasma sekitar 60% dari total plasma dengan nilai normal 3,3-5,5 g/dl. Albumin juga didapatkan pada ruang ekstrasel 40% terdapat pada plasma dan 60% ekstrasel. Salah satu faktor proses percepatan penyembuhan luka jahitan yaitu membutuhkan protein tinggi yang terdapat pada ikan gabus. Setelah diberikan konsumsi ikan gabus diharapkan dapat mempercepat penyembuhan luka sebelum hari ke-10 (Fadli, 2010).

Menurut Asumsi peneliti bahwa pasien yang mengalami persalinan dengan cara operasi section caesarea perlu diperhatikan tentang nutrisi diet tinggi kalori dan tinggi proteinnya untuk menunjang proses penyembuhan. Selain perlunya nutrisi diet, fenomena yang berkembang dimasyarakat saat ini adalah masih banyaknya mitos dimasyarakat yang mempengaruhi kesehatan pada ibu nifas, terutama pada ibu yang melahirkan dengan cara sectio casarea seperti tidak memperbolehkan mengkonsumsi makanan seperti, telur, daging, udang karena akan memperburuk luka jahitan. Padahal jenis makanan tersebut sangat penting untuk proses penyembuhan luka.

Pemberian ikan gabus pada kelompok perlakuan dimaksudkan untuk mempercepat penyembuhan luka post sectio caesarea. Karena ikan gabus merupakan salah satu jenis ikan yang kandungan utamanya adalah protein�� atau�� albuminnya yang cukup tinggi. Sedangkan salah satu faktor proses percepatan penyembuhan luka jahitan post sectio caesarea yaitu membutuhkan protein tinggi yang terdapat pada ikan gabus. Kandungan protein ikan gabus juga lebih tinggi daripada bahan pangan yang selama ini dikenal sebagai sumber protein seperti telur, daging ayam, maupun daging sapi. Karena kandungan inilah, ikan gabus memiliki manfaat atau kegunaan yang sangat tinggi untuk mempercepat penyembuhan luka jahitan post section caesarea.

Jadi konsumsi ikan gabus merupakan salah satu alternatif untuk mempercepat penyembuhan luka jahitan paska operasi, khususnya post sectio caesarea. Hal ini disebabkan kandungan utamanya adalah protein atau albuminnya yang cukup tinggi.

 

Kesimpulan

Skor penyembuhan luka sectio caesarea pada kelompok yang konsumsi ikan gabus pada hari ke-3 rata-rata adalah 4,19; hari ke-7 rata-rata adalah 2,25; hari ke-10 rata-rata adalah 1,0.

Skor penyembuhan luka sectio caesarea pada kelompok kontrol hari ke-3 rata-rata adalah 4,75; pada hari ke-7 rata-rata adalah 3,69; dan pada hari ke-10 rata-rata adalah 2,63.

Terdapat perbedaan skor penyembuhan luka sectio caesarea yang signifikan (p<0,05) antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol.

Terdapat perbedaan skor penyembuhan luka sectio caesarea yang signifikan (p<0,05) antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol.

Ada Pengaruh Pemberian Ikan Gabus Terhadap Penyembuhan Luka Sectio Caesarea Pada Ibu Pospartum Di Wilayah Kerja Puskesmas Ciasem Subang Tahun 2020 (p=0,000)

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Ardianto, D. (2015). Buku pintar budi daya ikan gabus. Retrieved from https://books.google.co.id

 

Asfar, Muhammad, Tawali, Abu Bakar, Abdullah, Nurlailah, & Mahendradatta, Meta. (2014). Extraction of albumin of snakehead fish (Channa striatus) in producing the fish protein concentrate (FPC). International Journal of Scientific & Technology Research, 3(4), 85�88.

 

Brunicardi, F. Charles, & Schwartz, Seymour I. (2005). Schwartzs principles of surgery. McGraw-hill.

 

Depkes, R. I. (2012). Profil kesehatan republik Indonesia tahun 2012. Online). Tersedia: Http://Www. Depkes. Go. Id, 13.

 

Fadli, Oktober. (2010). Bagusnya Ikan Gabus. Warta Pasarikan Edisi, (86), 4�5.

 

Gibson. (2010). Organisasi dan Manajemen : Perilaku, Struktur, dan Proses (Keempat). Jakarta: Erlangga.

 

Indah, S. (2015). Hubungan Antara Konsumsi Ikan Gabus (Ophiocephalus Striatus) Dengan Kesembuhan Luka Jahitan Post Sectio Caesaria Di Bps Ny. Aida Hasnani Nuhu, Amd. Keb Desa Beru Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto. Jurnal Kebidanan Universitas Mayjen Sungkono Mojokerto.

 

Jitowiyono, Sugeng, & Kristiyanasari, Weni. (2010). Asuhan Keperawatan Post Operasi. Yogya Karta: Nuha Medika.

 

Kemenkes R.I. (2017). Kesehatan dalam rangka Sustinable Development Goals (SDGS).

 

Kemenkes, Republik Indonesia. (2013). Riset kesehatan dasar. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.

 

Mustafa, Annasari, Widodo, M. Aris, & Kristianto, Yohanes. (2012). Albumin and zinc content of snakehead fish (Channa striata) extract and its role in health. IEESE International Journal of Science and Technology, 1(2), 1.

 

Nugraheni, Intan, & Kurniarum, Ari. (2016). Perbedaan Efektivitas Ekstrak Ikan Gabus Dan Daun Binahong Terhadap Lama Penyembuhan Luka Operasi Sectio Caesarea Pada Ibu Nifas. Interest: Jurnal Ilmu Kesehatan, 5(2), 157�162.

 

Nurani, Dian, Keintjem, Femmy, & Losu, Fredrika Nancy. (2015). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Proses Penyembuhan Luka Post Sectio Caesarea. JIDAN (Jurnal Ilmiah Bidan), 3(1), 1�9.

 

Per-angin, Nirwana, Isnaniah, Isnaniah, & Rizani, Ahmad. (2014). Proses penyembuhan Luka Post Operasi Sectio Caesariadi RSUD Ratu Zalecha Martapura Tahun 2013. Jurnal Skala Kesehatan, 5(1).

 

Profil Puskesmas Ciasem. (2020). Subang.

 

Puspitasari, Herlina Abriani, & Sumarsih, Tri. (2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi Penyembuhan Luka Post Operasi Sectio Caesarea (SC). Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, 7(1).

 

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan PengembanganKesehatan Kementerian RI tahun 2013.

 

Suprayitno, E. (2003). The Potency of Albumin Serum from snakehead fish (Ophiocephalus striatus). Malang: Faculty of Fishery. Brawijaya Univercity.

 

Syuhada, Ronny, & Pranatha, Aria. (2017). Pengaruh Teknik Akupresure Terhadap Perubahan Skala Nyeri Pada Klien Post Operasi Sectio Caesarea Di Rsud 45 Kuningantahun 2017. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(6), 122�139.

 

Waryana, S. K. M., & Kes, M. (2010). Gizi Reproduksi. Pustaka Rihama: Yogyakarta.