Syntax Idea : p�ISSN: 2684-6853� e-ISSN : 2684-883X�����

Vol. 2, No. 8, Agustus 2020

 


KONTRIBUSI PERIKANAN TANGKAP DALAM MENDUKUNG PEREKONOMIAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

 

Lintang Kartika, Atikah Nurhayati, Lantun Paradhita Dewanti dan Achmad Rizal

Universitas Padjadjaran

Email: [email protected], [email protected], [email protected] dan [email protected]

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peranan dan kontribusi perikanan tangkap di Kabupaten Pangandaran serta menganalisis jenis komoditas unggulan hasil tangkapannya. Penelitian ini dilaksanakan dari November-Desember 2019, di Kabupaten Pangandaran. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif dengan menggunakan data sekunder. Metode analisis data menggunakan location quotient (LQ) dan shift share. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa peranan perikanan tangkap terhadap PDRB dari tahun 2014-2018 memiliki nilai LQ berturut-turut yaitu 2,54; 3,09; 11,15; 2,09; 2,55. Nilai LQ tersebut menunjukan perikanan tangkap merupakan sektor basis. Kontribusi perikanan tangkap di Kabupaten Pangandaran selama kurun waktu lima tahun (2014-2018) terhadap total PDRB memiliki rata-rata nilai sebesar 0,97% menunjukan bahwa perikanan tangkap memiliki kontribusi yang rendah terhadap perekonomian wilayah Kabupaten Pangandaran tetapi menjadi lapangan usaha basis. Komoditas unggulan perikanan tangkap di Kabupaten Pangandaran berdasarkan metode penilaian total bobot LQ dilihat dari volume produksi terdiri dari ikan layur, bawal hitam, bawal putih, kuwe, kerapu, lobster, udang dogol, udang krosok, udang putih/jerebung, udang windu, gurita, tiga waja, kembung, japuh, julung-julung, layaran, ekor kuning, golok-golok, kapas-kapas dan beloso.

 

Kata kunci: Location quotient; Komoditas unggulan; Pangandaran; Perikanan tangkap

 

Pendahuluan

Wilayah Kabupaten Pangandaran secara geografis berada pada 108�30� sampai dengan 108�40� Bujur Timur dan 7�40�20� sampai dengan 7050�20�� Lintang Selatan. Kabupaten Pangandaran merupakan Daerah Otonom Baru berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2012. Suatu daerah yang terletak di bagian selatan Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah secara keseluruhan mencapai 101.092 Ha dengan garis pantai sepanjang 91 km dan memiliki kegiatan perikanan laut yang berkembang setiap tahunnya (Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, 2019). Terdapat beberapa lapangan usaha yang dapat dikembangkan dan menjadi lapangan usaha yang dapat diandalkan dalam membantu pembangunan wilayah serta perekonomian di Kabupaten Pangandaran diantaranya agrobisnis; agroindustri; kepariwisataan; kelautan dan perikanan (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jawa Barat, 2016).
Dengan� dukungan� berbagai� elemen� seperti� pariwisata,� kelautan� dan� perikanan, lingkungan� hidup,� kehutanan,� pekerjaan� umum� serta� instansi� lainnya� saat� ini� telah terwujud kawasan wisata yang memiliki daya tarik wisata tersendiri dan lain dari yang lain (Andina, Barokah, Wulandari, Girsang, & Afifah, 2020). Menurut (Nurhayati, 2013) kawasan Pangandaran merupakan andalan sektor wisata bahari dan perikanan tangkap, dimana kedua sektor tersebut memberikan kontribusi besar bagi perekonomian daerah dan masyarakat. Perikanan tangkap di Kabupaten Pangandaran merupakan salah satu sektor ekonomi yang mampu menunjang pembangunan atau pertumbuhan daerah. Kegiatan penangkapan ikan menjadi mata pencaharian di beberapa daerah Kabupaten Pangandaran. Beragamnya komoditas hasil tangkapan nelayan menjadikan masing-masing komoditas memiliki keunggulan dan kelemahan. Jumlah produksi perikanan tangkap� Kabupaten Pangandaran pada tahun 2016 mencapai 1.206.779,98 kg, komoditas perikanan tangkap yang mempunyai nilai ekonomi tinggi di Pangandaran dintaranya udang, kakap merah, kakap putih, kerapu, cucut, bawal putih, bawal hitam, tenggiri, layur dan tongkol �(Badan Pusat Statistik Kabupaten Ciamis, 2018). 
Daerah� Kabupaten Pangandaran yang memiliki wilayah laut terdapat di lima kecamatan yaitu Kecamatan Cimerak, Cijulang, Parigi, Pangandaran dan Kalipucang.� Menurut Data Statistik (Badan Pusat Statistik Kabupaten Ciamis, 2018) Jumlah produksi perikanan tangkap� Kabupaten Pangandaran pada tahun 2016 mencapai 1.206.779,98 kg, dengan nilai produksi Rp. 3.278.690.244,- komoditas perikanan tangkap yang mempunyai nilai ekonomi tinggi di Pangandaran dintaranya udang, kakap merah, kakap putih, kerapu, cucut, bawal putih, bawal hitam, tenggiri, layur dan tongkol. Melihat potensi yang dimiliki Kabupaten Pangandaran tersebut, menjadi dasar bahwa perikanan tangkap dapat memberikan kontribusi dalam perekonomian di Kabupaten Pangandaran. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peranan dan kontribusi perikanan tangkap di Kabupaten Pangandaran serta menganalisis jenis komoditas unggulan hasil tangkapannya.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2019 di Kabupaten Pangandaran di Dinas Perikanan Kabupaten Pangandaran dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Pangandaran. Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif. Jenis dan sumber data yaitu data kuantitatif dan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari laporan tahunan perikanan tangkap di Dinas Kelautan Perikanan dan Ketahanan Pangan (DKPKP) Kabupaten Pangandaran tahun 2014-2018 dan studi literatur. Metode pengumpulan data dari beberapa dokumen laporan tahunan dengan melakukan dokumentasi diantaranya data total produksi, nilai produksi perikanan tangkap provinsi Jawa Barat. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pangandaran dan provinsi Jawa Barat periode 2014-2018, 
A. Analisis Data
1.    Analisis Peranan Perikanan Tangkap� Menggunakan Loqation Quotient (LQ)
Perhitungan LQ perikanan tangkap dilakukan untuk mengetahui seberapa besar peranan perikanan tangkap terhadap pembangunan ekonomi di Kabupaten Pangandaran. Klasifikasi nilai LQ terdiri atas 2 klasifikasi, yaitu jika nilai LQ>1, berarti sektor/komoditas adalah kategori basis dan jika nilai LQ<1, sektor/komoditas adalah kategori non basis (Rizal, Rostini, Handaka, & Maharani, 2017) Analisis LQ dengan indikator pendapatan perikanan tangkap kabupaten dan provinsi model matematikanya sebagai berikut:
 

Dimana:

LQ : Location Quotient

xi� : Pendapatan perikanan tangkap di Kabupaten Pangandaran

Xi� : Total pendapatan perikanan di Kabupaten Pangandaran

xt� : Pendapatan perikanan tangkap di Provinsi Jawa Barat

Xt : Total pendapatan perikanan di Provinsi Jawa Barat

 
Nilai Loqation Quotient (LQ) perikanan tangkap berdasarkan indikator PDRB dapat dinyatakan sebagai berikut:
 

Dimana:

LQ: Location Quotient

Xij����������� : Pendapatan perikanan tangkap di Kabupaten Pangandaran

Xi� :Total pendapatan di Kabupaten Pangandaran

X.j����������� : Pendapatan perikanan tangkap di Provinsi Jawa Barat

X..����������� :Total pendapatan di Provinsi Jawa Barat

 
2.    Analisis Kontribusi Sektor Perikanan Menggunakan Shift Share

Penentuan kontribusi perikanan tangkap dapat menggunakan metode Shift share. Analisis Shift share dapat mengetahui peranan atau besaran sumbangan pendapatan suatu daerah terhadap perekonomian. Metode ini dipakai untuk mengamati struktur ekonomi dengan cara� membandingkan pertumbuhan daerah yang sama dengan suatu sektor yang berbeda. Model matematikanya sebagai berikut:

Ki =

Dimana:

Ki : Besarnya kontribusi pada tahun i

Vi� : Total Pendapatan sektor perikanan pada tahun i

Pi� : Total PDRB pada tahun i

 
3.    Analisis Komoditas Unggulan
Penentuan nilai Location Quotient (LQ) dalam perhitungan peranan perikanan tangkap dapat juga digunakan untuk menghitung nilai LQ komoditas hasil tangkapan ikan untuk menentukan komoditas unggulan yang ada di Kabupaten Pangandaran. Penentuan komoditas unggulan menurut (Citraningtyas, 2010) bahwa untuk penentuan komoditas unggulan dapat menggunakan perhitungan nilai bobot LQ dan nilai bobot trend. Ketentuan nilai bobot LQ yaitu apabila nilai LQ > 1 maka diberi bobot 3; apabila nilai 0,8 ≤ LQ ≤� 0,99 diberi bobot 2; dan apabila LQ < 0,8 diberi bobot 1. Ketentuan untuk bobot trend, apabila nilai trend mengalami peningkatan, maka diberi bobot 3, apabila nilai trend tetap diberi bobot 2 dan apabila nilai trend mengalami penurunan diberi bobot 1. Selanjutnya dilakukan penentuan kelas dengan melakukan penjumlahan pada nilai bobot� LQ dan nilai bobot trend. Setelah dilakukan penjumlahan maka hasil tersebut dapat dimasukan kedalam 3 kategori kelas diantaranya komoditas unggulan, komoditas netral dan komoditas non unggulan. Perhitungan yang telah dilakukan menghasilkan tiga kelas kategori dengan nilai komoditas Non-unggulan adalah 6-8, kelas komoditas netral adalah 9-11, kelas komoditas unggulan adalah ≥ 12. Perhitungan LQ komoditas unggulan model matematisnya sebagai berikut:
 

Dimana:

LQ: Location Quotient

Xia: Produksi ikan jenis-i di Kabupaten Pangandaran

Xi� : Total produksi ikan di Kabupaten Pangandaran

Xa : Produksi ikan jenis-i di Provinsi Jawa Barat

X�� :Total produksi ikan di Provinsi Jawa Barat

4.    Analisis Deskriptif 

Data-data yang telah diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif yang selanjutnya ditampilkan dalam bentuk tabel. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi komoditas unggulan dan kontribusi sektor perikanan tangkap di Kabupaten Pangandaran. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan data yang di dapat dengan tujuan agar lebih mudah dipahami. Analisis deskriptif merupakan mendeskriptifkan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang terkait untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2017).

 

Hasil Dan Pembahasan

A.       Kondisi Geografis Kabupaten Pangandaran

Berdasarkan data dari (Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, 2019) dilihat di peta Jawa Barat, Kabupaten Pangandaran terletak paling tenggara. Wilayah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya, sebelah barat dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya, sebelah timur dengan Provinsi Jawa Tengah, dan sebelah selatan dengan Samudera Indonesia. Kondisi topologi Kabupaten Pangandaran berada pada ketinggian antara 0-700 m diatas permukaan laut (dpl). Elevasi Kabupaten Pangandaran cenderung semakin tinggi dari arah selatan ke utara bagian barat pesisir yang awalnya perbukitan karst. Kabupaten Pangandaran beriklim tropis basah (humid tropical climate), dimana menurut hasil studi data sekunder, iklim dan cuaca itu dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu :

1.    Pola sirkulasi angin musiman (monsoonal circulation pattem).

2.    Topografi regional yang datar sampai bergunung di bagian selatan Jawa Barat.

3.    Elevasi topografi dengan curah hujan yang cukup tinggi rata-rata setiap tahun berkisar antara 2.589 mm dengan suhu rata-rata 25�300 C, dimana suhu tertinggi terletak pada daerah yang mendekati pantai wilayah timur selatan Kabupaten Pangandaran.

B.       Keadaan Perikanan Tangkap Kabupaten Pangandaran

1.    Jenis Alat Tangkap di Kabupaten Pangandaran

Perikanan di Kab. Pangandaran termasuk kedalam perikanan skala kecil. Pada Perikanan skala kecil selain dicirikan oleh teknologi dan modal usaha yang relatif kecil juga dicirikan oleh beragamnya jenis alat tangkap yang digunakan serta hasil tangkapan yang di ditangkap (Wiyono, 2009). Beberapa jenis alat tangkap seperti jaring insang, trammel net, jaring dogol, pancing rawai, pukat pantai dan bagan dioperasikan di wilayah Pangandaran (Dewanti, Apriliani, Faizal, Herawati, & Zidni, 2018). Data Dinas Perikanan Jawa Barat yang didapat bahwa jenis alat tangkap yang digunakan di Kabupaten Pangandaran dalam melakukan penangkapan ikan antara lain Pukat tarik, pukat kantong, pukat cincin, jaring insang, jaring angkat, pancing, perangkap dan alat penangkap kepiting (Dinas Kelautan Perikanan dan Ketahanan Pangan, 2019). �

Gambar 1

Persentase Jumlah Alat Tangkap

di Kabupaten Pangandaran Tahun 2017

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber: Dinas Perikanan Povinsi Jawa Barat 2019

 

Berdasarkan

Gambar 1 ada dua alat tangkap yang dominan dioperasikan oleh nelayan Kabupaten Pangandaran diantaranya jaring insang dan pancing. Menurut persentase jumlah per alat tangkap yang dioperasikan untuk jaring insang berjumlah 90 % dan pancing berjumlah 6 %.

Gambar 2

Perkembangan Jumlah alat Tangkap

Kabupaten Pangandaran Tahun 2014-2017

 

 

 

 

 

 

 

Sumber: Dinas Perikanan Povinsi Jawa Barat 2019

 

Berdasarkan Error! Reference source not found. bahwa jumlah alat tangkap yang digunakan di Kabupaten Pangandaran berjumlah tertinggi pada tahun 2014 sebanyak 1.354 unit sedangkan jumlah terendah pada tahun 2015 sebanyak 858 unit. Pada tahun 2016 mengalami peningkatan kembali hingga tahun 2017 dari 1.193 menjadi 3.829 unit. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada kurun waktu lima tahun jumlah alat tangkap di Kabupaten Pangandaran mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Pangandaran, jumlah armada penangkapan di Kabupaten Pangandaran dapat dilihat di Tabel 1.

2.    Nelayan di Kabupaten Pangandaran

Nelayan di Kabupaten Pangandaran yang terserap dalam usaha penangkapan ikan terdapat tiga kategori diantaranya nelayan penuh, nelayan sambilan utama dan nelayan sambilan tambahan. Nelayan penuh adalah nelayan yang seluruh waktunya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan, nelayan sambilan utama adalah nelayan yang sebagian besar waktunya digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan sedangkan nelayan sambilan utama adalah nelayan yang sebagian kecil waktunya digunakan melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan.

Gambar 3

Perkembangan Jumlah Nelayan di Kabupaten Pangandaran

Tahun 2014-2017

 

 

 

 

 

 

Sumber: Dinas Perikanan Povinsi Jawa Barat 2019

Berdasarkan Gambar 3 grafik hubungan tahun dengan nelayan Kabupaten Pangandaran, untuk nelayan penuh, nelayan sambilan utama, nelayan sambilan tambahan dan total jumlah nelayan. Nelayan penuh mempunyai jumlah yang banyak dibandingkan dengan nelayan sambilan utama dan nelayan sambilan tambahan, karena Kabupaten Pangandaran merupakan daerah pesisir yang memiliki potensi perikanan tangkap yang sangat besar sehingga sebagian masyarakat memilih menjadi nelayan sebagai mata pencahariannya.

3.    Armada Penangkapan di Kabupaten Pangandaran

Kapal yang digunakan oleh nelayan Pangandaran didominasi oleh perahu motor tempel dengan mesin 15 PK dan daerah penangkapan hanya sekitar 1-2 mil dari garis pantai. Kedalaman perairan pada jarak tersebut tidak lebih dari 50 meter yang dianggap aman untuk operasi penangkapan dengan kapal kecil. Upaya untuk memanfaatkan potensi di Pangandaran, KKP memiliki program dalam bentuk bantuan kapal hibah kepada nelayan (Apriliani, Dewanti, Herawati, Riyantini, & Maulana, 2019).

Berdasarkan menggunakan motor tempel < 5 GT dan pada tahun 2017 nelayan Pangandaran beralih menggunakan kapal motor < 5 GT, beralihnya nelayan Pangandaran dari penggunaan motor tempel ke kapal motor ini merupakan upaya dalam meningkatkan produksi dan pendapatan perikanan tangkap sehingga dapat memajukan perikanan tangkap di Kab. Pangandaran serta adanya bantuan kapal hibah dari pemerintah sehingga nelayan Pangandaran beralih ke kapal motor.

 

Tabel 1 mengenai jumlah armada penangkapan di Kabupaten Pangandaran, bahwa pada tahun 2014-2016 sebagian besar armada penangkapan yang digunakan oleh nelayan Pangandaran menggunakan motor tempel < 5 GT dan pada tahun 2017 nelayan Pangandaran beralih menggunakan kapal motor < 5 GT, beralihnya nelayan Pangandaran dari penggunaan motor tempel ke kapal motor ini merupakan upaya dalam meningkatkan produksi dan pendapatan perikanan tangkap sehingga dapat memajukan perikanan tangkap di Kab. Pangandaran serta adanya bantuan kapal hibah dari pemerintah sehingga nelayan Pangandaran beralih ke kapal motor.

 

Tabel 1

Jumlah Armada Penangkapan

Kabupaten Pangandaran Tahun 2014-2017

Jenis Armada Penangkapan

2014

2015

2016

2017

Perahu Tanpa Motor

3

0

0

0

Motor Tempel < 5 GT

1.351

858

1.193

0

Kapal Motor < 5 GT

0

0

0

1.919

Kapal Motor 5-10 GT

0

0

0

21

Kapal 10-20 GT

0

0

0

5

Kapal 20-30 GT

0

0

0

2

Kapal > 30 GT

0

0

0

8

Jumlah

1.354

858

1.193

1.955

Sumber: Dinas Perikanan Povinsi Jawa Barat 2019

 

4.    Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap Kabupaten Pangandaran

Produksi dan nilai produksi perikanan tangkap di Kabupaten Pangandaran selama tahun 2014-2018 dapat dilihat pada Tabel 2 bahwa terjadi penurunan produksi dan peningkatan nilai produksi perikanan tangkap. Jumlah produksi terbesar pada tahun 2016 yaitu sebesar 24.565,99 ton sedangkan produksi terendahnya pada tahun 2018 yaitu sebesar 2.339,46 ton. Jumlah produksi terbesar memiliki nilai produksi terendah yaitu Rp. 35.612.407.079,45 dan jumlah produksi yang rendah memiliki nilai produksi terbesar yaitu Rp. 71.938.886.375,00.

 

Tabel 2

Jumlah Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap

Kabupaten Pangandaran Tahun 2014-2018

Tahun

Produksi (Ton)

Nilai Produksi (Rp.)

2014

3.469,21

����� 62.699.484.617,76

2015

2.846,07

����� 76.981.858.489,00

2016

1.049,49

����� 39.006.465.186,05

2017

2.528,56

����� 66.740.263.692,00

2018

2.339,46

����� 71.938.886.375,00

Sumber: DKPKP Kabupaten Pangandaran 2019

 

Produksi perikanan tangkap menurun dapat disebabkan oleh faktor cuaca yang tidak stabil, daya jangkau armada yang masih terbatas sehingga produktivitas hasil tangkapan yang dihasilkan oleh beberapa alat tangkap cenderung mengalami penurunan. Nilai produksi mengalami peningkatan karena mengalami kenaikan harga setiap tahunnya yang mengakibatkan harga jual ikan juga meningkat. Fluktuasi hasil tangkapan dapat pada setiap tahunnya dapat disebabkan adanya indikasi faktor cuaca yang buruk. Faktor cuaca sangat berdampak pada hasil tangkapan ikan di laut karena di Kabupaten Pangandaran rata-rata berprofesi sebagai nelayan tradisional maka nelayan pun tidak berani untuk terlalu jauh melaut untuk menangkap ikan.

Selain faktor cuaca, penurunan hasil tangkapan dapat disebabkan juga oleh kurang pengomptimalan dalam penggunaan alat tangkap dan armada penangkapan ikan. Nelayan di Kabupaten Pangandaran masih banyak yang menjadi nelayan tradisional sehingga kapal/perahu yang digunakan berukuran rata-rata < 5 GT, sehingga jarak jangkauan untuk menangkap ikan terbatas yang mengakibatkan pengoperasian alat tangkap tidak maskimal dan ketika hasil tangkapan meningkat nelayan tidak bisa membawa hasil tangkapan ikan ke darat secara maskimal karena keterbatasan kapasitas di perahu, terkadang nelayan akan membuang hasil tangkapan yang berlebih ke laut kembali.

5.    Jenis Komoditas Perikanan Tangkap

Jenis ikan yang di tangkap di Kabupaten Pangandaran dapat dibagi menurut kelompok ikan pelagis kecil, ikan pelagis besar, ikan demersal, ikan karang, binatang berkulit keras, binatang lunak. Berikut beberapa jenis ikan hasil tangkapan di Kabupaten Pangandaran dapat dilihat pada

Tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3

Komoditas Perikanan Tangkap Kabupaten Pangandaran Tahun 2018

Jenis Ikan

Nama Latin

Produksi (ton)

Harga (Rp)

Japuh

Dussumieria acuta

1,89

16.277,15

Julung-julung

Hemirhampus spp

0,06

28.354,84

Kembung

Rastrellinger brachysoma

326,39

18.571,11

Layaran

Istiophorus platypterus

24,85

21.634,13

Tenggiri

Scomberomorus commerson

89,92

50.304,85

Bawal hitam

Formio niger

69,24

129.859,11

Bawal putih

Pampus argenteus

10,66

45.544,13

Kuwe

Caranx spp

28,82

27.377,09

Layur

Trichiurus spp

346,33

27.564,64

Golok-golok

Chirocentrus dorab

17,49

14.300,33

Kapas-kapas

Lactarius lactarius

15,32

22.039,05

Beloso

Saurida tumbil

11,41

12.053,59

Tiga waja

Nibea albiflora

132,21

13.520,68

Ekor kuning

Caesio cuning

32,78

22.384,26

Kerapu

Cromileptes altivelis

4,64

55.845,52

Lobster

Nephropidae

6,56

170.237,78

Udang dogol

Metapenaeus ensis

117,48

76.880,12

Udang krosok

Parapenaeopsis sculpitis

120,16

21.190,10

Udang putih/jerbung

Penaeus merguiensis

54,71

155.561,00

Udang windu

Panaeus monodon

67,46

30.000,00

Gurita

Octopus spp

5,98

64.105,89

Sumber: DKPKP Kabupaten Pangandaran 2019

 

C.       Peranan dan Kontibusi Perikanan Tangkap Kabupaten Pangandaran

Peranan perikanan tangkap dapat diketahui dengan menggunakan perhitungan nilai location quotient. Analisis location quotient dilakukan dengan menghitung nilai LQ perikanan tangkap terhadap pendapatan perikanan dan keseluruhan lapangan usaha di Kabupaten Pangandaran.

1.    Location Quotient Perikanan Tangkap

Peranan perikanan tangkap terhadap perekonomian Kabupaten Pangandaran dapat diketahui dengan melakukan perhitungann LQ antara perikanan tangkap terhadap perikanan di Kabupaten Pangandaran.

 

Tabel 4

Nilai LQ Perikanan Tangkap Kabupaten Pangandaran Tahun 2014-2018

Tahun

xi

(juta rupiah)

Xi

(juta rupiah)

xt

(juta rupiah)

Xt

(juta rupiah)

LQ

Ket

2014

62.699,48

161.560,65

3.347.090,44

21.945.879,18

2,54

Basis

2015

76.981,86

83.786,86

5.465.282,76

18.409.119,19

3,09

Basis

2016

39.006,47

48.500,95

4.604.245,63

63.841.399,00

11,15

Basis

2017

69.066,61

79.766,92

20.433.034,70

49.208.802,00

2,09

Basis

2018

71.938,89

80.926,46

10.623.236,27

30.466.992,58

2,55

Basis

Sumber: Data Diolah 2019

 

Berdasarkan

Tabel 4 dapat dilihat bahwa dalam kurun waktu lima tahun (2014-2018) perikanan tangkap merupakan sektor basis dalam pengembangan perekonomian Kabupaten Pangandaran. Perikanan tangkap dapat menjadi pendorong pertumbuhan perekonomian daerah/wilayah, jika perikanan tangkap dapat mengekspor barang keluar daerah Kabupaten Pangandaran. Hal tersebut dapat ditunjukan dengan diperolehnya perhitungan LQ > 1 untuk setiap tahunnya dalam kurun waktu 2014-2018.

Gambar 4

�Grafik Nilai LQ Perikanan Tangkap Kabupaten Pangandaran
Tahun 2014-2018

 

 

 

 

 

 

 

Sumber: Data diolah 2019
 

Berdasarkan

Gambar 4 nilai LQ Kabupaten Pangandaran pada tahun 2014 sebesar 2,54 pada tahun 2015 sebesar 3,09 kemudian pada tahun 2016 mengalami kenaikan sebesar 11,15 namun pada tahun 2017 nilai LQ mengalami penurunan menjadi sebesar 2,09 dan pada tahun 2018 mengalami kenaikan kembali sebesar 2,55. Jika dilihat dari grafik dapat dikatakan bahwa pada tahun 2014-2018 perikanan tangkap di Kabupaten Pangandaran mengalami penurunan dan nilai LQ > 1 sehingga perikanan tangkap merupakan kegiatan basis yang dapat mengekspor barang ke luar daerah Kabupaten Pangandaran.

2.    Location Quotient Perikanan Tangkap Berdasarkan Indikator PDRB Kabupaten� Pangandaran

Sektor perikanan dan kelautan yang menjadi basis berdasarkan indikator pendapatan, maka pemerintah daerah lebih memperhatikan setiap proses kegiatannya dengan mengadakan berbagai strategi dan pembuatan konsep untuk lebih meningkatkan dan mengembangkan sektor tersebut tanpa mengabaikan sektor-sektor lain (Larasati, 2007). Nilai hasil perhitungan LQ perikanan tangkap terhadap pendapatan daerah di Kabupaten Pangandaran dapat dilihat pada Tabel 7 sebagai berikut:

 

Tabel 5

Nilai LQ Perikanan Tangkap terhadap Pendapatan Daerah di

Kabupaten Pangandaran Tahun� 2014-2018

Tahun

Xij

(juta rupiah)

Xi

(juta rupiah)

X.j

(juta rupiah)

X..

(juta rupiah)

LQ

Ket.

2014

62.699,48

5.973.548,76

3.347.090,44

1.149.216.060

3,60

Basis

2015

76.981,86

6.271.096,21

5.465.282,76

1.207.232.340

2,71

Basis

2016

39.006,47

6.602.732,97

4.604.245,63

1.275.619.240

1,64

Basis

2017

69.066,61

6.939.636,80

20.433.034,70

1.343.864.430

0,65

Bukan Basis

2018

71.938,89

7.315.303,90

10.623.236,27

1.419.689.120

1,31

Basis

Rata-rata

1,98

 

Sumber: Data Diolah 2019

 

Berdasarkan Tabel 5 peranan perikanan tangkap Kabupaten Pangandaran merupakan sektor basis terhadap perekonomian Kabupaten Pangandaran secara keseluruhan. Perhitungan LQ ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar peranan perikanan tangkap terhadap pembangunan ekonomi di Kabupaten Pangandaran, sehingga dalam perhitungannya menggunakan pendapatan dari perikanan tangkap kabupaten dan provinsi. Hasil yang diperoleh dari perhitungan LQ menunjukan bahwa nilai LQ yang dihasilkan selama kurun waktu tahun 2014-2018 besaran nilainya lebih besar dari satu meskipun pada tahun 2017 nilai perikanan tangkap mengalami penurunan. Penurunan dari nilai LQ dapat dilihat pada Gambar 5

Gambar 5

Grafik Nilai LQ Perikanan Tangkap Kabupaten Pangandaran
Tahun 2014-2018

 

 

 

 

 

Sumber: Data diolah 2019

 

Berdasarkan Gambar 5 nilai LQ Kabupaten Pangandaran mengalami penurunan setiap tahunnya, pada tahun 2014-2016 nilai LQ mengalami penurunan namun masih lebih dari satu. Pada tahun 2014 dengan nilai 3,6; tahun 2015 dengan nilai 2,71; tahun 2016 dengan nilai 1,64 sedangkan pada tahun 2017 nilai LQ menurun kurang dari satu dengan nilai 0,65 dan pada tahun 2018 nilai LQ mengalami peningkatan kembali menjadi lebih dari satu dengan nilai 1,31. Penurunan dari nilai LQ setiap tahunnya dapat disebabkan karena jumlah produksi� dan nilai produksi hasil tangkapan yang menurun di setiap tahunnya. Menurunnya jumlah atau nilai produksi hasil tangkapan dapat disebabkan oleh� faktor cuaca buruk yang dapat berdampak pada hasil tangkapan ikan nelayan karena di Kabupaten Pangandaran rata-rata berprofesi sebagai nelayan tradisional maka nelayan pun tidak berani untuk terlalu jauh melaut untuk menangkap ikan. Selain faktor cuaca, penurunan hasil tangkapan dapat juga disebabkan juga oleh kurang pengomptimalan dalam penggunaan alat tangkap dan armada penangkapan ikan. Namun, secara keseluruhan lapangan usaha perikanan tangkap merupakan kegiatan basis, sehingga perikanan tangkap dapat memperjualbelikan/mengekspor hasil tangkapan ke luar daerah Kabupaten Pangandaran.

D.      Kontribusi Perikanan Tangkap

Penggerak utama dari perkembangan ekonomi suatu wilayah adalah sektor ekonomi yang memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan wilayah. Menurut (Keristina, 2011) Sektor yang merupakan sektor basis dapat meningkatkan arus pendapatan daerah dengan menambah tingkat konsumsi masyarakat, sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan yang baru. Besar kontribusi perikanan tangkap terhadap PDRB menentukan kelayakan jenis lapangan usaha tersebut untuk dapat dikembangkan dalam pembangunan daerah dan menjadikan perikanan tangkap sebagai lapangan usaha� untuk mangatasi masalah pengangguran di Kabupaten Pangandaran. 
 

Tabel 6

Kontribusi Pendapatan Perikanan Tangkap Kabupaten Pangandaran

(juta rupiah) Tahun�� 2014-2018

Tahun

Pendapatan Perikanan Tangkap

Pendapatan Total Kabupaten

Kontribusi Perikanan Tangkap

2014

62.699,48

5.973.548,76

1,05%

2015

76.981,86

6.271.096,21

1,23%

2016

39.006,47

6.602.732,97

0,59%

2017

69.066,61

6.939.636,80

1,00%

2018

71.938,89

7.315.303,90

0,98%

Rata-rata

0,97%

Sumber: DKPKP Kabupaten Pangandaran 2019
 
Berdasarkan Tabel 6 rata-rata kontribusi perikanan tangkap menunjukan angka 0,97 % terhadap total PDRB di Kabupaten Pangandaran. Hal tersebut menunjukan angka yang rendah untuk kontribusi perikanan tangkap terhadap PDRB, sehingga dapat disimpulkan bahwa kontribusi perikanan tangkap masih rendah. Hal ini menunjukan bahwa rendahnya kontribusi perikanan membuat lapangan usaha yang termasuk ke dalam basis belum dapat dioptimalkan pembangunannya� dalam meningkatkan perekonomian daerah.

E.       Komoditas Unggulan Hasil Tangkapan Kabupaten Pangandaran

Penentuan komoditas unggulan dilakukan dengan melakukan perhitungan nilai LQ komoditas ikan dari jumlah produksi komoditas perikanan tangkap, setelah diperoleh nilai LQ dari masing-masing komoditas nantinya dapat ditentukan nilai bobot LQ dan nilai trend dari setiap komoditas. Menurut penelitian (Syafrial_syafrial & Anthon_Efani, n.d.) komoditas unggulan yang berperan sebagai sektor basis merupakan suatu komoditas yang mampu menjadi andalan pada suatu wilayah, dimana komoditas tersebut mampu mengekspor keluar daerah serta apabila ditangkap/dibudidayakan maka dapat menambah pendapatan daerah, sehingga perlu dikelola secara berkelanjutan.

Pada Tabel 7 mengenai pembobotan nilai LQ terdapat sepuluh komoditas yang menjadi non-unggulan diantaranya ikan lemuru, selar kuning, talang-talang, setuhuk, alu-alu, lidah, mata besar/swanggi, peperek, rajungan dan cumi-cumi. komoditas non-unggulan dapat diartikan komoditas tersebut belum mencukupi kebutuhan di Kabupaten Pangandaran sehingga perlu mengekspor/mendatangkan dari daerah lain.

 

Tabel 7

Penilaian Total Bobot LQ di Kabupaten Pangandaran Tahun 2014-2018

Jenis Ikan

Nilai Bobot LQ

Nilai Trend

Total Bobot

Komoditas

2014

2015

2016

2017

2018

Japuh

1

3

3

1

3

1

12

Unggulan

Julung-julung

3

3

3

1

1

1

12

Unggulan

Kembung

2

3

1

1

3

3

13

Unggulan

Layang

1

1

1

1

3

3

10

Netral

Lemuru

1

1

1

1

1

3

8

Non Unggulan

Selar kuning

1

1

1

1

1

3

8

Non Unggulan

Talang-talang

3

1

1

1

1

1

8

Non Unggulan

Cakalang

1

3

1

1

2

1

9

Netral

Cucut

1

1

3

1

1

3

10

Netral

Layaran

3

3

3

3

3

3

18

Unggulan

Pedang

2

3

1

1

3

1

11

Netral

Setuhuk

1

3

1

1

1

1

8

Non Unggulan

Tenggiri

1

1

2

1

1

3

9

Netral

Tongkol

1

1

3

1

1

3

10

Netral

Alu-alu

3

1

1

1

1

1

8

Non Unggulan

Bawal hitam

3

1

1

1

3

3

12

Unggulan

Bawal putih

3

3

3

1

1

1

12

Unggulan

Beloso

3

2

3

1

3

1

13

Unggulan

Golok-golok

3

1

3

3

1

2

13

Unggulan

Kakap

2

1

1

1

1

3

9

Netral

Kapas-kapas

2

1

3

1

3

3

13

Unggulan

Kuwe

3

3

3

1

3

3

16

Unggulan

Layur

3

3

3

3

3

3

18

Unggulan

Lidah

1

1

1

1

1

3

8

Non Unggulan

Manyung

3

1

3

1

1

2

11

Netral

Mata besar/

swanggi

3

1

1

1

1

1

8

Non Unggulan

Pari

3

1

3

1

1

2

11

Netral

Peperek

1

1

1

1

1

3

8

Non Unggulan

Remang/

cunang

1

2

3

1

1

1

9

Netral

Tiga waja

1

1

3

1

3

3

12

Unggulan

Ekor kuning

3

2

3

3

3

1

15

Unggulan

Kerapu

3

2

3

1

3

1

13

Unggulan

Lobster

3

1

3

1

3

3

14

Unggulan

Rajungan

1

1

1

1

1

1

6

Non Unggulan

Udang dogol

3

3

3

1

3

3

16

Unggulan

Udang krosok

1

3

3

1

3

3

14

Unggulan

Udang putih/

jerbung

3

1

3

1

3

1

12

Unggulan

Udang windu

3

3

3

3

3

2

17

Unggulan

Cumi-cumi

1

1

1

1

1

3

8

Non Unggulan

Gurita

1

3

1

3

1

3

12

Unggulan

Sumber: Data Diolah 2019

 

Komoditas lain selain 10 komoditas non-unggulan tersebut menjadi komoditas unggulan.� Komoditas unggulan dapat diartikan sebagai komoditas yang dapat di ekspor ke luar daerah karena ketersediaannya melebihi kebutuhan di daerah tersebut. Jenis ikan unggulan terdiri dari layur, bawal hitam, bawal putih, kuwe, kerapu, lobster, udang dogol, udang krosok, udang putih/jerebung, udang windu, gurita, tiga waja, kembung, japuh, julung-julung, layaran, ekor kuning, golok-golok, kapas-kapas dan beloso. 

 

Kesimpulan

Peranan perikanan tangkap terhadap PDRB dari tahun 2014-2018 memiliki nilai LQ berturut-turut yaitu 2,54; 3,09; 11,15; 2,09; 2,55. Nilai LQ tersebut menunjukan perikanan tangkap merupakan sektor basis. Kontribusi perikanan tangkap di Kabupaten Pangandaran selama kurun waktu lima tahun (2014-2018) terhadap total PDRB memiliki rata-rata nilai sebesar 0,97% menunjukan bahwa perikanan tangkap memiliki kontribusi yang rendah terhadap perekonomian wilayah Kabupaten Pangandaran tetapi menjadi lapangan usaha/sektor basis.

Komoditas unggulan perikanan tangkap di Kabupaten Pangandaran berdasarkan metode penilaian total bobot LQ dilihat dari volume produksi terdiri dari ikan layur, bawal hitam, bawal putih, kuwe, kerapu, lobster, udang dogol, udang krosok, udang putih/jerebung, udang windu, gurita, tiga waja, kembung, japuh, julung-julung, layaran, ekor kuning, golok-golok, kapas-kapas dan beloso.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Andina, Anisa Nur, Barokah, Siti, Wulandari, Oryz Agnu Dian, Girsang, Arista Apriani, & Afifah, Rizki Aprilia Nur. (2020). Strategi Pengembangan Ekowisata Hutan Mangrove Pandansari Kabupaten Brebes Untuk Mengurangi Kemiskinan. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 5(7), 251�261.

 

Apriliani, Izza Mahdiana, Dewanti, Lantun Paradhita, Herawati, Heti, Riyantini, Indah, & Maulana, Malik. (2019). Analisis Teknis Kapal Hibah Yang Berbasis Di Pangandaran Berdasarkan Standar Biro Klasifikasi Indonesia (BKI). ALBACORE Jurnal Penelitian Perikanan Laut, 3(3), 235�240.

 

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jawa Barat. (2016). Laporan Akhir Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya.

 

Badan Pusat Statistik Kabupaten Ciamis. (2018). Pangandaran Dalam Angka 2018 Pangandaran Regency in Figures 2018 (In Katalog). Ciamis.

 

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. (2019). PDRB Provinsi Jawa Barat Menurut Lapangan Usaha 2014-2018 (In Katalog). Jawa Barat.

 

Citraningtyas, Listya. (2010). Peranan Subsektor Perikanan Tangkap dalam Pembangunan Kabupaten Lamongan serta Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan. Skripsi). Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Institut Pertanian Bogor.

 

Dewanti, Lantun Paradhita, Apriliani, Izza Mahdiana, Faizal, Ibnu, Herawati, Heti, & Zidni, Irfan. (2018). Perbandingan hasil dan laju tangkapan alat penangkap ikan di TPI Pangandaran. Akuatika Indonesia, 3(1), 54�59.

 

Dinas Kelautan Perikanan dan Ketahanan Pangan. (2019). Laporan Tahunan. Pangandaran.

 

Keristina. (2011). Peranan Dan Dampak Subsektor Perikanan Tangkap Terhadap Ekonomi Wilayah Kabupaten Cirebon. In Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

 

Larasati, Bunga Anggie. (2007). Kontribusi Perikanan Tangkap Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat. In Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

 

Nurhayati, Atikah. (2013). Analisis potensi lestari perikanan tangkap di kawasan Pangandaran. Jurnal Akuatika, 4(2).

 

Rizal, Achmad, Rostini, Iis, Handaka, Asep Agus, & Maharani, Hana Siti. (2017). Tipologi Ekonomi Komoditas Perikanan dan Status Sektor Perikanan pada Pembangunan Wilayah di Kabupaten Bandung Barat. Akuatika Indonesia, 2(2), 109�119.

 

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

 

Syafrial_syafrial, Syafrial_syafrial, & Anthon_Efani, Anthon_Efani. (n.d.). Analisis Komoditas Unggulan Dan Kontribusi Perikanan Tangkap Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Pad) Kabupaten Trenggalek (Studi Kasus Di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Kabupaten Trenggalek. Berkala Perikanan Terubuk, 46(1), 78�86.

 

Wiyono, Eko Sri. (2009). Selektifitas Spesies Alat Tangkap Garuk di Cirebon, Jawa Barat. Jurnal Bumi Lestari, 9(1), 601�605.